Bab #11

Di apartemen Qwenzy setelah 6 bulan terakhir pertemuan mereka.

Walau menggunakan lift, Ryuka kesulitan membawa 2 kardus yang hampir menutup wajahnya dan menghalangi pandangannya itu. Nafasnya memburu begitu tiba tepat didepan unit apartemen Q. Ia sengaja memencet bel berulang kali. Ken terlihat sempat mengintip, memastikan siapa yang tengah memencet bel berulang kali. Seingat mereka, makanan yang mereka pesan sudah tiba beberapa saat lalu.

“Nah, ini hadiah kalian selama beberapa bulan ini, tanda tangan disini untuk tanda terima, kalau begitu saya permisi,” kata Ryuka seolah-olah kurir, dengan memasang wajah sebal.

Sayangnya, kepala hoodie yang ia kenakan berhasil di tarik oleh Ken yang justru tertawa keras, “Hahaha yaa sorry dek, masuk yuk, duh kasian,” Yuka semakin sebal, karena membuatnya membawa tumpukan kardus besar berisi hadiah para public figure itu.

“Tuh ambil sendiri,” tunjuk Ryuka yang memang sengaja hanya meletakkannya didepan pimtu.

“Duh pegel ya? Sini hamba pijit nyonya besar.” Q berusaha memijat-mijat pundak sahabatnya yang tengah mengatur nafas karena lelah bercampur kesal.

“Mereka memang merepotkan Kaa, aku tidak kan?” Kata Raka menyombongkan diri, namun salah sasaran.

Ryuka sontak menatap tajam kearah Raka, “Kalian semua sama aja,” Yuka bahkan sempat heran, dimulai dari 3 hari lalu, berbagai hadiah dan surat justru semakin banyak ditujukan ke Raka. Padahal Raka yang paling jarang tampil dimedia manapun. Tawa keempatnya justru bertambah keras. Mereka tahu, walau kali ini Ryuka tidak mengomel panjang lebar, tetapi sangat tahu apa yang baru saja dialaminya beberapa hari belakangan ini.

Setelah berbagai macam hal dilakukan oleh keempat pria dewasa ini, Ryuka akhirnya luluh juga, mereka berlima telah kembali tertawa bersama mendengar lebih banyak cerita Ryuka kembali bekerja setelah liburan. Dan mengultimatum tidak ada lagi liburan jika ia berhasil mengambil cutinya lagi lain kali. Ia hanya ingin tidur sepuasnya sendirian, katanya. Tapi sepertinya mustahil.

Dua bulan berlalu tanpa terasa, hari-hari Ryuka yang diisi dengan operasi kembali lagi, bahkan ia telah lupa kapan terakhir ia pulang kekontrakannya, ia sekarang justru lebih familiar dengan ruang istirahat para dokter yang disiapkan rumah sakit.

Hari ini sangat menguras tenaga Ryuka, asisten dokter poli, jadwal kunjungan pasien, dan terakhir tempat ia berdiri sekarang, ruang operasi, tengah menunggu apakah pendarahan pada pasien yang tengah terbaring dimeja operasi masih terus terjadi. Operasi dimulai dari pukul 12 malam karena pasien yang mengalami pendarahan hebat, dan kini jam menunjukkan pukul 11 siang.

Pendarahan terus terjadi, Ryuka sebagai dokter pendamping harus berada di ruangan dan mengeceknya selama per 10 menit selama setengah jam. Sayangnya, pasien terus saja mengalami pendarahan, setelah dokter melakukan prosedur pengikatan jaringan tipis pembuluh darah bagian dalam. Semua yang berada diruangan, terus berdoa ditengah lelahnya mereka, yang seolah Tuhan menunjukkan keajaibannya, selama 37 menit berikutnya, tidak ada tanda-tanda pendarahan, Ryuka lalu meminta para perawat yang menjadi pendamping untuk menghubungi dokter utama untuk melanjutkan prosedur operasi.

Hingga pukul 2 siang, barulah operasi selesai dan sukses. Pasien didorong untuk kembali ke ICU guna mendapatkan perawatan yang intensif yang didampingi langsung oleh Ryuka dan beberapa petugas medis lainnya.

Setelah memastikan segala macam selang atau kabel, yang dibutuhkan pasien guna memantau keadaannya bekerja dengan baik sepanjang observasi selama 2 jam. Ryuka lalu berjalan dengan gontai kearah kafetaria, masih didalam rumah sakit, ia sangat membutuhkan kafein setiap ia lelah melakukan operasi, apalagi yang berdurasi 14 jam lamanya.

Ryuka memijat-mijat pelipisnya sambil menunggu pesananannya datang, ia tak lupa memesan sepotong cake cokelat kesukaannya untuk mengembalikan tenaga yang hilang hari ini sebelum menjadi asisten dokter Septi 2 jam lagi.

Ryuka memeriksa ponselnya yang bergetar, setelah sebelumnya berdoa agar getaran diponselnya bukan hal mendesak, dan tidak membutuhkan lari. Ia bahkan bahkan belum mengisi ulang tenaga, masa iya harus kembali berlari? Ditambah lagi ia bahkan baru saja memakan satu sendok kuenya. Ryuka akan merasa teramat kecewa.

“Haiii adik kecil,” sapa si penelpon yang ternyata melakukan panggilan video.

Ryuka menghembuskan nafasnya lega, “Haii,”

“Lagi apa dek?” tanya keempat sahabatnya antusias karena akhirnya panggilan mereka dijawab, ya siapa lagi kalau bukan, Raka, Q, Gino dan Ken, yang terlihat sedang berada di studio Raka.

“Lagi ngisi tenaga,” jawab Ryuka asal.

“Emang tenaganya habis kemana?” Kini Raka angkat bicara.

“Abang..abang.. mau gak salah satu dari kalian mengangkat aku sebagai adik? Masukin ke KK kalian dong, please… Aku sepertinya menyerah saja dengan profesi ini,” Ryuka mengeluarkan unek-uneknya.

Terlihat keempat sahabatnya tersenyum tulus mendengar keluhan adik kecil mereka yang jarang sekali terdengar, “kali ini kamu operasi berapa jam?”

“Cuma 14 jam kok,” Ryuka memasang wajah sedih.

Keempatnya kompak menanggapi, “APAAA??”

“Aku mulai operasi jam 12 malam sampai 2 siang, aku belum tidur, ini makanan dan minuman pertama aku hari ini, terus sore nanti aku ada jadwal poli, makanya masukin aku ke KK kalian dong, aku gak mau kerja tapi bisa hidup enak,” Ryuka menopang dagunya menggunakan kedua tangan. Ponselnya memang sengaja disandarkan pada tembok dihadapannya.

Ketika seseorang terserang rasa lelah, akan ada saja ucapan, permintaan, permohonan bodoh dan sejenisnya yang keluar dari mulut kan?

“Beres, kamu resign aja, gak usah capek-capek kerja, sampai kamu nikah bahkan sampai kamu punya anak, kita yang tanggung,” jawab Q tegas. Bukan sekadar menyombongkan diri, tetapi Qwenzy benar-benar bisa mewujudkan ucapan tidak masuk akalnya barusan.

Ryuka terkekeh mendengar ucapan sahabatnya melalui layar ponsel, “Wow enak banget hidup aku”, namun sesaat kemudian, Ryuka berubah mengomel, “kalian ini, kalau aku kurang semangat gini dinasehati dong, bukan malah dukung aku resign, ih jahat banget,”.

Keempatnya menggeleng-geleng saja melihat perubahan emosi Ryuka yang naik-turun. Udahlah pasrah aja, Kaa lagi capek, iya iyain aja. Kata Raka dalam hati yang disampaikan oleh tatapan mata pada ketika lelaki disampingnya. Seolah paham, mereka mengangguk menyetujuinya saja.

Tiba-tiba dari layar, Ryuka terlihat seketika bergegas menghabiskan kue dan kopinya lalu memutuskan panggilan mereka.

Keempatnya mengerutkan kening, tak lama setelahnya, chat Ryuka muncul digrup whatsapp mereka.

Ryuka send a voice note….

Aku udah dicariin, harus siap-siap untuk jadwal poli. Nanti aku kabarin yaa kalau lagi off. Tengkyu udah dengerin ocehan aku, love you guys.

Qwenzy terkekeh mendengar voice note yang dikirim Ryuka, ia pasti sangat buru-buru, sampai typo dibeberapa kata.

Keempatnya membalas dengan pesan.

Love you to Dek..

Love you to, semangat kerjanya dek..

Love you to dek, ditunggu kabarnya..

Love you to, off secepatnya ya..

”Seharusnya tadi aku bukan saranin jadi adik ya, tapi jadi status istri di KK,” celetukan Q disambut tawa oleh Gino dan Ken. Raka? Hanya tersenyum tipis. Ia belum memberi tahu tentang keseriusannya pada Ryuka bahkan tentang pernyataan cintanya, itu pun jika bisa disebut sebagai pernyataan cinta. Selama ini ia hanya terus berkata telah menganggapnya seperti adiknya sendiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!