Bab #15

TING TONG

“Ih panjang umur, itu mereka, yuk,” Ryuka menarik tangan Raka berjalan kearah pintu.

“Deeeekkkkkk,” ketiganya sontak berteriak dan memeluk Ryuka, yang dipeluk hanya pasrah seperti biasanya, memberontak pun percuma, kekuatan mereka bertiga terlalu kuat. Raka hanya geleng-geleng melihat pemandangan dihadapannya, pria-pria yang berubah kekanak-kanakan jika telah berkumpul bersama.

“Asik nih dek apartemennya,” Ken melihat setiap detail apartemen Ryuka.

“Akhirnya kita punya tempat kumpul baru,” kata Gino tanpa meminta persetujuan empunya rumah.

Semuanya terlihat antusias, kecuali Q yang terlihat bersiap-siap dengan berbagai omelannya, “dari tahun kapan, aku nyuruh kamu pindah ke apartemenku, kamu tolak terus, sekarang malah beli apartemen yang jaraknya dua gedung doang dari apartemenku, kamu kebangetan sih,”.

Ryuka yang telah menduga omelan Qwenzi ini, langsung mengeluarkan berbagai rayuan mautnya.

“Naahh. Sekarang mana kado pindahan kalian?????” kata Ryuka dengan suara agak keras, sebenarnya untuk mengalihkan omelan Q yang tak ada habisnya.

Semuanya berbalik kearah Ryuka dengan mata berbinar, sahabat-sahabatnya memang terlihat berbangga diri jika ia menggunakan uangnya untuk Ryuka.

“Kecuali Ken, yang lain manaaaa???? Aku gak terima uang tunai mohon maaf,”

“Abangmu ini udah pesan adjustable desk, meja yang sama persis di drama korea start-up favorit kamu itu, langsung dari korea,” seketika mata Ryuka membulat, “Astaga buang-buang duit, itukan mahal banget Gwenzi Barclay,” Ryuka justru menghadiahi pukulan-pukulan dilengan Q.

“Abang gak mahal kok, cuma lukisan aja,” jawab Gino enteng karena tatapan Ryuka beralih kearahnya.

“Lukisannya siapa?” tanya Ryuka super duper curiga.

“Ilustrator favorit kamu,” jawab Gino lagi tanpa dosa.

“Lukisan Kouki Ikegami kan paling murah puluhan juta Ginodio, heiiii enteng banget sih bilang murah,”

Ryuka mulai memegang tengkuknya yang mendengar hadiah yang diberikan sahabat-sahabatnya, “Untung Ken normal,” ucap Ryuka. Sayangnya ucapannya barusan disambut tawa oleh Gino dan Q.

“Kamu tahu gak, Ken emang ngasih hadiah kursi ayunan gitu, tapi sama abang-abang tukang tamannya, diminta benerin dan tata ulang beranda apartemen kamu,” ucap Raka yang ternyata sudah tahu tentang hadiah sahabat-sahabatnya.

“Kamu ngapain ikutan ketawa, kado dari kamu gak lebih dari mereka kan Raka Edvard,” Ryuka memberikan penekanan disetiap katanya.

Raka justru tambah cengengesan, “Tenang.. hadiah dari aku beneran normal, kamu pasti seneng, sebentar lagi datang,”

Raka membuka pintu dan menerima paket yang datang setelah terdengar bunyi bel apartemen Ryuka. “Niihhh, coba kamu buka,” ia bergegas membuka bingkisan berbentuk kotak yang ditaruh dihadapannya.

“Waaaaaahhhhhhhh, Ka.. aku sayang kamuu…..” Ryuka langsung bangun dan berlari kepelukan Raka karena posisi Raka yang berdiri dan bersandar disisi dinding. “Ih kok bisa sih dapet itu, kamu gak nuker ginjal kan?”

“Aku bolak-balik ke toko klasik itu hampir seminggu supaya dia mau jual ke aku, pas kakek itu tanya kenapa aku pengen banget, aku bilang ini hadiah untuk wanita yang aku cintai, eh si kakeknya tiba-tiba bolehin aku bawa pulang untuk kamu,” bisik Raka ditelinga Ryuka yang masih dalam dekapannya.

Ryuka hanya diam membisu mendengar kalimat Raka yang baru saja dibisikannya.

Gino, Ken dan Q awalnya tak memedulikan adegan dihadapan mereka, Raka yang memang mereka tahu menyukai Ryuka dan Ryuka yang sudah biasa nemplok bersama mereka bertiga.

Seolah kembali ke dunia nyata, baru melangkahkan kaki memasuki ruangannya, Ryuka disambut oleh berbagai dokter bedah dihadapannya guna menyerahkan rekam medis dan berusaha merekrut Ryuka menjadi asisten mereka diruang operasi.

Menjadi satu-satunya asisten dokter bedah umum, membuat Ryuka tentu saja jadi primadona. Mereka bahkan berebut untuk menarik perhatian Ryuka dengan mentraktir Ryuka makan siang dengan menu 4 sehat 5 sempurna atau bahkan secara tiba-tiba telah tersusun rapi dimeja Ryuka segelas ice americano berdampingan dengan berbagai cemilan.

Namun, Ryuka tak gentar dengan itu semua, ia cenderung dingin dan tak nyaman jika menerima berbagai hadiah, seringkali memutuskan memilih operasi yang tak pernah ia ikuti atau ingin ia latih lebih baik.

Para dokter utama tak tanpa alasan berlomba-lomba menarik perhatian Ryuka, ia dikenal tekun, penuh persiapan, pandai menyembunyikan kegugupannya dan bekerja dengan tenang. Sebab, banyak para dokter yang justru pingsan duluan ketika melihat pasien pendarahan hebat. Walau bukan pemandangan asing lagi, tapi tentu saja hal tersebut bisa menghambat jalannya operasi.

“Jadi dokter Yuka, anda memilih yang mana?” Tanya dokter Liam, salah satu ahli bedah saraf. Sementara Ryuka masih mematung dan menerima saja semua rekam medis yang disodorkan padanya.

“Maaf dok, saya minta izin membaca semuanya terlebih dahulu,” pinta Ryuka yang ditanggapi anggukan kepala oleh para dokter.

“Oke, kita bertemu diruangan ini sejam lagi,” cetus salah satu dokter.

“Lima belas menit cukup dok,” Ryuka merasa tak enak hati.

“Oke, 30 menit, sekarang kita semua keluar agar dokter Yuka bisa berpikir dengan cernih,” Ryuka hanya membungkuk sopan melihat para dokter seniornya keluar satu persatu dari ruangan.

Dimenit ke tiga puluh tepat, para dokter telah duduk menatap Ryuka dengan tatapan penuh harap.

“Saya memilih bedah vaskuler,” Ryuka memilih operasi tersebut karena terpikir beberapa bulan lalu pasien yg dioperasinya terus mengalami pendarahan, hingga operasi harus berlangsung 14 jam. Ia bertekad belajar lebih giat tentang seluk-beluknya.

“Yessss. Pilihan bagus dokter Yuka,” pekik dokter Septi sembari mengangkat kepalan tangannya tinggi-tinggi.

Seketika dokter lain terduduk lesu. “Bukankah dokter Yuka terlalu pilih kasih, perasaan baru-baru ini juga membantu dokter Septi,” keluh salah satu dokter.

“Maaf dok, maafkan saya,” Ryuka menunduk sopan, walau ia tahu, para dokter tersebut hanya bergurau dan dapat menerima keputusan Ryuka.

“Pagi-pagi udah jadi rebutan aja nih primadona,” ejek Kinan memasuki ruangan setelah para dokter keluar.

Ryuka menghempaskan belakangnya pada sandaran kursi. “Udah baikan Kaa?” tanya Kinan lagi.

“Sehat wal’afiat, maaf ya gara-gara aku sakit, kamu harus ganti shift poli aku,” sesal Ryuka.

“Apaan sih. Sesekali sakit gak apa-apa kali Kaa, itu tandanya kamu manusia, bukan r-o-b-o-t,” eja Kinan. Ryuka tertawa mendengar ucapan sahabatnya. Obrolan mereka terhenti setelah salah satu anak magang membuka pintu.

“Pagi dokter Kinan.. pagi dokter Yuka,” sapa Ruby anak magang tahun pertama sambil menunduk sopan.

“Pagi By, udah baikan?” tanya Kinan.

“Emang kamu kenapa By?” potong Ryuka penasaran.

“Biasa Kaa, operasi,” .

Ryuka langsung mengangguk paham, “sabar yah, nanti juga bakal terbiasa,”.

“Dokter Yuka juga dulu pingsan saat operasi pertama?” tanya Ruby ingin tahu yang tanpa sadar sudah berjarak sangat dekat dengan Ryuka.

Melihat sahabatnya dalam posisi tidak nyaman, Kinan menarik Ruby untuk duduk, “kamu mau saya ceritakan saat Ryuka magang?” tanya Kinan, Ruby terlihat sangat antusias, Ryuka yang menyaksikan keasikan mereka justru melangkah keluar ruangan tanpa menoleh pamit.

“Ryuka adalah satu-satunya anak magang sepanjang sejarah yang tidak pingsan saat operasi pertamanya…”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!