Aku dan Akash keluar dari mobil, dari sini bisa kulihat Nia yang tengah sibuk memakaikan baju pada mannequin. Mungkin karena mendengar suara deru mobil ia menoleh. Nia melambaikan tangannya kepadaku.
"May! Kamu kalo ada bimbingan bilang dong. A Agung ngomel tuh! Kemarin juga motor kamu diderek orang. Kita udah coba telpon tapi nomor handphone kamu gak aktif!" omel Nia setelah aku dan Akash masuk ke distro.
Nia menatap Akash dengan heran, aku pun mengerti. "Nia, kenalin ini Akash, suamiku."
"Apa?!" Nia menarikku ke ruang penyimpanan.
"May, kamu serius?" tanya Nia lagi.
Aku menunjukan henna yang masih menyala terang dan cincin ditanganku. "Jadi Nia, pas aku izin kemarin itu sebenarnya aku nikah."
"Kok gak undang kita sih May? Mendadak banget! Kamu gak hamil duluan kan?"
"Ada apa ?" tanya A Agung yang baru saja keluar dari gudang.
"Ini lho A, May diam-diam nikah. Cowok yang kemarin nyariin dia itu suaminya," ucap Nia.
"Benarkah?" Ekspresi A Agung terlihat seperti menyidik.
"Iya, A. Aku yang meminta Akash menyewa orang untuk menderek motorku. Maaf aku tidak mengabari lebih dulu, handphoneku rusak. Aku kesini juga mau bilang kalo aku mau berhenti kerja."
Berat rasanya mengatakan ini pada mereka berdua, sepanjang hidupku A Agung dan Nialah yang banyak berjasa membantuku di masa-masa sulit.
"Kamu tidak sedang menutupi sesuatu kan May? Rasanya aneh, bukankah pria itu yang kamu beri kopi? Kok bisa baru ketemu langsung nikah?" A Agung memegang pundakku.
A Agung sudah seperti kakakku sendiri. Dia mengenalku dengan baik, mungkin kali ini dia mengerti ada yang sedang tidak beres dikehidupanku.
"Ceritanya panjang A. Pokoknya intinya gitu aja. Kayak yang aku bilang tadi," jawabku.
"Baiklah May. Jika itu keputusanmu aku tidak bisa apa-apa, tapi sering-sering main kesini ya. Kalau ada masalah cerita sama kita, kamu bisa balik lagi kesini kapan saja," jelas A Agung.
"Makasih ya A." Aku berjalan membuka loker dan memasukan beberapa barangku yang tersimpan di sana ke dalam tas yang ku bawa.
Setelah selesai aku pamit pada Nia dan A Agung. Lama Nia memelukku, aku berjanji padanya akan sering datang mengunjunginya ke distro atau ke kosan.
Aku kembali ke depan, ku lihat Akash berdiri menunggu seraya memasukan tangannya ke dalam saku.
"Sudah selesai?" tanyanya.
Aku mengangguk. Akash pamit, ia menyalami Nia dan A Agung. Kami pun kembali ke mobil. Aku membuka tasku merain ponsel di dalam sana, mati. Sudah dua hari aku tidak mengisi baterai. Pantas saja A Agung dan Nia sulit menghubungiku.
Mobil Akash terus melaju, di pusat kota Akash membelokan mobil ke sebuah mall yang terkenal dengan toko-toko brandednya. Ia mengajakku masuk ke sebuah toko sepatu. Memilih high heels, wedges dan slipper masing-masing satu pasang.
"Coba May!" perintah Akash.
"Kamu mau beliin aku semua ini? Gak usahlah, sepatuku masih bagus," sergahku.
Bukannya menjawab Akash malah mengambil satu pasang sneaker lalu menyerahkannya padaku.
"Coba!"
Aku pun menurut, aku duduk di sofa dan mencobanya satu-satu. Selesai memilih size Akash membayar belanjaanku lalu menenteng semua paperbagnya. Aku dan Akash kembali berjalan lalu masuk ke toko pakaian.
Melihat Akash memilihkanku dress-dress selutut, rok, blazer, dan blouse aku mendecak kesal. Ia terlihat sibuk berbincang dan memilih bersama beberapa pegawai toko, sedangkan aku duduk sambil melipat tangan di dada.
"Cobain May!" Akash menyuruhku mengikuti salah satu pegawai yang memegang banyak sekali baju di tangannya.
"Akash. Jika kau memintaku berubah menjadi orang lain, aku tak mau."
Akash meminta pegawai toko itu menyimpan baju yang ia pegang di kamar pas, ia menarik tanganku setelah pegawai itu keluar.
"Kau mau mencobanya sendiri atau aku bantu?"
"Aku tak suka cara seperti ini," ucapku penuh penekanan.
"Maya aku tidak membuatmu menjadi orang lain. Aku hanya membantumu agar kau bisa menempatkan diri. Mana pakaian yang dipakai saat meeting, ke pesta atau jalan-jalan ke luar rumah," jelas Akash.
"Meeting?" tanyaku heran.
"Ya Maya, kau akan menemaniku di beberapa pertemuan. Tak mungkin aku membiarkan penampilanmu seperti ini terus-terusan. Apa kata rekan bisnisku nanti?"
Baiklah, aku menyerah. Aku menuruti lagi kemauan Akash karena alasan yang dia berikan masuk akal. Aku semakin penasaran sebenarnya apa pekerjaan pria ini?
Selanjutnya yang ku lakukan adalah keluar masuk kamar pas dan berjalan bolak-balik di depan Akash sampai ia menemukan baju yang ia suka. Bagian ini benar-benar melelahkan.
Tak hanya itu, Akash juga membawaku ke toko tas dan toko ponsel. Lebih parahnya dia membawaku ke toko underwear. Terjadi perdebatan yang cukup sengit di sana. Sampai terpaksa Akash menarikku ke dalam toko agak kasar.
Kenapa Akash sampai berpikir membelikanku dalaman yang baru? Apa maksudnya?
"Ambil." Akash menyerahkan beberapa paperbag padaku karena tangannya sudah penuh.
"Akash aku capek," keluhku.
Tanpa menjawab ia mengajakku masuk ke sebuah restoran. Ia memilih beberapa menu. Aku menunggu sambil memijit-mijit kakiku yang sakit. Tidak perlu menunggu lama makanan pun datang. Tak ada kata lagi, aku dan Akash sibuk mengisi energi.
"Maya, kemarikan handphonemu," ucap Akash.
Aku membuka tas lalu menyerahkan ponselku. Ku lihat ia membongkarnya, memasukan sim card dan memory card ku ke ponsel baru dan menyalakannya. Ia memanggil nomornya sendiri di ponsel baru itu lalu menyimpan nomorku di ponselnya.
"Simpan nomorku." Akash memberikan ponsel baru itu padaku.
"Harus banget ya ganti hape?" tanyaku. Akash tak menjawab pertanyaanku, ia kembali menyantap makanannya.
***
Menjelang sore, aku dan Akash tiba di apartemen. Ternyata satu rumah dengan orang asing itu tidak enak. Mau begini takut salah, mau begitu canggung. Apalagi menyadari kalo aku hanya menumpang. Karena bosan aku memutuskan untuk berendam air hangat di bathtub, menghilangkan penat sehabis berjalan seharian.
Aku keluar dari kamar mandi menggunakan kaos oblong dan hot pans. Ku lihat Akash sedang memainkan ponselnya di sofa ruang tengah. Kantong-kantong belanja tergeletak tidak jauh darinya.
Aku meraih paperbag berisi sandal dan sepatu lalu membawanya ke lemari dekat pintu masuk. Ketika aku membukanya pandanganku langsung tertuju pada high heels berwarna merah yang tersimpan di rak paling atas. Aku meraihnya dan membolak-balik high heels itu.
Entah apa yang terjadi tiba-tiba mataku memanas, napasku terasa sesak. Tiga hari ini rasanya aku menjadi sangat emosional apalagi saat melihat Akash. Aku memang mencari keuntungan dari pernikahan ini. Aku tak peduli dengan Akash dan semua kepentingannya, tapi jauh di lubuk hatiku aku merasa sedih.
Pernikahan yang harusnya aku lakukan sekali seumur hidup bersama orang yang aku cintai ternyata hanya mimpi belaka. Kenyataannya aku harus menjalani hidup bersama orang asing yang mencintai orang lain. Baru aku sadari ternyata hatiku ini kesepian, rasanya seperti ada ruang kosong yang sangat dingin di dalam sana.
Aku melirik ke arah Akash, sejak hari pertama aku bertemu dengannya laki-laki itu tak pernah memperlihatkan ekspresi apapun selain kesal. Dia tidak pernah menjelaskan siapa dirinya, atau mungkin belum?
Dia juga tidak pernah menanyakan semua tentangku. Jangankan untuk sekedar berteman, sepertinya dia malah memasang tembok penghalang besar diantara kami. Aku memasukan kembali high heels itu ke dalam lemari lalu membereskan barang yang tadi kami beli dengan cepat.
Aku menutup pintu lemari itu pelan sekal. Setelah itu aku berjalan kembali ke kamar. Ku lihat Akash menoleh ke arahku.
"Bereskan juga yang lainnya Maya," ucapnya.
Aku menghiraukannya, aku masuk dan menutup pintu lalu merebahkan diriku di ranjang. Aku mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Tak ada kenyamanan di kamar ini, yang ada hanya sepi sama seperti perasaanku sekarang.
Bayangan wajah teduh ibu terlintas di pikiranku, aku merubah posisiku menyamping menghadap jendela dan pintu balkon. Ingin rasanya aku bangun, merokok dan menelpon ibu tapi mataku berat sekali.
Baru aku terlelap samar-samar aku mendengar pintu kamar dibuka dari luar, mungkin Akash masuk untuk mengambil barang-barangnya, tapi seiring tedengarnya bel rumah yang berbunyi pintu kamar kembali ditutup dengan pelan.
"Ibu, aku rindu," gumamku dalam hati.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Shanti Siti Nurhayati Nurhayati
jangan sampai Maya yg jatuh cinta duluan, 😌
2023-07-01
0