Satu Kamar

Aku menunggu Akash mengurus beberapa dokumen sambil duduk di lobby. Menurut staf hotel yang tadi menyambutku dan Akash, Baur Au Lac didirikan tahun 1844. Sepertinya hotel ini memiliki nilai sejarah yang tinggi.

Setelah selesai Akash memanggilku lalu kami menuju ke kamar dipandu oleh dua orang staf tadi. Ketika kamar dibuka mataku langsung dimanjakan oleh design ruangan klasik semi modern.

Karpet berwarna abu-abu motif garis kotak-kotak. Cat dinding dengan kombinasi warna coklat muda dan putih gading. Sofa berwarna krem dengan bantal-bantal kecil diatasnya. Satu buah lemari kaca besar di pojok kiri ranjang serta lampu-lampu lantai yang terdapat di setiap pojok ruangan membuat kesan mewah.

Aku mengitari setiap sudut ruangan, pandanganku tertuju pada sebuah pintu kaca yang ada diantara dua jendela lalu membukanya. Aku semakin terperangah dengan pemandangan yang kulihat, karena selain menghadap ke taman, balkon ini menghadap Danau Zurich yang terkenal. Sepanjang perjalanan tadi Paul menjelaskan segala hal tentang Zurich, Akash menerjemahkannya untukku.

Kamar ini lumayan besar. Tak hanya sofa, kamar ini memiliki meja-kursi khusus yang di desain untuk menerima tamu, mungkin. Di kamar ini juga terdapat mini bar berisi berbagai macam minuman.

Aku masuk kembali ke dalam kamar. Kulihat minuman, buah-buahan, coklat dan sebuah kartu ucapan diatas meja.

"Akash, kau mau minum?"

Akash mengangguk, aku menuangkan teh ke dalam gelas dan menyerahkannya.

"Kau juga tidur disini?" tanyaku memastikan.

"Ya, aku akan tidur di sofa jika kau tak keberatan. Kalau kau tak suka aku akan memesan kamar lain untukku." jawabnya.

Aku menghela napas, tak mungkin aku mengusirnya dari sini padahal dia yang membayar tagihannya. Kalau pun aku yang pergi tetap dia yang bayar. Kamar sebagus ini di eropa pasti harganya mahal sekali.

"Gak usah pesan kamar lagi, gak apa-apa," ucapku.

Aku membuka coklat yang ada di meja lalu memakannya sedikit. Akash membuka mini bar lalu meraih air mineral dari sana. Aku bisa melihat jelas kelelahan di wajahnya. Aku merebahkan diri di sofa lalu memejamkan mata. Tubuhku rasanya remuk setelah menempuh perjalanan yang sangat jauh.

"Biar Akash yang tidur di ranjang," pikirku.

***

Sore hari, aku terbangun. Aku mendapati diriku terbaring di ranjang dengan selimut yang menutupi tubuhku. Aku terheran, ku lihat Akash tengah tidur di sofa.

"Apa dia memindahkanku?" gumamku dalam hati.

Aku beranjak membuka koper. Aku menoleh ke arah pintu balkon yang terbuka. Sebuah ide di kepalaku muncul. Aku mengambil baju dan peralatan mandi lalu bergegas membersihkan diri secepat kilat.

Aku memakai long dress hitam panjang semata kaki dengan belahan rok sampai ke paha, aksen V neck dressnya ditambah bagian pundak yang terbuka membuatku terlihat elegan.

Setelah menyisir dan memakai make up tipis-tipis. Aku melongokan kepala ke arah kamar, ku lihat akash masih tertidur pulas. Aku mengambil high heels dalam koper dan ponsel di atas ranjang lalu menuju ke balkon. Berkali-kali ku pastikan Akash masih tidur agar dia tak terbangun.

"Ayo kita selfie," gumamku.

Aku meletakan ponsel diatas meja, menyenderkannya pada pot bunga lalu berfoto. Aku juga merubah posisi beberapa kali, menggeser meja dan kursi agar aku bisa mendapatkan angle foto yang berbeda.

Tak terasa senja semakin turun, aku mengembalikan posisi meja dan kursi ke semula. Berdiri membelakangi kamar, menatap pohon dan rumput-rumput yang berwarna-warni.

"Begini ya, rasanya musim gugur," ucapku dalam hati.

Aku menatap danau yang terbentang di kejauhan, pantulan sinar matahari di atas danau membuatku kagum. Mungkin, ini adalah pertama dan terakhirnya aku menginjakan kaki di Negara Swiss. Setelah kontrak pernikahan ini berakhir hidupku akan kembali seperti semula.

Angin dingin mulai berhembus kencang, menusuk ke dalam pori-pori kulit. Aku bergidik kedinginan, ternyata memakai pakaian terbuka seperti ini sungguh menyiksa.

"Sudah selesai?"

Aku membalikan badan, ku lihat Akash berdiri dekat pintu dengan selimut di tangannya.

"Kau sudah bangun?"

"Sudah. Aku sudah bangun dari tadi, sejak kau berada di kamar mandi." Akash menyampirkan selimut di bahuku, menutupi punggungku yang terbuka.

"Jadi, kau melihat semua yang ku lakukan ?" tanyaku memastikan.

"Aku pura-pura tidur karena tak mau kau merasa terganggu. Masuk May, dingin." Akash kembali ke dalam kamar diikuti olehku. Ia menutup pintu balkon dan menguncinya.

Aku duduk di sofa lalu melepas high heels yang ku pakai. Ku lihat Akash terkekeh sambil membuka kopernya.

"Kenapa? Ada yang lucu?" tanyaku.

"Kenapa kau tak meminta bantuanku May? Dari pada kau menggeser-geser meja ke sana ke mari. Berisik sekali," protesnya.

"Aku takut menganggumu."

Akash menyampirkan handuknya di pundak. Ia berdiri didepanku. "Kau mau makan disini atau kita turun ke resto?" tanya Akash.

"Bagaimana kalau kita turun saja?"

"Baiklah." Tangan Akash bergerak mengelus kepalaku pelan lalu berlalu ke kamar mandi.

Aku mematung di tempat, mencoba menerjemahkan maksud perlakuan Akash barusan. Aku beranjak mendekati koper yang terbuka, mengeluarkan baju dari dalam sana. Sebagian besar isinya adalah dress dan terusan yang dibelikan Akash tempo hari.

Aku membuka koper yang masih tertutup di sebelah koper Akash yang terbuka. Aku tersenyum karena di dalamnya terdapat jaket yang cukup tebal. Aku melepaskan pricetag lalu memakainya, ukurannya pas dengan tubuhku. Aku menoleh pada jaket yang lain di dalam koper, sepertinya itu milik Akash.

Aku meraih tasku, meraih satu bungkus rokok yang ada di sana. Tiba-tiba ku dengar pintu kamar mandi terbuka, aku pun menoleh.

"Akash apa kau melihat...," belum selesai ucapanku, mataku membelalak melihat Akash berjalan ke luar kamar mandi hanya memakai handuk di pinggangnya.

"Astaga, Akash !!" teriakku seraya berbalik.

"Kenapa?"

"Bisakah kau memakai baju di kamar mandi? Kau tak ingat di sini ada aku, hah?!" protesku.

"Kenapa memangnya? Aku sudah melihat punggung dan pahamu tadi, kau tak ganti baju?"

"Di luar dingin, baju panjangnya cuma ini," jawabku. Tiba-tiba Akash membalikan tubuhku, dia sudah memakai celana panjang dan kaos sekarang.

"Cepat sekali dia pakai baju," pikirku.

"Lihat belahan ini Maya." Aku terperanjat karena Akash tiba-tiba memeluk dan mengelus pahaku pelan. Aku berusaha mendorongnya tapi dengan sigap dia menahanku.

"Apa-apaan ini?" tanyaku sengit dan penuh penekanan.

"Ganti bajumu, atau aku akan membuat belahannya semakin tinggi." Akash menatapku dingin lalu menjauh, ia meraih jaketnya.

"Aku akan menunggumu di luar. Setelah makan malam kita pergi berbelanja," ujarnya. Akash memakai jaketnya kemudian berlalu meninggalkan kamar.

"Kalau tak boleh memakainya kenapa kau membelikanku baju seperti ini!" teriakku kesal.

Baru saja aku menurunkan tali gaunku, tiba-tiba pintu kamar dibuka kembali dari luar.

"Akash!" teriakku kesal pada pria yang baru saja masuk.

***

Terpopuler

Comments

Shanti Siti Nurhayati Nurhayati

Shanti Siti Nurhayati Nurhayati

gemesnya si akash,😂

2023-07-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!