Kinan yang hari itu berjaga mendengar kejadian yang dialami sahabat sekaligus rekan kerjanya itu, lantas mencari dan menariknya untuk diberi pengobatan. Dokter juga manusia kan?
“Berlebihan amat perbannya Kin,” protes Ryuka pada Kinan yang mengobati dan membalut tangannya.
“Jarum tadi tertancap cukup dalam Yuka, bahkan ada sedikit robekan, sampai 3 kali pula,” Kinan tetap melanjutkan tanpa peduli dengan ocehan Ryuka, “balik gih sana, gak jaga malam kan?” tanya Kinan memastikan.
*Ryuka mengangguk riang, “byeee*. By the way thank you ya perban lebaynya,” ucap Ryuka menjulurkan lidah. Kinan hanya geleng-geleng melihat tingkah sahabatnya. Bisa-bisanya ia masih berlarian kecil dikoridor seolah tidak terjadi apa-apa.
Ryuka memilih untuk pulang ke apartemen Qwenzi, yang hanya membutuhkan waktu sepuluh menit dari rumah sakit Ryuka. Sedangkan, jarak rumah Ryuka dan tempatnya bekerja, membutuhkan waktu 45 menit. Ryuka memang telah memikirkan matang-matang untuk menyewa apartemen yang jauh lebih dekat, mengingat waktu semenit untuknya sangat berharga, namun diprotes mentah-mentah oleh Qwenzi dan tiga orang lainnya. Padahal orang tuanya saja memberinya kebebasan.
Q memberikan akses bebas pada Ryuka, untuk datang ke apartemennya karena Q sendiri memiliki apartemen lain sebagai tempatnya menetap. Walau dengan perdebatan panjang, Ryuka akhirnya mengalah, jarang pulang karena kesibukannya membuat Ryuka mengiyakan ide Qwenzi.
Setelah mengirimkan pesan singkat pada Q digrup chat, ia menuju apartemen.
Ryuka : @Qwenzi aku mau ke apartemen, boleh kan? Kamu gak lagi nyembunyiin mayat kan disana?
Ken : Hahahaha
Gino : Tetep waspada ya Kaa hahaha
Raka : Kalau nemu, tolong lapor polisi Kaa. Itu tindakan kriminal.
Qwenzi : Sialan, emang gua psikopat, gila nih anak @Ryuka -__-
Ryuka : Kan nanya doang Q -,- jadi boleh gak nih?
Qwenzi : BOLEH BANGET KAA, MAU TINGGAL DISONO JUGA BOLEH BANGETTTTT
Qwenzi : Emang libur?
Ryuka : Gak libur sih, hari ini gak shift malam (TOLONG AKU SANGAT SENANG), besok masuk siang (WAWW APAKAH INI NYATA), operasi ada sih tapi malam (KATAKAN INI BUKAN MIMPI)
Keempatnya kompak mengirim emoticon terharu :’) dan ucapan selamat, Ryuka lalu memasukkan ponsel di sakunya dan kembali berjalan menuju apartemen.
Setiap Ryuka datang ke apartemen ini, ia selalu saja teringat kali pertama ia menginjakkan kaki disana. Apartemen yang bergaya modern, terdapat 2 kamar tidur, 1 kamar pakaian, 1 toilet, dapur dan ruang tengah yang dibiarkan tak bersekat. Nyaman dan (terlalu) luas menurut Ryuka. Walau bukan tempat tinggal Qwenzi, apartemen ini adalah salah satu apartemen kesayangannya, hanya sahabat dan keluarga dekatnya yang boleh dan pernah datang.
Flashback
Saat itu, setelah ajakan makan dari Gino dan Ken yang ditolaknya. Mulai dari siang, sore hingga ajakan makan malam diterima Ryuka dari Gino. Ia memang sempat memberikan nomor ponselnya, tetapi tidak menyangka keesokan harinya Gino mulai menagih janji Ryuka dan berlangsung hingga seminggu full non stop, karena tidak punya pilihan lain, Ryuka mengiyakannya tetapi dengan syarat hanya boleh disekitar rumah sakit dan langsung disanggupi oleh Gino.
“Em sorry, harus banget apartemen ya?” Ryuka berkata setelah masuk ke apartemen Q lalu mengganti sendalnya dengan sendal rumah yang sudah disiapkan untuknya.
“Welcome to my apartement Ryuka,” sapa si empunya. Ryuka hanya membalas dengan senyum.
“Kita gak akan macem-macem kok, kamu tenang saja,” kata Ken meyakinkan.
“Kami anak baik, sumpah,” Raka mengangkat jarinya membentuk tanda V.
“Saya datang bukan tanpa persiapan kok, sekali kalian macam-macam saya bisa membunuh dengan menyerang berbagai titik vital kalian,” Ryuka tersenyum.
Keempat pria dihadapannya Ryuka melongo, sebelum tertawa terbahak-bahak.
“Saya mau diajak ngobrol doang atau makan malam sih ini?” kecewa Ryuka.
“Oh astaga, sorry. Yuk mulai makan,” Ken menuntun Ryuka kearah meja makan.
Mereka mengobrolkan banyak hal satu sama lain, walau penjelasan didominasi oleh Ryuka yang merupakan anggota baru, tak bisa dipungkiri ada saja hal-hal yang membuat mereka penasaran dengan hidup juga profesi Ryuka.
“Ryuka mau tambah nasi?” tanya Q ragu. Keempatnya sebenarnya cukup heran melihat Ryuka yang makan dengan lahap, dengan tubuh kurus membuatnya terlihat seperti busung lapar.
“Ini makanan pertama saya hari ini, kalap sedikit,” Ryuka cengengesan.
Mendengar ucapan Ryuka membuat keempatnya terus menambahkan berbagai macam lauk dipiring Ryuka.
“Yah gak gini juga, udah kenyang sumpah,” protes Ryuka, “tapi sayang deng,” Ryuka lalu memakan semuanya lagi.
Setelah membereskan meja dan menata kembali piring yang mereka gunakan, Ryuka yang merasa tidak enak karena hanya berdiam diri di sofa berdiri dan mengusulkan akan membuat kopi sebagai bayaran makan malam, walau sempat ditolak keempatnya, mereka mengizinkan Ryuka yang bersih keras.
“Waaahhh enak Kaa, kami boleh panggil kamu Kaa kan? Supaya gak ribet aja,” puji Raka.
Ryuka mengangguk tidak masalah, “Gini-gini, aku punya sertifikat barista,”
“Serius? Emang sempat?” tanya mereka penasaran.
“Iya disempatkan, saya suka kopi mulai dari biji, warna, aroma, apalagi yang siap minum, jadi ya begitulah,”
“Kaa, temenan aja yuk,” usul Q.
Ryuka tersendak mendengar ucapan yang tiba-tiba, membuat Ken menjulurkan air minum kearahnya. Ryuka masih tak menanggapi.
“Kaa temenan yuk,” kali ini ajakan Ken. Diikuti tatapan meyakinkan oleh Gino dan Raka.
“Ka..nn ini sebenarnya udah te..menan,” Ryuka mengucapkan ragu
“Bukan, maksudnya, kita harus sering ngumpul, digeng kita ini belum ada cewek soalnya tapi yah kamu sabar-sabar aja menghadapi kita,”
“Saya gak harus sumpah pocong atau bayar upeti kan?” canda Ryuka.
Keempatnya tertawa keras, “Astaga, emang kita penjajah. GAK PERLU SAMA SEKALI, JADI DEAL YAAAA,” Mereka berlima lalu tertawa bersamaan.
Ke masa sekarang
*Qwenzi, Ken, Raka dan Gino sengaja mempercepat kepulangan mereka menggunakan pesawat pribadi Gino, setelah membaca chat* Ryuka yang memiliki waktu senggang, jarang-jarang ia punya waktu luang, membuat mereka yang justru harus menyesuaikan jadwal. Untung saja mereka masih dalam keadaan off schedule.
Setelah memasuki apartemen, mereka berdecak bersamaan mendapati Ryuka yang tertidur pulas dengan wajah diatas keyboard laptop, jendela terbuka dan pendingin ruangan yang mati, ciri khas Ryuka. Ia pernah beralasan lelah berada diruangan ber-AC terus menerus.
Ken mengangkat tubuh Ryuka untuk berbaring diatas sofa, Ryuka selalu menolak tidur didalam kamar entah apa alasannya, Raka membereskan meja dari tumbukan file Ryuka dan mematikan laptopnya. Mereka melirik jam, tinggal 15 menit sebelum jam 12 malam, mereka memilih menunggu Ryuka bangun sebentar lagi, seolah telah mengetahui kebiasaan-kebiasaan Ryuka, yang pasti akan terbangun di jam 12 dan jam 4 subuh. Seperti ada tombol otomatis dalam dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments