Tak Sesuai

Suara musik mengalun dan menggema di seluruh ruangan ketika pintu ballroom terbuka. Aku memandang takjub pada dekorasi yang benar-benar mewah. Replika pohon bunga sakura berwarna biru berjejer di kiri kanan ruangan. Baju-baju para tamu undanganpun terlihat senada dan menyatu dengan dekorasi. Mungkin mereka keluarga Akash, karena hanya sebagian yang memakai pakaian seperti itu, yang lainnya menggunakan pakaian dengan model yang berbeda. Mereka berdiri menatapku yang berjalan pelan bersama Paman Dhika.

Aku menatap setiap orang yang ada disana berusaha mencari dimana ibuku berada.

"Jangan grogi," ujar Paman.

"Aku mencari ibu." Aku berbisik sangat pelan kepadanya.

Aku mendongak ke atas, ternyata bunga-bunga sakura replika itu dipasang hampir setinggi langit-langit ballroom. Beberapa lampu hias besar menggantung indah disana. Astaga, ini semua benar-benar cantik.

"Tolong kendalikan dirimu May!" tegur paman.

Aku berdeham dan kembali fokus ke depan, kurasakan ekor gaunku menyapu lantai bermotif hitam putih ini. Aku merasa sedang berada di negeri dongeng, menjadi putri paling cantik di negeri itu. Beberapa fotografer berjalan mundur mengambil gambarku.

Tepat ditengah ruangan sebelum pelaminan, terdapat space khusus berbentuk lingkaran. Empat pilar berukuran besar terpasang disana. Sisi-sisi space itu dipenuhi dengan bunga-bunga yang menjuntai. Terdapat satu buah lampu hias besar berwarna emas di sana.

Ada dua orang laki-laki yang berdiri disana. Satu orang yang terlihat cukup berumur dengan janggut tipis berwarna putih menghadap ke arahku. Ia berdiri tepat di belakang sebuah altar kecil yang disediakan di sana. Bisa ku tebak, dia adalah seorang pendeta.

Sedangkan satu orang lagi berdiri membelakangiku, dia memakai setelan tuxedo berwarna hitam. Postur tubuhnya tinggi dan memiliki bahu yang lebar. Apakah dia Akash yang sering ibu dan Tante Mega sebut-sebut?

Tunggu.

Apa itu tadi? Altar? Pendeta?

"Ya Tuhan, ini acara pemberkatan!" seruku panik dalam hati. Merasa gelagatku berubah Paman Dhika tiba-tiba menggenggam erat tanganku dengan tangan kirinya.

"Diam, atau semuanya akan kacau!" perintah paman.

"Ini tidak sesuai dengan kesepakatan paman. Ibu dan Tante Mega bilang hanya resepsi!" protesku. Paman Dhika tak mengindahkan ucapanku, ia terus mengeratkan genggamannya agar aku tak bisa kabur.

"Jika kau macam-macam Maya, harga diri keluargaku akan hancur dan kau yang akan menanggung akibatnya!" ancam Paman Dhika pelan.

Ya, pria ini benar ada banyak ratusan tamu undangan disini. Mungkin salah satu dari mereka adalah orang-orang penting.

Aku menoleh kebelakang, mencari ibuku. "Ibu, bagaimana ini? Kemana ibu pergi?"

Jarakku dan altar semakin dekat, laki-laki bernama Akash itu berbalik. Belum selesai keterkejutanku dengan ballroom dan pendeta, sekarang aku terkejut melihatku pria di depanku.

Dia Ranbir Kapoor, maksudku pria asing yang aku belikan kopi kemarin lusa. Ia pun sama terkejutnya denganku, matanya membelalak menatapku dengan tatapan tak percaya.

Paman Dhika menyerahkan tanganku pada Akash, laki-laki itu menatap Paman Dhika dengan tatapan bingung.

"Aku dan Mega akan menjelaskannya nanti Akash, sekarang lakukan apa yang harus kau lakukan," ujar Paman Dhika kepada Akash.

Akash menarikku kehadapan pendeta, aku menatap matanya dan menggeleng pelan. Ia tak mengacuhkan isyaratku dan meminta pendeta agar pemberkatannya dimulai.

Perasaanku mulai kacau, apakah pendeta ini pura-pura juga? Bagaimana jika pendeta ini asli?

Ketika pendeta mulai berbicara, aku tak bisa fokus. Aku menoleh pada Akash, jambangnya kini terlihat lebih rapi, kumisnya menghilang entah kemana, janggutnya juga kini hanya tesisa tipis-tipis. Dia benar-benar terlihat seperti Ranbir Kapoor sekarang, lebih tampan dari yang terakhir ku lihat.

Kini aku mengerti kenapa ia terlihat kacau di kafe kemarin lusa. Seharusnya yang ada di altar ini bukan aku, tapi kekasihnya.

Hatiku tiba-tiba mencelos, ada perasaan sedih yang tiba-tiba menguap membuat mataku mengembun. Dibalik tatapan dingin dan acuhnya Akash, pasti ada rasa sedih dan kecewa yang teramat sangat dalam.

Perempuan mana yang tega pergi meninggalkan calos suaminya beberapa hari sebelum pernikahan berlangsung. Apa mereka putus?

"Maya."

"Maya!"

"Ya?" Aku terkejut mendengar Akash memanggil namaku.

"Apakah kau Maya Adisti bersedia menikah dengan  Akash Praharsa yang hadir disini, berdiri disampingmu. Mencintainya dengan setia seumur hidup baik dalam suka maupun duka?" tanya Pak Pendeta.

Jika kali ini pendeta itu bertanya padaku, pasti ia sudah bertanya pada Akash lebih dulu. Aku tak bisa lari lagi. Entah ini pernikahan betulan atau pura-pura aku tak peduli, yang jelas setelah ini aku akan meminta bayaran yang setimpal.

"Ya, saya bersedia," jawabku.

Seorang perempuan mendekati kami membawa sebuah nampan berisi dua buah cincin, perempuan itu memberikan cicin kepadaku. Spontan Akash menyodorkan tangan kirinya aku pun memasangkan cincin itu pada jari manisnya. Akash pun melakukan hal yang sama.

"Kini kalian sudah sah menjadi suami istri, berbahagialah," ucap pendeta.

Tiba-tiba Akash menarikku, membuat tubuhku merapat padanya. Ia menatapku dingin dan lekat, aku berusaha melepaskan diri tapi rangkulannya begitu kuat.

"Diam, kalau tidak kita akan terlihat aneh," katanya. Aku pun terdiam mencoba kembali masuk ke dalam peran.

Tanpa komando Akash mengikis jarak antara kami dan memagut bibirku dengan lembut. Aku terkejut tapi deruan napas Akash mengingatkanku kembali bahwa kita sedang bersandiwara. Aku memejamkan mata lalu membalas pagutannya.

Lama kami di posisi itu sampai akhirnya riuh tepuk tangan, siulan dan ucapan selamat membahana di sekitar kami. Akash pun menjauh.

"Maaf," lirihnya.

Apa yang dia pikirkan?

Apa dia membayangkanku sebagai orang lain?

Aku tak menjawab, deru napasku tak menentu, debaran jantungku tak beraturan. Tiba-tiba aku tersipu malu melihatnya. Ini adalah ciuman pertamaku, tak ku sangka aku melakukannya pada pernikahan palsu. Tak bisa ku pungkiri jauh dilubuk hatiku, aku merasa sedih.

Aku dan Akash berbalik menghadap ke seluruh tamu undangan. Tepuk tangan semakin ramai, baru aku lihat diantara mereka ada ibuku yang menatapku dengan tatapan yang sulit aku artikan.

***

Selesai acara pemberkatan, mereka membawaku ke ruang ganti, memakaikan lehenga biru yang kemarim ada di kamar dan beragam perhiasan. Jujur ini lebih berat dari gaun pengatin putih yang baru saja ku tanggalkan. Rasanya aku jadi lebih sulit bergerak.

"Ini berat sekali," keluhku.

"Lehenga memang berat tapi jika kau berputar ia akan mengembang cantik sekali. Coba berputar," perintah salah satu MUA itu.

Aku berputar dan benar. Rok lehenga yang ku kenakan mengembang indah. Bordir-bordir berwarna perak yang memberatkan itu tampak lebih bagus. Mereka bilang lehenga itu sangan cocok denganku.

"Boleh gak aku tak memakai ini? Ribet banget kalau harus pakai dua." Aku menunjuk dupata yang menutupi kepalaku.

"Baiklah, sepertinya kamu lebih cantik jika rambutmu terlihat." Mereka pun melepaskannya. Kini aku hanya memakai satu dupata yang tersampir di bahuku.

Akhirnya, setelah bertahun-tahun aku menonton, aku bisa memakai pakaian ini. Rasanya aku sedang menjelma menjadi Aiswarya Rai. Dasar aku si tukang halu!

Pintu ruang ganti terbuka, ibuku masuk dan meminta semua orang keluar.

"Ada apa bu? Gimana penampilanku? Cantik bukan?" tanyaku.

"Kau cantik May, tapi ada yang harus ibu sampaikan." Ibu menatapku dengan serius.

"Apa bu?" Aku terheran dengan gelagat ibu yang gusar.

"May, maafkan ibu. Pernikahan yang tadi itu asli. Kamu sudah menjadi istri Akash sekarang."

"Apa?!" teriakku.

***

Terpopuler

Comments

Shanti Siti Nurhayati Nurhayati

Shanti Siti Nurhayati Nurhayati

ouh ya ampun, semoga akash pria baik,,

2023-06-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!