#POVAkash
Sudah empat jam aku menunggu gadis itu disini, tapi batang hidungnya tak kunjung terlihat. Aku tidak sempat bertanya pada ibu di mana rumah gadis itu karena setelah pernikahan selesai, aku langsung pulang ke apartemen. Memang sudah lama aku tinggal terpisah dari keluarga.
Aku sudah berusaha sekeras mungkin agar ibu membatalkan saja semua persiapan pernikahan setelah gagal menemukan Ruth, mantan kekasihku. Dia memutuskan hubungan kami lima hari sebelum pernikahan digelar tanpa alasan yang jelas.
Ruth mengakhiri hubungan kami lewat pesan chat. Ku kira ia bercanda tapi ketika aku datang ke rumahnya, rumah itu kosong. Aku coba telpon ke ponselnya, kerabatnya, teman-temannya bahkan ke kantornya pun tak ada yang tahu kemana Ruth pergi.
Tak hanya telpon, aku pun menyambangi kantor dan rumah teman-temannya tapi nihil. Dia raib bak ditelan bumi. Diujung kekalutanku ibu mengusulkan agar aku mencari pengantin pengganti entah itu hasil sewa ataupun teman yang bersedia membantu. Aku menolak mentah-mentah ide itu tapi ibu bersikeras, ia juga ikut mencari orang yang akan menggantikan posisi Ruth.
Entah siapa yang bisa menghalangi ibu dan ide gilanya itu karena ayah tidak ada ada bersama kami. Dia sibuk mengurusi bisnis! Ayah macam apa yang tidak peduli dengan pernikahan anaknya sendiri?
Keesokan harinya ibu memberitahuku bahwa ia sudah dapat wanita itu, calon pengantinku. Aku sampai heran sendiri bagaimana mungkin ibu bisa mendapatkan gadis hanya dalam kurun waktu dua hari.
Aku menginterogasi ibu, katanya dia mempunyai sahabat dekat tapi sudah lama tak berkomunikasi dan kebetulan anak sahabatnya ibu itu perempuan.
Saat hari H tiba, ku kira ibu sudah mengubah semua susunan acara seperti yang sudah kami sepakati. Hanya resepsi dan acara itu diadakan hanya demi mempertahankan nama baik kami tapi ketika aku memasuki ruangan dan melihat altar serta pendeta yang sudah tiba lebih dulu disana aku baru sadar, ibu telah menipuku.
Ibu tak mengubah apapun. Ingin pergi pun sudah kepalang tanggung. Aku tahu dan sangat mengenal pendeta itu, dengan terpaksa akhirnya aku menikahi gadis itu.
Setelah pemberkatan selesai, aku terlibat pertengkaran hebat dengan ibu di ruang ganti. Bagaimana mungkin seorang ibu berbohong pada anaknya sendiri? Anak satu-satunya yang katanya sangat ia cintai.
Hatiku hancur ketika melakukan semua proses pernikahan dengannya. Harusnya yang menari bersamaku itu Ruth, bukan dia. Sekarang semua orang sudah tahu bahwa aku adalah suami dari Maya. Gadis yang memberiku kopi beberapa hari yang lalu.
Aku tidak bisa tidur semalaman. Aku tidak mungkin membiarkannya berkeliaran begitu saja, bagaimana jika rekan bisnisku berpapasan dengannya?
Bisa fatal jika orang-orang mengetahuiku menikah dengan perempuan yang tidak aku kenal. Dan juga Maya harus menjelaskan semua ini. Bisa-bisanya dia berkomplot dengan ibu.
Aku menutup majalahku dan menoleh ke arah pintu ketika nama maya dipanggil. Aku mendekatinya, setelah menuturkan apa maksudku ku lihat dia berbicara dengan kedua temannya.
Maya mengikutiku masuk ke dalam mobil, ku biarkan dia duduk di sebelahku. Aku melirik dia sekilas, melihat penampilannya. Tak mungkin aku membawanya ke kantor, aku pun melajukan mobilku kembali ke apartemen.
***
Aku menutup pintu apartemenku setelah Maya masuk, membuka kulkas lalu menyerahkan minuman dingin padanya. Tanpa aku persilahkan gadis itu duduk di sofa.
"Jadi, kau dan keluargamu bersekongkol dengan ibuku? Berapa uang yang kau terima?" Aku langsung bertanya padanya tanpa basa-basi.
"Apa maksudmu? Aku tak mengerti," elaknya.
"Jangan pura-pura Maya, aku mengenal ibuku dengan baik."
"Jika kamu tahu siapa ibumu tanya saja padanya. Kenapa dia menipu ibuku? Berkata semua yang ku lakukan itu sandiwara. Bilangnya aku hanya duduk dipelaminan dan menyapa semua tamu. Tapi apa yang terjadi?"
"Tunggu, apa kau tidak tahu kita berdua akan dinikahkan?" tanyaku penasaran.
"Jika aku tahu, aku akan menolaknya. Aku menerima tawarannya karena dia berjanji akan memenuhi semua permintaanku, tapi bukan untuk menikah."
"Jadi kau mencari keuntungan?"
"Aku hanya menyetujui penawaran," ucapnya tegas.
"Berapa nominal yang kau minta?"
"Awalnya aku akan meminta bayaran tapi ibuku mengingatkanku agar tidak meminta sepeserpun pada keluargamu. Ibuku ikhlas membantu karena dia adalah sahabat ibumu. Lantas apa yang ibuku terima? Melihat putrinya menikah dengan orang asing." Ku lihat Maya mendecak kesal. Sudah pasti dia sangat marah dan merasa tertipu.
Dugaanku ternyata salah, ku kira Maya bersekongkol dengan ibu. Ternyata dia juga korban. Sepertinya aku harus menyelidiki, ada apa dengan ibu sebenarnya?
Aku meninggalkan Maya di ruang tengah, mengambil map yang tergeletak di tempat tidur lalu menyerahkannya pada Maya. "Aku membutuhkanmu Maya."
"Untuk apa ?"
"Menjadi istriku sampai aku berhasil menyelidiki ibu dan Ruth," jawabku tegas.
"Ruth? Siapa itu?"
"Mantan kekasihku yang menghilang sebelum pernikahan." Aku memandang Maya dengan ekspresi yang sangat serius.
"Kau gila Akash," Maya menggelengkan kepalanya.
"Lalu apa mau mu? Semua orang sudah tahu kita menikah, tak mungkin aku membiarkanmu ke sana ke mari dengan penampilan seperti ini. Bagaimana jika kamu bertemu kolegaku atau pesaing bisnisku? Apa kamu tak berpikir sampai ke situ? Aku juga harus mencari tahu tentang ibu kenapa dia menjebak kita. Dan Ruth, kenapa dia tiba-tiba lenyap begitu saja?!" Emosiku mulai naik, memikirkan semua yang terjadi benar-benar membuat kepalaku rasanya mau pecah.
Maya menghela napas panjang, ia membuka map yang aku berikan lalu membacanya.
"Kontrak pernikahan. Apa ini? Bagaimana mungkin kau membuat kontrak seperti ini? Satu, kontrak pernikahan berlangsung tanpa batas waktu. Dua, tidak boleh berhubungan badan. Tiga, tidak boleh hamil. Empat, kontrak dapat diakhiri hanya jika kedua belah pihak setuju. Lima, setelah kontrak selesai pihak laki-laki wajib memberikan sejumlah uang sesuai permintaan pihak perempuan." Maya membaca isi kontrak itu pelan.
"Akash, apa kau serius dengan poin nomor lima?" tanya Maya.
Aku mengangguk pasti. Yah, uang bukanlah hal yang sulit bagiku.
"Kenapa harus ada poin nomor tiga jika ada nomor dua?"
"Aku tidak tahu di luar sana kau memiliki pacar atau tidak, aku tidak mau kau hamil oleh pria lain selama kontrak ini berlangsung," jawabku.
"Kau kira aku perempuan macam apa?" Maya melemparkan map itu ke meja. Ia terlihat berpikir.
"Baiklah, aku menyetujuinya tapi dengan satu syarat. Jangan bilang ibuku kalau pernikahan ini hanya kontrak. Aku tak mau hal itu membuat ibuku sedih."
"Baik, malam ini kita ambil barang-barangmu dan pindah ke sini," jawabku.
"Malam ini?!" seru Maya.
Aku mengangguk lalu berjalan menuju pintu.
"Mau kemana?" tanyanya.
"Ke rumahmu, kita minta izin pada ibumu."
"Apa kau serius? Apa tidak terlalu terburu-buru?" Maya terlihat ragu.
"Akan lebih aneh jika kita menundanya lebih lama Maya."
Aku membuka pintu apartemen dan menunggu Maya keluar. Gadis itu berjalan lebih dulu sedangkan aku mengekorinya. Kau tidak punya pilihan lain Maya, salah satu kewajiban istri adalah menuruti suaminya. Aku yakin kau mengetahui itu. Perempuan tak bisa menggugat tanpa sebab, apalagi sehari setelah pernikahan.
Suara sepatuku dan sepatu Maya menggema di seluruh lorong. Sebenarnya aku tak yakin apa yang aku lakukan, tapi melihat henna berwarna merah dan cicin di jari manis Maya membuatku sadar banyak yang belum aku ketahui.
"Apa yang sedang ibu sembunyikan?" batinku.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Shanti Siti Nurhayati Nurhayati
kok aku jd ikutan curiga sama ibunya akash🤔
2023-06-29
0