Bab #7

Mereka lalu menghabiskan waktu dengan berbincang sambil memakan cemilan yang dibawa Raka. Jika biasanya Ryuka mendominasi percakapan, kali ini berbalik, didominasi oleh Raka, tak seperti biasanya. Mereka seperti bertahun-tahun tidak bertemu.

Jika mode kecerewatan Raka kambuh, Ryuka bertindak sebagai pendengar yang baik, hal itu membuat Raka dan ketiga sahabat lainnya sangat menyayangi Ryuka, seolah Ryuka adalah tempat mereka menumpahkan segala hal. Ryuka berkelakar jika tuntutan profesinya membuatnya mampu memosisikan diri.

Ryuka yg sedikit melonjak mendengar ponselnya berbunyi, menghela nafas panjang sebelum mengangkatnya. Raka tiba-tiba murung, karena telepon itu pasti membuat mereka harus berpisah.

“Kenapa Kin?”

“……….”

“Hahaha apaan sih, okay,”

Ryuka diam sejenak sambil melirik Raka yang sudah menekuk wajahnya. “Ka sorry nih……”

“Sudah ada panggilan kan? Sanaa,” Raka memaksakan senyum.

“Maaf Ka…..”

“Iya gapapa, udah sana,” Raka hendak keluar untuk berganti posisi dengan Ryuka namun dicegat oleh Ryuka, “Loh mau kemana?”

“Mau bukain kamu pintu, sekalian tuker posisi,”

“Emang tau aku mau ngomong apa?”

“Ada pasien kan? Cepet nanti telat, sana,”

Ryuka menahan tawa, “Ka sorry tapi aku haus,” Raka menatap wanita dihadapannya dengan bingung. “Iya tadi aku mau ngomong, aku haus,” sambung Ryuka.

“Terus Kinan kenapa?”

*“Tadi dia nanyain file*, belum kejawab sudah ketemu, yaudah,” Raka masih bingung. “Aku free, tenagaku belum dibutuhkan di rumah sakit, aku haus. Manaaaaaaaa minumnya,”

Raka mencubit pipi Ryuka gemas lalu menyodorkan ice americano.

Barulah mereka berpisah setelah Ryuka menguap berkali-kali.

Sebulan kemudian.

“Kaaa kok tambah kurus aja?” Ujar Q sambil memutar-mutar asal tubuh Ryuka.

“Tambah berotot lagi kamu,” sambung Ken menoel-noel lengan Ryuka.

“Kayanya pinggang kamu cuma dua jengkel dek,” lanjut Gino.

“Iya ya? Alat-alat rumah sakit tambah berat, akhir-akhir ini lagi banyak pasien, hidupku diisi dengan lari, karena pekan depan aku ujian sering lupa makan, sekian laporan hari ini,”

Raka hanya menatap Ryuka yang sedang diinterogasi yang lainnya.

“Setelah ujian kayanya aku harus cuti,”

“Kalau cuti kabarin ya Kaaa,” Qwenzi berkata sambil menggerak-gerakkan kepalanya dipundak Ryuka.

“Masa iya liburku harus diganggu kalian lagi,” Ryuka merasa kesal.

“Oke deal, Ryuka cuti, kita liburan,” keempatnya memutuskan, Ryuka hanya menghela nafas pasrah. Tidak ada yang bisa menghentikan kekompakan mereka.

Ryuka menekan kode akses pintu apartemen Q, lalu merebahkan tubuhnya diatas sofa. Ia hari ini dibebas tugaskan untuk segala urusan rumah sakit karena uji komptensi yang dilaluinya ditambah Ryuka memang mengajukan cuti selama 3 hari. Semua tenaganya terkuras habis setahun terakhir ini. Membuat badannya ia pastikan tidak akan bertahan jika ia menambah 1 hari saja untuk memaksakan diri. Ryuka mensyukuri keputusannya untuk tidak membuang-buang kesempatan pengajuan cuti tahun-tahun sebelumnya.

Jadilah terhitung 4 hari masa cuti Ryuka, tentu saja disambut riang oleh keempat sahabatnya.

Dalam hitungan menit, Ryuka tertidur pulas. Raka yang sampai beberapa saat setelahnya membuatnya geleng-geleng kepala melihat kondisi Ryuka. Lagi-lagi meniduri satu lengannya, lalu setelah bangun ia akan menderita sendiri untuk beberapa saat, gumam Raka sambil memperbaiki posisi tidur sang adik ketemu gede, katanya.

Raka memutuskan utk mengabari ketiga sahabatnya melalui chat grup.

Raka : gue sama Ryuka udah di apartemen Q, tapi Kaa lagi tidur.

Q : udah liat berita yang tersebar diinternet?

Ken : Wah gila, kali ini keterlaluan sekali. Perlu kita tuntut penyebarnya?

Gino : Wajah Ryuka kelihatan jelas kan? Bahkan tidak di blur lagi.

Raka : makanya cepet kesini, kita bahas lagi tindakan selanjutnya mau bagaimana.

Q : oke udah deket.

Raka menghela nafas panjang, profesi mereka yang seolah tanpa privasi membuat orang-orang disekeliling mereka ikut terancam. Bahkan untuk sekedar berjalan-jalan bebas apalagi untuk berkencan.

Qwenzy, Ken dan Gino mengendap-endap memasuki apartemen, walau mereka yakin dengan teriak pun Ryuka tak akan bangun. Tetapi, mereka lebih memilih cari aman. Ryuka bisa mengamuk jika ia bangun tanpa kehendaknya. Bahkan sogokan makan pun bisa tak mempan dan tidak berarti apa-apa.

Q memulai pembicaraan, “gila, kali ini artikelnya parah, tuntut sajalah penyebarnya,”

Raka, Gino dan Ken memicingkan mata membaca judul artikel melalui ponsel Q,. Terungkap! Seorang Dokter di RS XX yang Mendekati Artis Papan Atas.

“Judulnya sih bukan apa-apa, tapi coba lihat komentarnya, ada yang nyebut Ryuka digilir kita,” Q merasa frustasi membacanya. Pasalnya, para reporter ternyata memotret mereka yang mengunjungi Ryuka secara terpisah 4 bulan lalu. Membuatnya seolah-seolah Ryuka menjadi perempuan tak terhormat.

Walau kejadian ini bukan pertama kalinya, tetapi sebelumnya wajah Ryuka tersamarkan, berbeda kali ini, wajah Ryuka yang tertawa lepas di foto membuatnya seperti perempuan yang tidak tahu malu.

Terang saja membuat beberapa heters Q, Ken dan Gino mengambil kesempatan untuk mengusik kehidupan pribadi Ryuka. Walaupun ada yang membela juga. Ketenaran selalu sejalan dengan kebencian bukan?

Ryuka yang terbangun dari tidurnya karena merasa haus, mendengar samar-samar percakapan mereka.

“Gak apa-apa kok, aku gak masalah, gak usah diambil pusing,” Ryuka memasuki kamar Q dengan gelas berisi air minum ditangannya. Keempatnya mematung, mereka tidak menyangka Ryuka bangun secepat itu. “Aku sudah baca beritanya kok, aku biasa aja,” Ryuka ikut duduk ditengah-tengah Raka dan Ken.

“Sebaiknya aku gak usah sembunyi-sembunyi lagi kali ya,” lanjut Ryuka. Melihat keempat sahabatnya masih diam karena rasa bersalah, “atau aku gak usah dateng kesini lagi, gimana?” putusnya.

“GAK,” keempatnya menjawab kompak.

Ryuka tertawa, ia tahu bahwa keempatnya baru akan berbicara jika ia mulai mengeluarkan ancaman-ancamam kecil.

“Kamu gak usah baca-baca komentarnya,” Raka dengan nada datarnya.

“Aku kayanya memang gak punya waktu untuk sekadar duduk membaca itu, mending aku baca riwayat medis pasien or something,” lanjut Ryuka membela diri. “Aku gak apa-apa kok beneran, nanti kalau kita kirimin snack truck untuk film baru Ken sama Gino, gak usah blur muka aku lagi,”

“Yakin dek? Hidup kamu bakal lebih diusik, atau kita perlu menempuh jalur hukum? Kami siap-siap saja,”

“Iya Kaa, soalnya kali ini juga sudah keterlaluan, mereka bahkan tidak mengonfirmasi kebenarannya ke orang yang bersangkutan,” sambung Gino.

”Kan kerja sebagian media memang begitu, ngapain juga repot-repot, mending langsung up berita beserta bukti. Dan selesai,”

Ryuka melanjutkan, “tapiiiii.. Telanjur, aku gak apa-apa kok, beneran. Kita gak usah buang-buang energi untuk hal-hal tidak penting,”

*Mereka sontak berhamburan memeluk Ryuka, mereka sangat tahu sifat wanita ini, manusia simple* yang memilih hidup tenang. Ini sama sekali belum apa-apa. Hidupku sebelumnya bahkan jauh lebih rumit, kalimat yang sering ia ucapkan.

“Pokoknya kita akan pastikan kamu aman,” kata Raka dan yang lainnya meyakinkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!