Ryuka Dan Empat Lelaki Rahasia
Malam itu, menjadi malam yang sangat berharga bagi Ryuka, pasalnya itu adalah rekor malam tercepat sepanjang waktunya yang dihabiskan di rumah sakit untuk sekadar dapat merebahkan punggungnya dirumah.
Ponsel Ryuka bergetar, pesan dari Ken.
Ken : Aku parkir depan IGD, bawa payung kan?
Ryuka : Bawa. Udah di lift. Bentar. Kamu dimobil saja, jangan kemana-mana.
“Ciee Yuka, dijemput pacar ya kamu,” ledek Kinan teman seperjuangan Yuka.
“Temen.. temen, aku tetap menemanimu jomblo Kin,” jawab Ryuka asal sambil mencari plat mobil Ken.
”Awas saja kalau kamu mengkhianatiku,”. Ancam Kinan sembari terkekeh.
Setelah melihat Ken, yang ternyata menunggu Yuka berdiri didepan mobil yang diparkirnya sambil memegangi payung. Ryuka yang tidak menyukai suara hujan menautkan earphone dikedua telinganya sebelum berlari menghampiri Ken.
“Bye Kinan, duluan ya,”
“Hmm take care ya,”. Ryuka melambaikan tangan.
Hari berikutnya
“Ya Tuhan, semoga saja hari-hari berikutnya bisa pulang kaya gini terus,” ujar Gina sambil menengadahkan tangannya berdoa.
“Hussh, keramat sekali kata-kata kamu,” Kinan melayangkan tatapan tajam. Ryuka memberi isyarat untuk mengunci mulutnya sebelum mereka bertiga tertawa bersama.
“Yuka, Gin, bareng aja yuk, aku bawa mobil,” ajak Kinan menggoyang-goyangkan kunci mobilnya.
“Aku dijemput pa..car,” ujar Gina sambil merona malu-malu.
Kedua sahabat lainnya menatap jijik, “Ck!”
“Aku dijemput temen,” sambung Ryuka.
“Yang kemarin?” tanya Kinan penasaran.
“Bukan,” geleng Ryuka. Ia bisa menebak tatapan penasaran kedua sahabatnya yang dibalas dengan menaikkan salah satu sudut bibirnya keatas.
Ryuka yang melihat Q berjalan menghampirinya, terburu-buru berpamitan pada Kinan dan Gina, “duluan ya, bye,”. Ryuka secepat kilat membalikkan tubuh Q agar tidak dikenali oleh Kinan dan Gina apalagi orang-orang disekitarnya.
Q yang mendapat perlakuan Ryuka hanya terkekeh, lalu menautkan tangannya ke pundak Ryuka. Sementara Kinan dan Gina hanya melongo menyaksikan sahabatnya berlalu terburu-buru.
Hari berikutnya, lagi
“Kita nih kaya bangun dari mimpi yah, baru saja mimpi indah tidur dikasur ternyaman, eh malah bangun dengan baju operasi lengkap kaya sekarang,” keluh Gina.
“Kamu sih, kan kemarin udah dibilangin, jangan ngomong kalimat keramat,” kesal Kinan.
“Hussh, tuh pasien datang, kerja.. kerja,” kata Ryuka sambil berjalan memimpin.
Setelah menangani pasien bak air mengalir masuk IGD, dan merapikan laporan pemeriksaan pasien. Ryuka yang merasa perutnya keroncongan melirik jam, pukul 2 dini hari. Sayangnya, kantin tutup sejam yang lalu.
“Aku juga laper,” ucap Kinan. Mereka berdua menghela nafas panjang.
“Lil, kami ke warung kudapan didepan rumah sakit bentar ya, mau bungkus doang kok,”.
Lila yang menengok kanan kiri untuk memastikan semua tirai pasien tertutup dan aman, mengangguk.
Baru saja memasuki lift, ponsel Ryuka berbunyi.
Gion : Aku di lobby rumah sakit, bawain makanan, kamu masih ON kan? Bisa turun gak?
Setelah membaca pesan singkat Gion, “malam ini uang kita aman,” kata Ryuka menatap Gina lalu tersenyum, Gina diam tak mengerti.
Setibanya mereka dilobby, Ryuka yang meminta Kinan menunggunya didepan lift agar tidak bertemu Gion, berasalan untuk menjaga lift tak terpakai orang lain karena mereka berdua harus buru-buru kembali ke IGD.
“Ji, astaga baru kali ini aku sayang banget sama kamu,” kata Ryuka setelah melihat Gion menunggu sambil satu tangan memainkan ponselnya dan tangan lainnya menenteng bungkusan makanan.
“Cih, kamu pasti terharu kan?” tanya Gion menggoda Ryuka sambari menerima bungkusan makanan dari Gion dengan tangan penuh.
“Kangen,” sambung Gion lalu memeluk Ryuka erat.
Ryuka dengan wajah malas hanya pasrah menerima pelukan Gion, mereka memang tidak bertemu selama 6 bulan karena jadwal Gion yang cukup padat.
Setelah mengantar kepergian Gion, Ryuka bergegas masuk dan mendapat tatapan tajam oleh Gina.
“Bukan pacar, temen.” Jawab Ryuka seolah tahu pertanyaan yang akan dilontarkan Gina.
“Tapi kok meluk, aku lihat pake mata, eh bukan cuma mata, seluruh tubuhku juga lihat Yukaaa,”
“Yah tapi emang temen sih, udah ah yang penting ada makanan gratis,” Ryuka cengengesan sambil menggoyang-goyangkan makanan ditangannya.
“Ryuka, kamu tuh sadar gak, kamu terlalu misterius,”
Ryuka menjawab dengan mengedikkan bahunya sambil memasuki lift disusul Gina yang tetap konsisten berusaha mengorek informasi sekecil apapun.
Seminggu kemudian
Seperti biasa, Ryuka, Kinan, ditambah Lila minus Gina, bebas piket malam ini, datangnya para dokter magang baru meringankan beban mereka, walaupun mereka cukup dipusingkan dengan pilihan tetap bertugas di IGD atau memilih fokus dibagian lain.
Sebenarnya hanya Ryuka yang jadi asisten dokter umum, disela-sela kesibukan dan jadwal sebagai dokter pendamping diruang operasi, tak membuat Ryuka menolak membantu di IGD sesekali.
Alhasil, 2 setengah tahun di rumah sakit, ia hanya memakai jatah cutinya selama 3 hari. Karena itu, Ryuka mendapat julukan hantu penunggu rumah sakit oleh para dokter senior dan rekan kerjanya.
Mereka lagi-lagi berdiri didepan IGD menunggu jemputan.
“Makan bareng yuk, kesempatan” usul Kinan.
“Boleh, aku juga tidak ada janji setelah ini,” jawab Lila.
Ryuka dengan memasang wajah sedih, “Sorry, udah ada janji, lain kali ya,”
“Yowes, kita berdua aja yuk Lil,” ajak Kinan yang untung saja diangguki Lila.
Mereka masih menghabiskan 10 menit mengobrol tentang kejadian lucu di IGD hari ini, tanpa sadar sebuah mobil berhenti 4 meter dihadapan mereka.
“Kaaaaaaa….. Ryukaaaaaa,” teriak Q diseberang jalan. Secara bersamaan penumpang mobil menurunkan jendela dan melambaikan tangan dengan antusias, Ryuka membelalakkan mata menyaksikan kejadian yang bisa menggemparkan dihadapannya.
Ryuka berlari secepat kilat menghampiri mobil tersebut dan berdiri menghalangi pandangan rekan-rekan kerjanya ke arah mobil, “duluan yaa, Bye.”
Bukannya tadi Qwenzi penyanyi itu ya, gumam Lila.
Mobil yang ditumpangi Ryuka berlalu cukup cepat karena omelan Ryuka yang tiada hentinya. “Astaga, kan satu orang yang jemput bisa, ngapain kalian datang semua sih,” kesal Ryuka. “Untung tadi agak remang-remang,” sambung Ryuka, “Ya Tuhan semoga saja mereka gak sadar sama sekali,” lanjutnya lagi.
“Tadi ngumpul dulu di studio Raka, nah sekalian jemput kamu supaya kami gak bolak-balik lagi kan,” jawab Gino.
“Emang kenapa kalau teman-teman kamu tahu,” celetuk Q.
“Iya, kan bagus punya temen artis, sholeh-sholeh pula,” sambung Raka asal, yang disambut tawa yang lainnya, kecuali Ryuka tentu saja.
“Terus kesibukan aku bertambah karena titipan kertas, buku, majalah, album dan sejenisnya untuk ditanda tangani kalian? OGAH. Aku sibuk, cukup sibuk, ribet, aku males ribet,” jawab Ryuka satu tarikan nafas.
Ken, Raka, Q, dan Gino hanya tertawa mendengar omelan Ryuka yang terus berlanjut sampai apartement Q, tempat mereka akan berkumpul setelah sekian lama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments