18# Apa Yang Sebenarnya Terjadi?

Pagi ini Angel berangkat ke sekolah lebih awal dari biasanya. Gedung sekolah masih sepi. Ia langsung menuju ruang kelas dan duduk di bangkunya. Berdiam diri sambil menunggu kedatangan Lei. Berharap tidak terjadi sesuatu padanya. Sekolah mulai ramai. Murid mulai berdatangan masuk ke dalam kelas. Tapi Lei masih belum terlihat. Angel masih duduk di bangkunya, matanya terus menatap kosong ke bangku Lei.

Lucy yang baru datang masuk ke kelas. Ia mencuri pandang sebentar ke arah Angel saat berjalan ke bangkunya. Ia langsung duduk di bangkunya memunggungi Angel. Dalam benaknya merasa aneh melihat sikap Angel pagi ini.

'Kenapa dia? Tidak biasanya seperti itu,' kata Lucy dalam hati. Kemudian melemparkan pandangan ke sekeliling ruang kelas.

'Lei juga tidak terlihat. Aneh sekali. Padahal biasanya mereka selalu datang bersama,' pikir Lucy lagi.

Namun Lucy tidak berani membalikkan badannya untuk melihat Angel. Apalagi untuk bertanya padanya. Ia yakin bahwa Angel sedang tidak dalam keadaan baik. Ia kenal betul bagaimana perubahan sikap 'mantan' sahabatnya itu saat sedang banyak pikiran.

Bel masuk terdengar berbunyi. Seketika Angel tersadar dari lamunan dan melirik ke seluruh ruang kelas namun Lei belum juga kelihatan. Maria juga tidak kelihatan. Sedangkan bangku-bangku mulai penuh. Murid-murid telah duduk di bangku mereka masing-masing. Lucy juga melihat bangku Lei yang kosong begitu pula dengan bangku Maria.

Tidak lama dua orang murid masuk ke dalam kelas. Angel dan Lucy langsung melemparkan pandangan kepada dua orang murid yang baru datang tersebut. Yang seketika saja membuat Angel dan Lucy membelalakkan mata tak percaya. Apa yang mereka lihat? Maria yang menggandeng Lei dengan mesra sambil memasuki ruang kelas.

Sampai di bangku Maria, Maria mendekatkan bibirnya ke telinga Lei sambil membisikkan sesuatu. Setelah itu Lei baru menuju ke bangkunya.

Angel terlihat sangat syok. Hatinya mendadak terasa sakit. Ruang kelas pun terasa berputar-putar. Ia sama sekali tak mengerti dengan keadaan ini. Bahkan sulit mempercayai dengan perubahan sikap Lei yang begitu tiba-tiba. Padahal baru kemarin mereka bersenang-senang menghabiskan waktu bersama bermain di pantai. Bahkan Angel sudah memberikan hatinya sepenuhnya kepada Lei. Tapi sekarang ia harus menelan semua rasa sakit di hatinya.

Lucy pun tak menyangka dengan kejadian ini. Dia melirik ke arah Maria yang berada di seberangnya, nampak raut bahagia terpancar di wajah gadis itu. Kemudian ia menatap Lei, raut wajah pemuda itu tidak berubah tetap saja seperti biasanya. Hanya saja tatapannya saat ini terlihat kosong dan dingin. Lucy jadi penasaran bagaimana ekspresi Angel sekarang. Dengan memberanikan diri Lucy pun membalikkan badannya mencuri pandang kepada Angel. Angel hanya menundukkan kepalanya yang terasa berat. Ia tak tahu Lucy melihatnya.

'Apa yang sebenarnya terjadi?' tanya Lucy dalam hati.

Tidak lama Guru memasuki kelas dan pelajaran pun dimulai. Namun pagi ini tak ada satupun pelajaran yang masuk ke otak Angel. Pikirannya hanya tertuju pada perubahan sikap Lei yang tiba-tiba.

Bel tanda istirahat mulai berbunyi. Para murid mulai meninggalkan kelas. Angel dengan langkah pelan berjalan menuju bangku Lei. Namun dengan cepat Maria lebih dulu sampai di tempat Lei. Mereka sudah mau pergi sebelum Angel sampai di sana.

"Lei, bisa bicara sebentar?" tanya Angel tanpa semangat.

"Sayang, kau tidak bilang padanya bahwa sekarang kita resmi sebagai sepasang kekasih?!" ucap Maria lantang sambil bergelayut mesra di lengan Lei.

Perasaan sakit kembali menyayat hati begitu Angel mendengarnya. Kalimat itu bagaikan paku besar yang menghujam hatinya. Tapi Angel berusaha kuat sambil menunggu jawaban Lei.

"Maaf, aku sibuk. Lain kali saja," kata Lei lalu mereka pergi meninggalkan Angel yang tertunduk diam.

Lucy masih berada di bangkunya dan mendengar apa yang mereka bicarakan. Ia dapat melihat Angel melalui sudut matanya.

Setetes bening embun mulai jatuh dari mata bulatnya. Dengan cepat Angel menghapusnya. Kemudian ia berlari meninggalkan ruang kelas tanpa berani mengangkat kepalanya. Agar tidak ada yang melihat kalau ia sedang menangis. Angel berlari ke tempat di mana ia dapat menyendiri dan tanpa diganggu siapapun. Ia pergi ke atap gedung sekolah.

Angel terduduk lemas dan kini air matanya sudah tak bisa ditahan lagi. Kekuatannya lenyap. Angel mulai menangis tersedu. Semua kekecewaan dan sakit hatinya ditumpahkan melalui tiap tetesan air mata yang jatuh membasahi pipi. Sementara pikirannya masih terus mengenang saat-saat kebersamaannya dengan Lei di pantai. Namun semakin sakit hatinya mengenang semua itu.

"Kamu jahat! Mengapa kamu tinggalkan sebuah kenangan untukku, jika pada akhirnya hanya untuk meninggalkanku? Kenapa kamu tiba-tiba berubah di saat aku sudah menyukaimu? Kamu membuat hatiku sakit. Sakit ...," isak Angel disela-sela tangis.

Diam-diam Lucy memperhatikan Angel dari balik dinding atap sekolah. Ia mengikuti Angel tanpa sepengetahuan gadis itu.

'Aku tak menyangka Angel akan begitu sedih. Kasihan dia. Mungkin tak seharusnya juga aku sampai memusuhinya hanya karena hal sepele,' kata Lucy dalam hati menyesali kesalahannya.

Lucy pun diam-diam pergi dari tempat itu. Ia berjalan menuju kantin. Maria dan Lei juga berada di sana. Lucy memilih duduk di pojok sambil mengawasi mereka berdua.

Maria sedang menyuapi makanan pada Lei dengan manja. Setelah memakan beberapa sendok makanan Lei akhirnya menolak namun Maria dengan sikap manjanya membujuk Lei untuk mau menghabiskan sisanya.

'Menjijikkan,' gerutu Lucy di hati.

Semakin lama melihat mereka berdua membuat Lucy semakin muak. Bukan lagi karena cemburu tapi justru merasa jengkel dengan kelakuan Maria. Kalau perasaan cemburu mungkin Lucy masih bisa mengatasinya. Lagipula Lei tidak pernah sekalipun mau melihatnya apalagi bicara padanya. Jadi percuma saja berharap bahwa perasaannya akan tersampaikan.

"Hah ...." Lucy hanya menghela nafas. Menyadari bahwa ia hanya bisa mengagumi Lei dari jauh. Pikirannya kembali teringat pada Angel.

'Kasihan Angel. Seandainya dulu aku tidak bertindak bodoh mungkin aku masih berteman dengannya dan mungkin aku bisa menghiburnya saat ini.' Lucy hanya bisa menyesali kebodohannya.

Masih sambil mengawasi Maria dan Lei dari tempat duduknya. Lei terlihat berjalan pergi meninggalkan Maria. Kini Maria duduk sendiri di mejanya. Lucy segera bangkit menghampiri tempat Maria berada. Kemudian duduk di depannya.

"Ada apa?" tanya Maria melihat Lucy yang tiba-tiba datang.

"Apa benar kamu dan Lei pacaran?" tanya Lucy to the point.

"Tentu saja. Apa kau tidak lihat kami begitu mesra?!" jawab Maria dengan menyombongkan diri.

"Bukannya Lei pacaran dengan Angel?" tanya Lucy tak percaya.

"Siapa bilang? Mereka hanya berteman dan itu tidak lebih," jawab Maria tak suka dengan perkataan Lucy.

"Hanya berteman?! Aneh," gumam Lucy tak percaya jika sebelumnya Lei dan Angel hanya teman biasa. Mereka terlihat begitu dekat dan akrab.

"Aneh kenapa? Bukankah itu hal yang wajar jika aku dan Lei pacaran?!" sahut Maria.

"Kau sebagai teman seharusnya ikut senang karena aku bisa mendapatkan orang yang aku cintai," lanjut Maria lagi menyindir Lucy.

Lucy langsung menatap Maria tanpa berkata. Pikirannya masih dipenuhi banyak pertanyaan.

'Jika sebelumnya Angel dan Lei hanya berteman, tidak mungkin Angel begitu sedih ketika tahu ternyata Lei pacaran dengan Maria. Lagipula mereka tidak seperti orang yang berteman. Apa hanya berteman bisa begitu dekat?!' pikir Lucy.

"Kau masih tidak percaya kalau Lei dan Angel hanya berteman?!" tanya Maria menjawab pikiran Lucy.

"Kau bisa bertanya langsung pada Lei, jika kau tidak percaya pada apa yang kukatakan," lanjutnya lagi.

Lucy mulai malas meladeni Maria. Dia memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan ini.

"Tidak perlu," ucap Lucy kemudian bangkit berdiri hendak meninggalkan Maria.

"Aku tahu kau cemburu, kan?!" sindir Maria dengan cepat sebelum Lucy pergi dari hadapannya.

Lucy menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Maria.

"Apa maksudmu?" tanya Lucy galak.

"Bukankah kau juga suka pada Lei? Tapi pada akhirnya akulah yang mendapatkannya. Akulah yang menjadi kekasihnya. Iya, kan?" ujar Maria dengan senyum kemenangan.

Lucy hanya diam melotot tajam pada Maria. Namun tak ingin memperpanjang pembicaraan dengan Maria, ia memilih pergi sekarang juga.

"Terserah apa katamu," kata Lucy langsung pergi meninggalkan Maria yang tersenyum puas.

Lucy berjalan menuju ruang kelasnya. Sedang hati dan pikirannya masih terus memikirkan apa yang diucapkan Maria barusan.

'Perempuan itu ... Berbeda sekali sikapnya hari ini dengan hari kemarin. Kemarin sangat manis, sekarang sikapnya semakin memuakkan saja. Dan ... darimana dia bisa tahu aku menyukai Lei?! Padahal aku tidak pernah menceritakan hal ini pada siapapun. Dia sangat menakutkan,' batin Lucy.

Karena terlalu sibuk dengan pikirannya sampai tidak begitu memperhatikan jalan akhirnya tanpa sengaja Lucy bertabrakan dengan seorang murid yang datang dari arah berlawanan. Sedangkan murid yang terburu-buru itu meluncur cepat dengan sepatu rodanya sehingga tak sempat menghindar.

"Ah ... AWAS!" teriak sang murid.

Bruak ... Tabrakan pun terjadi. Keduanya jatuh dengan posisi terduduk saling berhadapan. Murid yang bertabrakan dengan Lucy itu langsung berdiri. Ia mengibas-ngibaskan seragamnya membersihkannya dari debu.

"Maaf, ya. Aku meluncur terlalu cepat soalnya aku buru-buru dan tidak sempat menghindar. Kamu tidak apa-apa?" tanyanya.

Lucy langsung menatap ke arah orang tersebut. Niatnya ingin marah pun tidak jadi setelah melihat sosok murid tersebut. Seorang murid laki-laki yang tersenyum manis padanya membuat wajah tampannya semakin menawan.

'Wah ... Tampan sekali!' teriak Lucy dalam hati.

Murid laki-laki itu mengulurkan tangannya kepada Lucy berniat membantunya berdiri.

"Mari, kubantu," tawarnya.

Lucy masih diam mematung, tersihir oleh rupa sang pangeran tampan yang ada di hadapannya.

"Hei, kamu tidak apa-apa, kan?!" tanya murid itu sambil mengibaskan tangannya di depan wajah Lucy, karena melihat Lucy tak bergerak sama sekali.

Lucy segera tersadar dari kekagumannya. Dengan cepat meraih tangan murid tampan itu dan langsung bangkit berdiri.

"Eh, aku tidak apa-apa. Terima kasih," ucap Lucy tersenyum malu.

Tangan mereka masih berpegangan. Menyadari hal itu Lucy segera melepaskan tangannya.

"Oh, maaf," ucap murid tampan itu.

Sesaat keduanya saling terdiam.

"Oh iya, aku harus ke ruang kepala sekolah," kata murid tampan itu tiba-tiba.

Lantas ia langsung pergi meninggalkan Lucy. Namun beberapa langkah kemudian ia berbalik melihat Lucy.

"Hei, lain kali kita bicara lagi ya! Aku sedang buru-buru," teriaknya pada Lucy.

Murid itu pun kembali meluncur pergi ke tempat tujuannya. Lucy masih diam terpaku melihat kepergian murid itu yang semakin jauh. Ia merasa seperti sedang bermimpi bertemu dengan seorang pangeran tampan. Ia spontan mencubit pipinya memastikan apakah dia sedang bermimpi.

"Auw, Sakit," ucapnya merasakan sakit di pipi. "Aku tidak sedang bermimpi."

Dengan langkah gontai ia melanjutkan langkah menuju ke kelas. Sekarang pikirannya beralih kepada sosok murid yang bertabrakan dengannya barusan.

Dalam kelas yang terasa berisik. Beberapa murid berbicara dan tertawa dengan keras. Lucy berjalan menuju bangkunya dan duduk di sana. Ia mengeluarkan sebuah buku dalam tas dan melanjutkan halaman yang ia baca. Di belakangnya ada tiga murid perempuan yang sedang duduk. Salah satunya dari kelas lain. Mereka terdengar sedang membicarakan seseorang.

"Kamu tahu tidak? Ada murid baru di kelas sebelah? Katanya dia tampan," kata May, teman sekelas Lucy yang duduk di belakangnya.

"Benarkah? Aku belum melihatnya," timpal Helen yang juga sekelas dengan Lucy.

"Maksudmu Jeremy? Ya ... Tak sengaja aku berpapasan dengannya tadi. Dia memang tampan dan manis," sahut Jane, murid dari kelas lain.

Merasa ada yang menarik dari pembicaraan ketiga murid di belakangnya, Lucy lantas menghentikan kegiatan bacanya. Ia mencoba mendengar lebih jelas apa yang terus mereka bicarakan. Sambil pura-pura membaca tentunya agar tidak terlihat seperti sedang menguping.

"Kamu tahu namanya?" tanya May.

"Aku tahu dari temanku yang sekelas dengannya," jawab Jane.

"Wah ... Aku jadi penasaran seperti apa Jeremy itu. Kira-kira menurutmu tampan mana Jeremy dengan Lei?" tanya Helen pada Jane.

"Hm ... Sebenarnya dua-duanya tampan. Tapi ... Lei sudah pacaran dengan murid baru itu. Mungkin aku akan mengatakan Jeremy. Setidaknya Jeremy masih single. Mungkin. Hahaha ..., " jawab Jane sambil terkekeh.

"Kamu mengatakan Jeremy tampan hanya karena dia single?! Apa kamu berniat untuk menjadikan dia pacarmu? Aku beritahu dulu, kamu tidak bisa berbuat begitu. Kamu harus kalahkan aku dulu!" goda May sambil tertawa.

"Kupikir Lei sudah tidak sepopuler dulu. Kalian kan tahu sikapnya yang hanya baik dengan Angel saja. Masih ingat saat pertandingan basket melawan Marvel dulu? Saat dia mengacuhkan para penggemarnya dan malah tersenyum manis merangkul Angel, saat itulah predikatnya sebagai murid populer turun. Para murid perempuan itu tidak lagi mengaguminya. Ditambah lagi kini ia pacaran dengan si gadis albino itu. Tidak ada lagi perempuan yang akan berani dekat-dekat dengannya," ucap Helen pelan.

"Iya. Kalian tahu tidak kalau si albino itu akan langsung melotot dengan tatapan membunuh jika ada yang berani menatap Lei lama-lama. Apalagi berdekatan dengannya. Hih ...," timpal May sambil bergidik mengingat bagaimana sorot mata Maria saat berpapasan dengannya dan Lei di kantin tadi.

"Hahaha ... Apa sampai separah itu? Mungkin dia bertindak posesif mengingat banyaknya saingan yang ada di sekolah ini. Tapi mungkin sekarang sudah tidak perlu begitu karena Lei tidak lagi sepopuler waktu itu. Akhir-akhir ini sekolah kita jadi sering kedatangan murid baru, ya," ujar Jane.

"Coba saja kau lihat nanti jika berpapasan dengan mereka. Aku dan Helen barusan mengalaminya," kata May dan dibenarkan oleh Helen.

"Tapi aku heran juga. Padahal selama ini Lei hanya dekat dengan Angel saja. Mereka seperti sepasang kekasih. Walaupun keduanya tidak mengakui hal itu. Masa sekarang tiba-tiba datang si albino dan Lei langsung nempel padanya. Bahkan si albino terang-terangan mengklaim Lei sebagai pacarnya. Bukankah sangat aneh?" lanjut May lagi merasa ada kejanggalan dengan hubungan mereka.

"Memang agak aneh. Tapi kita juga tidak tahu masalah mereka apa. Sudahlah kita bicara yang lain saja. Tidak perlu membahas hal semacam itu. Itu urusan mereka," ujar Helen dan Jane hanya tertawa. Mereka pun mengganti topik pembicaraan.

Di tempat duduknya Lucy mendengarkan. Menangkap sedikit hal yang membuatnya tertarik. Ia bergumam, 'Jeremy ... Apa mungkin dia?! Sebelumnya aku juga tidak pernah melihatnya.'

Bel sekolah kembali berbunyi menandakan berakhirnya waktu istirahat. Murid-murid kembali ke kelas mereka masing-masing.

"Eh, sudah masuk. Aku ke kelas dulu, ya! Sampai ketemu nanti pulang," pamit Jane pada May dan Helen. Ia pun berlari keluar kelas menuju kelasnya.

Semua murid telah masuk ke dalam kelas termasuk Lei dan Maria. Namun bangku Angel masih kosong. Sampai pelajaran dimulai pun Angel tidak terlihat. Lucy mulai merasa cemas.

Setelah jam sekolah berakhir. Dengan cepat Lucy memasukkan semua bukunya ke dalam tas dan bergegas meninggalkan kelas. Ia berlari menuju ke atap sekolah. Menaiki tangga dengan cepat. Dan sesampai di sana ... kosong. Tidak ada siapapun.

"Ke mana dia?" tanya Lucy mulai resah.

Ia kembali berlari menuruni tangga dan berlari dengan cepat menuju taman sekolah. Mencari ke sekeliling taman, ke kantin, halaman sekolah dan masih tak menemukan sosok Angel.

Sedangkan sekolah sudah mulai sepi. Lucy mulai kelelahan setelah terus mencari kesana-kemari. Ia pun duduk sebentar untuk beristirahat. Kebetulan penjaga sekolah yang biasa dipanggil Paman Benny sedang menyapu dan melihat Lucy masih belum pulang. Ia pun menghampiri Lucy.

"Nona, sekolah sudah sepi. Kenapa kamu belum pulang juga?" tanya Paman Benny dengan ramah.

Lucy mengatur nafasnya yang terengah-engah sebelum menjawab pertanyaan paman penjaga sekolah itu.

"Aku ... Aku mencari temanku. Aku pikir ... Dia masih ada di sekolah. Karena dia tidak masuk saat usai jam istirahat," jelas Lucy.

"Siapa nama temanmu?" tanya Paman Benny.

"Namanya Angel. Paman Benny kenal?" jawab Lucy.

Michelle yang telah selesai tugas akan hendak pulang. Melihat Lucy dan Paman Benny yang sedang berbicara langsung pergi menghampiri mereka.

"Ada apa? " tanya Michelle.

"Ini Bu, Nona ini ... dia sedang mencari temannya yang bernama Angel karena ia pikir Angel itu masih di sekolah," terang Paman Benny.

"Oh, kamu temannya Angel?" tanya Michelle yang diiyakan oleh Lucy dengan anggukan.

"Angel sudah pulang. Saat jam istirahat tadi dia minta ijin pulang. Katanya kurang enak badan. Kamu bisa menjenguk Angel di rumahnya," jelas Michelle ramah.

"Benarkah?! Oh, syukurlah. Aku takut terjadi sesuatu padanya," ujar Lucy sedikit lega.

"Apa ada masalah?" tanya Michelle menanggapi kalimat terakhir Lucy.

"Ah, tidak. Tidak ada. Kalau begitu saya pulang dulu. Terima kasih, Bu Michelle. Paman Benny. Aku pamit duluan!" pamit Lucy pada Michelle dan Paman Benny.

"Iya," sahut Michelle dan diikuti anggukan dari Paman Benny.

Lucy pun pulang ke rumahnya dengan perasaan agak lega. Walaupun mencemaskan Angel, dia masih belum cukup berani untuk menemui sahabatnya itu apalagi pergi ke rumahnya. Ia hanya bisa berharap semoga Angel baik-baik saja dan masalahnya dengan Lei segera selesai.

Terpopuler

Comments

🍁AngelaᏦ͢ᮉ᳟ ☠ᵏᵋᶜᶟ❣️

🍁AngelaᏦ͢ᮉ᳟ ☠ᵏᵋᶜᶟ❣️

AngeL emang gk baik baik saja please jgn ganggu dulu Lusi 😮

2023-12-20

1

lihat semua
Episodes
1 1# Mantra
2 2# Dark Angel
3 3# Murid Baru
4 4# Omelette
5 5# Retaknya Persahabatan
6 6# Dark Angel vs White Angel
7 7# Angel Bertanya, Neville Menjawab
8 8# Pertemuan Yang Tak Terduga
9 9# Dia Ibuku
10 10# Kisah Pierre dan Michelle
11 11# Kedatangan Murid Baru Yang Meresahkan
12 12# Janjian Bertemu Sebagai Pembuktian Diri
13 13# Ide Angel
14 14# Ayo, Kita Buat Sebuah Kenangan
15 15# Ungkapan Hati Mariabelle
16 16# Cokelat
17 17# Ibu dan Anak
18 18# Apa Yang Sebenarnya Terjadi?
19 19# Bolos
20 20# Permintaan Maaf Lucy
21 21# Teman Baru
22 22# Insiden di Taman Sekolah
23 23# Kembali Ke Sekolah
24 24# Malaikat Penyelamat Lucy
25 25# Hampir Celaka
26 26# Pertemuan Dua Orang
27 27# Kedatangan Annabelle
28 28# Jeremy Meminta Bantuan Lucy
29 29# Ungkapan Perasaan
30 30# Jebakan
31 31# Menyelamatkan Angel
32 32# Malaikat Jatuh Cinta
33 33# Annabelle Kembali Ke Lumina
34 #34 Kunjungan Annabelle Ke Obscur
35 35# Sembuh Dengan Ajaib
36 36# Menyampaikan Kabar
37 37# Menolong Pria Asing
38 38# Pertemuan Yang Mengharukan
39 39# Kedatangan Louis di Rumah Angel
40 40# Makan Malam
41 41# Tamu Yang Ternyata Adalah ....
42 42# Cermin Hexagram
43 43# Mencari Penawar
44 44# Malaikat Pelindung
45 45# Tidak Akan Pernah Mengatakan
46 46# Terkunci di Atap Sekolah
47 47# Apa? Terkunci Lagi?
48 48# Serangan Mariabelle
49 49# Permintaan Tolong Michelle
50 50# Menulis Surat
51 51# Hanya Manusia Biasa
52 52# Paket Untuk Lei
53 53# Beban Pikiran Angel
54 54# Inisial Nama di Balik Cermin
55 55# Pergi ke Dunia Malaikat
56 56# Tertangkap
57 57# POV Astru - Pertemuan Dengan Eve
58 58# POV Astru - Harus Berpisah
59 59# POV Astru - Pertemuan Terakhir
60 60# Perbincangan Dengan Astru
61 61# Hari Pertama di Lumina-- Dilayani Dengan Baik
62 62# Tinggal di Kamar Seharian
63 63# Mencari Tahu
64 64# Makan Malam Bersama Yang Mulia
65 65# Akhirnya Bertemu....
66 66# Michelle Ketahuan Berbohong Oleh Maria
67 67# Kabar Tentang Angel
68 68# Perjanjian
69 69# Pulang
70 70# Menemukan Tempat Persembunyian Maria
71 71# Mariabelle Tertangkap
72 72# Mengadili Mariabelle
73 #73 Hukuman
74 74# Pilihan
75 75# Persiapan Prom Night
76 76# Prom Night, Pernyataan Cinta
77 EPILOG
78 KATA PENUTUP
Episodes

Updated 78 Episodes

1
1# Mantra
2
2# Dark Angel
3
3# Murid Baru
4
4# Omelette
5
5# Retaknya Persahabatan
6
6# Dark Angel vs White Angel
7
7# Angel Bertanya, Neville Menjawab
8
8# Pertemuan Yang Tak Terduga
9
9# Dia Ibuku
10
10# Kisah Pierre dan Michelle
11
11# Kedatangan Murid Baru Yang Meresahkan
12
12# Janjian Bertemu Sebagai Pembuktian Diri
13
13# Ide Angel
14
14# Ayo, Kita Buat Sebuah Kenangan
15
15# Ungkapan Hati Mariabelle
16
16# Cokelat
17
17# Ibu dan Anak
18
18# Apa Yang Sebenarnya Terjadi?
19
19# Bolos
20
20# Permintaan Maaf Lucy
21
21# Teman Baru
22
22# Insiden di Taman Sekolah
23
23# Kembali Ke Sekolah
24
24# Malaikat Penyelamat Lucy
25
25# Hampir Celaka
26
26# Pertemuan Dua Orang
27
27# Kedatangan Annabelle
28
28# Jeremy Meminta Bantuan Lucy
29
29# Ungkapan Perasaan
30
30# Jebakan
31
31# Menyelamatkan Angel
32
32# Malaikat Jatuh Cinta
33
33# Annabelle Kembali Ke Lumina
34
#34 Kunjungan Annabelle Ke Obscur
35
35# Sembuh Dengan Ajaib
36
36# Menyampaikan Kabar
37
37# Menolong Pria Asing
38
38# Pertemuan Yang Mengharukan
39
39# Kedatangan Louis di Rumah Angel
40
40# Makan Malam
41
41# Tamu Yang Ternyata Adalah ....
42
42# Cermin Hexagram
43
43# Mencari Penawar
44
44# Malaikat Pelindung
45
45# Tidak Akan Pernah Mengatakan
46
46# Terkunci di Atap Sekolah
47
47# Apa? Terkunci Lagi?
48
48# Serangan Mariabelle
49
49# Permintaan Tolong Michelle
50
50# Menulis Surat
51
51# Hanya Manusia Biasa
52
52# Paket Untuk Lei
53
53# Beban Pikiran Angel
54
54# Inisial Nama di Balik Cermin
55
55# Pergi ke Dunia Malaikat
56
56# Tertangkap
57
57# POV Astru - Pertemuan Dengan Eve
58
58# POV Astru - Harus Berpisah
59
59# POV Astru - Pertemuan Terakhir
60
60# Perbincangan Dengan Astru
61
61# Hari Pertama di Lumina-- Dilayani Dengan Baik
62
62# Tinggal di Kamar Seharian
63
63# Mencari Tahu
64
64# Makan Malam Bersama Yang Mulia
65
65# Akhirnya Bertemu....
66
66# Michelle Ketahuan Berbohong Oleh Maria
67
67# Kabar Tentang Angel
68
68# Perjanjian
69
69# Pulang
70
70# Menemukan Tempat Persembunyian Maria
71
71# Mariabelle Tertangkap
72
72# Mengadili Mariabelle
73
#73 Hukuman
74
74# Pilihan
75
75# Persiapan Prom Night
76
76# Prom Night, Pernyataan Cinta
77
EPILOG
78
KATA PENUTUP

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!