Permintaan Ibu

"Ayolah May, sehari aja," ujar ibuku.

Aku terdiam, duduk di atas kasur kamarku dengan tangan terlipat diatas dada mencoba mencerna apa yang ibu katakan. Pikiranku sibuk menimbang dan memutuskan apa yang akan aku perbuat.

Tapi, dipikir berapa lama pun ini terdengar gila,  bagaimana mungkin aku bersedia menjadi pengantin pengganti laki-laki yang tak aku kenal. Apa kata teman-temanku nanti jika tiba-tiba tahu aku sudah menikah? Bahkan jika itu hanya pura-pura?.

Pura-pura jadi pengantin ?

Yang benar saja.

"May..." panggil ibuku lembut, kurasakan ia duduk disampingku. Tubuhku yang menyila diatas kasur jadi condong ke sebelah kiri.

"May, Mega itu sahabat ibu, ibu tak sampai hati menolak permintaanya, kasihan mereka. Tak mungkin mereka tiba-tiba membatalkan apa yang sudah mereka persiapkan untuk pesta, pasti akan ada banyak gosip diluar sana," jelas ibu.

Oh Tuhan lalu bagaimana denganku?.

Apa ibu tak memikirkan nasib anaknya sendiri?.

"Ayolah May.... Kamu gak beneran nikah. Kamu cukup berdiri di pelaminan, menyapa semua tamu undangan yang datang. Sudah selesai," sambung ibu.

Aku menghela napas panjang. Salah apa aku sampai harus berada di posisi ini?

"Kenapa harus aku sih bu?" protesku.

"Soalnya mereka maunya yang masih kuliah May. Biar kalau pas tamu undangan nanyain gak malu-maluin banget mereka jawabnya," ujar ibu.

"Apa gak ada orang lain bu?"

"Kalo ada mereka gak akan minta bantuan kita nak." Ibu mengelus kepalaku pelan. Ah, wanita ini selalu saja terlalu baik pada semua orang.

Aku mendecak kesal, bagaimana mungkin disaat genting seperti ini mereka masih memikirkan kriterianya sendiri. Sungguh orang-orang yang mementingkan diri sendiri. Bagaimana bisa ibu berteman dengan orang seperti itu?.

"Lagian May, Akash itu setahu ibu ganteng lho. Dia juga pengusaha muda. Mega bilang kalo kamu setuju semua permintaanmu akan dipenuhi." Ibu masih gigih merayuku.

"Oh, Akash namanya," batinku.

Tapi, mendengar perkataan ibu barusan, sepertinya boleh juga. Minta apa ya sama mereka? Mobil? Rumah? Uang?

Aku membuka mata lalu menatap ibu serius.

"Baiklah aku setuju," kataku.

Ibu terlihat sangat senang, ia mencium pipiku beberapa kali. Sebenarnya aku tak bisa menolak permintaan ibu, hanya saja aku ingin memastikan apa yang akan aku dapat jika setuju.

Mendengar mereka mau memenuhi semua keinginanku, aku jadi bersemangat. Tak dipungkiri saat ini aku membutuhkan uang untuk biaya kuliah. Setidaknya dengan itu aku bisa meringankan beban ibu.

Aku merebahkan diri di atas kasur, ku edarkan pandangan ke seluruh kamar lalu menghela napas panjang. Mungkin memang dengan cara ini Tuhan memberi jalan keluar atas kesulitan yang sedang aku hadapi.

Aku menoleh ke arah pintu, ku lihat ibu tengah sibuk menelpon dengan seseorang. Ku pandangi wajah teduhnya, sepertinya ibu benar-benar tulus membantu temannya yang bernama Mega itu. Tiba-tiba ibu tergopoh-gopoh menghampiriku.

"Kamu siap-siap ya, besok kita pergi ke hotel tempat acaranya," ucap ibu.

"Emang kapan nikahnya bu?" tanyaku malas.

"Lusa may!"

"Apa!?" Aku terlonjak kaget lalu mendengus kesal.

Ini hari jum'at, berarti pernikahan diadakan hari minggu. Sepertinya waktu sangat mendukung.

Aku beranjak dari tempat tidur, meraih sebuah kemeja kotak-kotak, memakainya dan membiarkan seluruh kancing terbuka. Aku menyisir rambut lalu mengikatnya asal.

"Mau kemana May?" tanya ibu.

"Ke distro bu. Aku harus izin sama A Agung," jelasku.

Bisa dikatakan Agung itu adalah bosku, selain itu dia merupakan kakak tingkatku di kampus.

"Kan bisa telpon aja May…"

"Ah ibu, kayak gak tahu A Agung aja," jawabku seraya memakai sepatu.

Aku mengambil helm lalu mencium tangan ibu khidmat. Terlihat wajahnya menunjukan kekhawatiran.

"Jangan ngebut ya May. Ingat acaranya lusa," ucap ibu.

Astaga, sepertinya ibu benar-benar menganggapku sebagai pengantin. Aku menggeleng-gelengkan kepala.

Motorku melaju dengan kecepatan sedang menuju sebuah distro perlengkapan pria yang cukup besar di Jalan Kapatihan, Bandung.

Setelah memarkirkan motor maticku, aku bergegas masuk ke dalam distro. Kulihat Nia temanku sedang sibuk menggantungkan kaos baru.

"A agung mana Nia?" tanyaku.

"Kayaknya di gudang, beresin barang. Kamu ngapain ke sini katanya mau bimbingan?"

"Dosennya gak masuk, jadi mending kerja aja dari pada bosen di rumah," jawabku.

Aku berjalan ke belakang, menyimpan tasku di loker yang sudah disediakan. Setelah itu aku menghampiri A Agung yang sedang membereskan stok digudang.

"Barang yang dateng banyak A?" tanyaku.

"Eh, May. Gak jadi bimbingan?"

"Nggak A, dosennya gak masuk. A besok sama minggu aku izin boleh ya?" ucapku.

"Kenapa? Ibu sakit?"

"Ngga A, aku ada acara keluarga. Hari senin aku masuk siang kayak biasa," jelasku.

"Oke, kamu bantuin Nia ya?"

"Siap Makasih ya A!" sahutku dibalas dengan anggukan A Agung. Aku pun kembali ke depan membantu Nia memajang baju-baju dan celana model terbaru ke rak.

***

Sore harinya hujan turun sangat deras, pelangganpun tak banyak yang berkunjung. Aku mulai bosan jika hanya duduk di dekat meja kasir.

"Hujan gini mah, enaknya ngebakso, mau gak?" tanyaku pada Nia.

"Hayu, tapi akunya boke. Kamu minta A Agunglah May..." ucap Nia pelan.

"Gak perlu minta, nih beli bakso sana. Sekalian kopi ya !" sahut A Agung. Dia menyimpan uang seratus ribu diatas meja.

"Mantap! Pokoknya A Agung mah the best boss in the world!" ucapku semangat.

Aku menggulung celana jeansku lalu bergegas keluar distro, menyebrang, menghampiri pedagang bakso pinggir jalan yang sudah menjadi langgananku.

"Mang, bakso tiga campur semua pedesnya dipisah, nanti diambil ya," ucapku.

"Siap Neng Maya!"

Aku berlari kecil menyusuri trotoar, menuju sebuah kafe yang tak jauh dari tempat bakso tadi.

"Eh, May. Ngopi?"

"Iya A Diki, yang biasa buat A Agung satu, jus jeruk satu, ice caramel latte satu take away," jawabku.

"Hujan-hujan gini pada minus es. Gimana ini teh ?" protes A Diki.

"Kan ngebakso A, bakso mah cocoknya sama yang dingin-dingin."

Aku mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan yang lumayan besar. Penglihatanku tiba-tiba tertuju pada seorang laki-laki yang duduk menghadap ke luar jendela.

Ia terlihat tidak memesan apa-apa. Tidak ada kopi atau minuman lain di atas meja. Dia hanya duduk memangku dagu dengan tangan dan melamun memandang hujan. Terlihat dari pakaiannya sih sepertinya orang kantoran. Memakai kemeja lengan panjang tanpa dasi, celana bahan necis, sepatu pantofel yang mengkilap dan jam tangan yang terlihat mahal.

"A Diki, tambah hot caramel latte satu, gak usah dibungkus ya," ujarku yang dibalas dengan anggukan.

Setelah menyelesaikan transaksi pembayaran, aku meraih kresek dan satu gelas hot caramel latte. Aku berjalan menuju laki-laki yang tengah melamun itu. Sepertinya ia sedang ada masalah, wajahnya terlihat murung dan matanya sembab seperti habis menangis.

"Hot caramel latte Pak," ucapku seraya menyimpan gelas itu dihadapannya.

Laki-laki itu menoleh, aku terkejut. Entah karena wajah tampannya atau karena tatapannya yang menatapku kesal. Aku menjadi gelagapan. Sepertinya niat baikku dia salah artikan atau mungkin laki-laki itu marah?

Aku takut dia berpikir aku memaksanya membeli kopi.

"Udah dibayar kok Pak kopinya. Permisi."

Aku bergegas keluar, meraih payung yang tergeletak lalu berjalan menerobos hujan. Setelah mengambil pesanan baksoku, aku kembali ke outlet.

"Lama banget sih May," protes Nia.

"Beli sendiri sana!"

Setelah makanan kami habis. Aku dan A Agung asik menghisap rokok di ruang penyimpanan. Kami duduk didepan loker seraya mengobrol dan menikmati kopi yang tadi ku beli, sedangkan Nia berjaga di depan.

Baru beberapa menit tiba-tiba Nia menghampiri kami.

"May ada yang nyari," kata Nia setengah berbisik.

"Siapa?" tanyaku

"Gak tahu."

Aku mengisap rokokku sekali lalu mematikannya. Bergegas aku ke depan diikuti oleh Nia. Aku terhenyak, melihat seorang laki-laki yang sedang asik melihat-lihat kaos di salah satu sudut.

"Ngapain dia kesini?" batinku.

 

****

Bersambung..

Terpopuler

Comments

Rhein16

Rhein16

aku baru install lagi demi membaca novel kalian🤣

2023-06-28

0

Shanti Siti Nurhayati Nurhayati

Shanti Siti Nurhayati Nurhayati

lumayan enak baca jalan cerita ny👍

2023-06-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!