Hadiah dari Mega

#POVAkash

Aku melirik Maya yang tengah membereskan sandal-sandalnya, kenapa gadis itu berdiri di sana lama sekali?

Aku mencoba mengabaikan tapi tingkahnya membuatku penasaran. Setelah membereskan sandal mendadak ekspresi wajah Maya berubah muram. Ku suruh dia merapikan belanjaannya tapi dia tak memperdulikan ucapanku.

Rasa penasaranku semakin besar ketika dia menutup pintu kamar dengan keras. Aku masih diam untuk beberapa saat sampai akhirnya aku beranjak untuk mengecek keadaannya.

Ku lihat ia tertidur membelakangi pintu. Baru saja hendak masuk bel apartemen berbunyi aku menutup pintu kamar pelan lalu bergegas membuka pintu depan.

"Ibu? Ada apa?"

"Kau baik-baik saja Akash?" tanya ibu seraya masuk ke dalam apartemen.

"Aku baik-baik saja bu."

"Kau? Belanja sebanyak ini untuk apa?" Ibu terkejut melihat banyak sekali kantong belanja di sofa dan karpet.

"Itu milik Maya," jawabku acuh.

"Maya? Maya siapa?"

"Istriku bu, lalu siapa?"

"Maksudmu gadis yang di pernikahanmu itu? Mana dia?" Wajah ibu berubah sumringah, ia berjalan, membuka pintu kamar memastikan keberadaan Maya.

"Kau membawanya kesini?" tanya ibu lagi.

"Ya bu, memang aku harus apa? Sudah terlanjur aku menikahinya."

"Kamu benar, ibu harap kamu bisa cepat move on dan bisa menerima Maya. kebetulan sekali. Ibu tidak perlu susah-susah membujukmu menjemput Maya. Kalau begitu ibu akan meminta ayahmu agar memperpanjang masa cuti dan mengatur ulang jadwal perjalanan bulan madumu," ucap ibu dengan semangat.

"Tidak usah bu, untuk apa?" cegahku.

"Jangan membantah! Lusa kamu berangkat dengan Maya!" kata ibu tegas.

"Bu, bagaimana mungkin aku pergi dengan perempuan yang baru saja aku kenal?" protesku.

"Anggap saja perjalanan ini misi agar kalian saling mengenal lebih jauh," jawab ibu.

Ibu berjalan keluar apartemen, sedangkan aku terus protes atas keputusan ibu.

"Ingat Akash, Maya itu istrimu bukan orang lain."

"Tapi bu...," belum selesai aku bicara ibu menutup pintu dengan keras.

Aku meremas rambutku kesal, meraih semua kantong belanja yang bergelatakan dan menyimpannya di atas kasur di samping Maya yang tertidur.

Aku mendekatinya berdiri menatap wajahnya yang teduh, keningnya sedikit mengkerut. Aku menoleh ke belakang, lembayung jingga yang masuk lewat jendela membuatnya silau. Aku berbalik menutup semua gorden lalu menyalakan lampu.

"Aku? Pergi dengan gadis ini, yang benar saja?" gumamku.

***

Keesokan harinya aku mengajak Maya pergi, niatku untuk membeli perlengkapan dan makanan untuk bekal bulan madu. Ibu memberiku waktu sepuluh hari, dua hari perjalanan bolak-balik dan delapan hari waktu yang akan aku habiskan bersama Maya disana. Ibu juga sudah memesan hotel dan guide tour,  apa ibu sengaja mengusirku?

Awalnya Maya menolak untuk pergi, tapi setelah dibujuk oleh ibu lewat telpon ia pun setuju. Maya keluar kamar dengan menggunakan cena jeans, kaos oblong dan jaket khasnya. Aku menarik tangannya kembali ke kamar, ku buka lemari pakaiannya lalu meraih cardigan yang kemarin aku beli.

"Pakai ini," ujarku.

"Kenapa?"

"Tidak apa-apa, pakai saja."

Maya melepas jaketnya lalu memakai cardigan itu, aku mendekat melepaskan ikatan rambutnya. Bisa ku rasakan aroma parfum memenuhi indra penciumanku. Jika dilihat-lihat Maya lebih cantik jika rambutnya digerai. Rambutnya lurus tapi ikal di bagian bawah, tanpa sadar aku tersenyum melihatnya.

Sejujurnya, sejak melihat Maya memakai lehenga beberapa waktu yang lalu entah mengapa rasanya ada magnet pada gadis ini. Apalagi ketika Maya menari bersamaku, aku seakan dibawa ke sebuah dimensi yang aku juga tak tahu itu dimana.

Hal yang paling Ruth tidak sukai dariku adalah tradisi kami sebagai keterunan India, di mana musik dan tarian sudah menjadi hal yang tak asing bagi kami.

Kakekku orang India asli, beliau lahir di Kota Mumbai. Terlahir dari keluarga yang kaya raya kakekku diberikan misi memperluas bisnisnya di bidang perhotelan dan furniture ke Indonesia. Akhirnya setelah lama berusaha kakek berhasil membuka cabang perusahaan di sini, Kota Bandung.

Sekarang di bawah kepemimpinan ayahku perusahaan kakek sudah menjadi perusahaan independen. Bukan perusahaan cabang lagi dan lebih fokus bergerak di bidang perhotelan, apartemen dan travel. Ayah berhasil membuka banyak cabang hotel dan apartemen di kota-kota besar di negara ini bekerjasama dengan kakaknya, Paman Dhika.

Tidak hanya itu, ayah dan paman juga berhasil membuka cabang di beberapa negara lain. Hal itu yang membuat ayah kerap kali bepergian ke luar negeri, entah itu bersama ibu atau rekan-rekan bisnisnya yang lain.

Setahun  yang lalu aku menggantikan ayahku menempati jabatan Direktur Utama. Ayah, meski umurnya belum terlalu sepuh ia sudah merasa bosan harus selalu ke sana ke mari mengurusi perusahaan. Katanya sudah saatnya ia menikmati hidup, menjadi pemegang saham saja baginya sudah lebih dari cukup, sama seperti paman Dhika.

"Akash…."

Panggilan Maya membuyarkan lamunanku, aku segera menarik tanganku dari belakang kepalanya lalu berbalik pergi.

"Apa aku sebegitu memalukannya bagimu? Apa penampilanku begitu buruk?" Pertanyaan Maya membuat langkahku terhenti.

"Tidak," jawabku.

"Lalu kenapa?"

"Aku tidak mau penampilanmu menjadi bahan gunjingan orang lain Maya, apalagi kalau sampai masuk media." Jawaban yang ku ucapkan benar adanya. Aku tak mau ada gosip-gosip murahan berteberan di media apalagi jika fakta tentang pernikahan ini terbongkar.

"Aku harap kau mengerti May, sekarang ayo kita pergi," ajakku.

Maya mengekori langkahku dibelakang. Keluar lift aku menarik tangan Maya agar langkah kami sejajar. Sangat aneh jika pasangan suami istri berjauhan. Dari ekor mata aku dapat melihat Maya menoleh dan memperhatikanku sebentar.

Ah Ruth, andai saja kau disini. Perjalanan ini adalah impianmu. Kita pernah merencanakan ini sebelumnya, menyakitkan rasanya aku harus pergi bersama perempuan lain.

Aku membeli beberapa pakaian lagi untuk Maya, makanan kaleng, obat-obatan dan beberapa keperluan lainnya. Kami berjalan bersama mendorong troli, kulihat Maya mengibaskan rambutnya beberapa kali sepertinya ia merasa tak nyaman.

"Sebentar Maya." Aku merogoh saku celana, mengeluarkan ikat rambut yang tadi maya pakai lalu berdiri di belakangnya. Maya menyentuh rambutnya, penasaran dengan apa yang sedang ku lakukan.

"Akash, kau mengepangnya?"

"Sedikit." Aku memang meraih sebagian rambutnya dan mengepangnya, sedangkan rambut lainnya aku biarkan tergerai. Aku juga menyisakan poni tipis yang membingkai wajahnya.

"Berbalik," perintahku.

Aku mengangguk lalu kembali mendorong troli. Maya mematung beberapa saat lalu menyusulku.

***

Malam harinya di apartemen, aku menurunkan beberapa koper dan tas besar yang biasa aku gunakan untuk bepergian. Aku juga mengeluarkan pakaian yang akan ku bawa, Maya pun sama.

Ponselku bergetar, aku membuka pesan lalu bergegas ke luar menuju lobby. Seorang staf kantor menungguku di sana. Setelah memberikan amplop berisi dokumen staf itu pergi.

Aku kembali menemui Maya yang tengah sibuk bebenah, ia juga mengemas barang-barang yang sudah ku pilih ke dalam koper.

"Ini" Aku menyerahkan amplop coklat itu pada Maya.

"Apa ini?"

"Paspor dan visa untuk besok, ibuku yang mengurusnya. Ibu yang mengambil semua dokumen yang diperlukan ke rumahmu sekalian mengabari  tentang keberangkatan kita pada ibumu," jelasku.

Sepertinya kedatangan ibu kemarin memang untuk ini. Mungkin ibu sudah merencanakan semuanya. Sepertinya ibu juga sudah tahu dari anak buahnya kalau aku mencari Maya. Entah kapan ibu datang ke rumah Maya, jika tidak? Paspor dan visa Maya tak akan selesai secepat ini. Ibu selalu bergerak cepat.

"Bukannya kalau bikin paspor sama visa harus difoto dulu ya? Kan aku enggak," tanya Maya sambil membuka amplop tersebut.

"Tanya saja ibumu. Mungkin ibu memberikan fhoto yang ada di rumah," jawabku.

"Oh, iya. Ini foto waktu aku daftar jadi panitia festival teater. Memang kita mau kemana?"

"Zurich, Swiss." jawabku.

"Hah?!"

***

Terpopuler

Comments

🌕🌊🍁🪷

🌕🌊🍁🪷

😹

2023-07-03

0

Shanti Siti Nurhayati Nurhayati

Shanti Siti Nurhayati Nurhayati

kok aku bacanya jurig 😂

2023-07-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!