Sesuai perjanjian, mereka akhirnya liburan dengan formasi lengkap, setelah sekian lama. Kecuali Ryuka yang ogah-ogahan, keempatnya justru antusias. Mereka memilih ke pulau marina atas saran Ken dan Gino yang pernah mengunjungi pulau itu untuk keperluan syuting. Detik itu juga mereka jatuh cinta dan tak lama kemudian membangun villa berlantai 2, berbahan dasar kayu, salah satu pulau dengan jumlah penduduk 10.000 jiwa, padahal luas wilayahnya bisa dihuni oleh 1 juta jiwa.
*Penerbangan mereka pukul 3 dini hari, sengaja berangkat tanpa bodyguard* dan para manager-nya. Mereka benar-benar memilih mengurus semuanya sendiri. Jadilah Ryuka diapit oleh 4 lelaki dewasa dengan tinggi 182-185 cm untuk berjaga-jaga, tahu-tahu ada yang memotret mereka, padahal tinggi Ryuka 172 cm tetapi tetap saja tenggelam oleh tinggi keempat sahabatnya.
*Ryuka menepati janjinya, jika biasanya ia memakai masker dan topi kemana-mana jika bersama sahabatnya, kali ini ia hanya memakai topi dengan pakaian sangat casual, baju kaos ukuran pas dibadanmyang dimasukkan ke celana jeans-nya, tas selempang mini dan sepatu kets pemberian mereka. Dan style* keempat lainnya tak kalah casual pula.
Mereka sampai di villa setelah melewati penerbangan selama 4 jam dan perjalanan darat selama 1 jam. Ryuka yang memang selalu diperlakukan bak gadis kecil, digendong oleh Gino memasuki villa tanpa dibangunkan. Mereka tahu bahwa Ryuka tak tahan dengan perjalanan darat bahkan yang berdurasi 30 menit. Dokter yang mabuk darat, selalu jadi bahan olokan.
Setelah membereskan perlengkapan yang mereka bawa. Ken dan Gino sontak kaget melihat panggilan manager mereka dan beberapa pesan yang menyuruh mereka melihat berita diinternet.
Raka dan Q sudah menduganya sejak awal. Sepagi apapun mereka memilih penerbangan, tetap akan ketahuan. Untung saja mereka menampilkan tiket pesawat bohongan dengan tujuan Bali untuk menipu para haters yang bisa saja menyusul dan mengusik liburan mereka.
Beberapa gambar menampilkan foto mereka yang tengah mengapit Ryuka, sayangnya wajah Ryuka yang lagi-lagi kelihatan dengan jelas, Ryuka yang sempat melepaskan topinya untuk merapikan rambut membuat wajah cantiknya semakin terlihat.
Seperti biasa, berbagai komentar bermunculan, untung saja kali ini beberapa komentar positif mampu meredam para haters, bahwa jelas hubungan mereka hanya sebatas sahabat yang terjalin lama, melihat mereka sangat melindungi Ryuka. Ada juga yang berkomentar, Ryuka adalah gadis yang beruntung memiliki sahabat-sahabat hebat, bahkan pekerjaan Ryuka sebagai dokter seolah melengkapi profesi mereka.
Mereka akhirnya bernafas lega melihat komentar-komentar lebih positif. Ryuka yang sempat menggeliat kembali ditenangkan oleh Raka dengan mengelus lembut rambutnya.
“Tembak aja Ka, sampe kapan mau dipendem?” Goda Gino. Q dan Ken yg mendengarnya hanya tersenyum melihat Raka hanya mengedikkan pundaknya.
“Tau sendiri kan, membangun relationship untuk Ryuka cukup tabu,”
“Iya sih, tapi kali aja udah gak lagi,”
Tak lama setelahnya, mereka berempat ikut tertidur pulas dilantai beralaskan selimut yang ditarik asal. Sedangkan Ryuka menikmati empuknya tidur di sofa seorang diri.
Pukul 5 subuh Ryuka terbangun dari tidur lelapnya dan sempat kaget melihat keempat sahabatnya tertidur pulas sambil meringkuk. Ryuka lalu menyelimuti Raka dan Q dengan selimut yang dikenakannya tadi serta mengambil selimut lain dengan suara sepelan mungkin untuk menyelimuti Ken dan Gino.
Ryuka memilih memulai paginya keluar ke beranda villa. Menampilkan pantai yang tenang dengan suara samar ombak. Udara dingin justru membuat tubuh Ryuka hangat. Ia lalu keluar berjalan-jalan dibibir pantai. Terlihat beberapa penduduk telah memulai harinya, Ryuka mengangguk sopan sambil tersenyum kearah mereka, dan dibalas dengan hal serupa.
Setelah puas menikmati pantai, Ryuka masuk mengedap-endap melewati sahabat-sahabatnya yang masih tertidur pulas. Setelah membersihkan diri, Ryuka menyeduh teh dan menatap keluar jendela.
Setelah jam menunjukkan pukul 9 pagi, meja makan telah tertata banyak makanan diatasnya. Ryuka mengisi kekosongan waktunya dengan memasak sandwich dan berbagai varian sushi. Keempatnya mulai menggeliat ditempat sambil mengendus-endus bau makanan.
“Wohooo, sarapan atau makan siang ini Kaa,” Q berkata setelah melihat meja makan terisi penuh.
“Bangun sejak kapan Kaa?” Raka berkata setelah membasuh wajahnya.
“Jam 5 subuh, makan yuk laper nih,”
Ken dan Gino bergabung dengan yang lainnya dimeja makan.
“Kalau penggemar kalian tahu muka kucel kalian tanpa cuci muka terus langsung makan, mereka pasti kabur, kebiasaan jorok,” protes Ryuka.
“Jangan bocorin ya dek,” Ken dan Gino kompak terkekeh.
Meja makan diisi dengan berbagai cerita, tanpa sadar membuat semua makan diatas meja raib tanpa sisa.
“Keluar yok, pulau ini sangat indah, mulai dari pemandangan serta gadis-gadis pulaunya,” Gino berkata sambil tersenyum nakal. Diikuti Ken.
“Serius? Gak mengecewakan kan? Bohaiii gak?” Selidik Q.
“Cih om-om genit,” sindir Ryuka yg tengah memainkan ponselnya.
“Enak aja om-om, kita masih kakak-kakak yaa, eh mas deh supaya lebih intim,” tawa Gino. “Yuk jalan, masa iya di villa mulu,” sambungnya.
“Malas ah,” ….. “Males,” kata Ryuka dan Raka bersamaan. Mereka lalu saling menatap dan tertawa bersama.
“Ck, emang serasi kalian berdua,”.
Ryuka hanya menjulurkan lidah pada Ken, dan berpaling menatap Raka yang melotot padanya.
Selepas Gino, Ken dan Q meninggalkan villa, Ryuka dan Raka hanya sibuk dengan ponselnya, Ryuka seperti biasa, membaca artikel terbaru tentang operasi dan hal-hal medis. Raka sibuk menggunakan earphone untuk mendengar beberapa aransemen yang dikirim padanya.
“Hoaaaammm,” Raka mulai lelah ditambah telinganya mulai panas sejak tadi mendengar nada-nada.
Ryuka melirik pria disampingnya, “mau kopi gak Ka?” Tanyanya.
“Buatin,” jawab Raka tersenyum. Ryuka balas mengangguk. Raka menahan tangan Ryuka yang hendak berdiri. “Kaa, mau coba pacaran?” Tanya Raka tanpa basa basi.
Ryuka mengerutkan dahi, “Aku? Sama siapa?” Sambil celingak-celinguk, lalu tersadar, “sama kamu?” Jawabnya lebih tanpa basa basi.
Raka mengangguk mantap.
“Kamu sakit Ka? Becanda ya? Lagi boring? Bete?”
“Gak, aku serius,”
“Jangan buat suasana jadi canggung, please,”.
“Gak akan, kalau pun kamu nolak, aku tetap kaya dulu dan aku harap kamu pun begitu,”
“Udah ah jangan ngaco, aku bikin kopi aja,” Ryuka melepas genggaman Raka.
Pembicaraan mereka berakhir begitu saja.
Ryuka terlihat fokus membuat kopi tetapi pikirannya melanglang jauh. Ini bukan pertama kalinya Raka berkata seperti tadi.
Sewaktu Raka tiba-tiba mengunjunginya di rumah sakit, Raka juga berkata hal yang sama. Untuk memecah kesunyian, Ryuka harus berpura-pura menguap berkali-kali agar bisa menutup kecanggungannya.
“Nih, ke beranda yuk Ka sambil tunggu yang lain bawa gadis pulau,” Ryuka berharap Raka menolak ajaknnya.
“Hehe yuk,” Raka berdiri lalu mengikuti Ryuka yang berjalan terlebih dahulu.
Ah **** ! Batin Ryuka, padahal niatnya hanya berbasa-basi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments