Kemarahan Seorang Elena

"Tolong, dengarkan aku dahulu kumohon, Elena." Aiden menarik tangan Elena yang ingin bergegas pergi dari\ hadapannya.

Gadis itu tidak menghiraukan perkataan dari Aiden, ia terus memasuki taksi dan bergegas pergi dari rumah sakit. Dia tidak menyangka bahwa orang yang ditolongnya merupakan pemilik dari Exela Grub yang proyeknya sedang ia jalankan. Selama di perjalanan hatinya terasa gundah, ada sesuatu yang menusuk nya hingga terasa sangat sakit.

Sesampai di markas nya Elena mencari Erick dan memberitahu apa yang telah terjadi dengannya. Pria itu menjadi tersulut emosinya dan menyumpahi Aiden, instingnya selama ini ternyata tidak pernah salah tentang kecurigaan terhadapnya.

"Lalu sekarang apa yang harus kita lakukan?"

"Kita pergi ke perusahaan dan melihat perjalanan proyek tersebut. Kita selesaikan secepatnya menggunakan seluruh uang pribadiku. Aku sudah tidak ingin berhubungan dengan pria brengsek sepertinya," kata Elena dengan bersiap-siap pergi ke perusahaannya.

Erick memandangi tingkah ketuanya, tidak seperti biasanya ia terlihat sangat kecewa dengan kejadian yang berhubungan dengan pria. Apalagi kini proyek itu sangat menguntungkan, biasanya ia akan meninggalkan masalah pribadinya demi keuntungan yang lebih banyak.

'Apakah dia sudah membuka hatinya kembali dengan pria tersebut.' Pikir Erick.

Setelah sampai di perusahaan, Elena mengadakan rapat mendadak untuk membahas masalah proyek tersebut. Semua bagian divisi mempresentasikan perkembangan dari pekerjaannya. Gadis it yang sudah terlihat marah semakin mengamuk saat ada laporan tentang penyalahgunaan dana kepada para pekerja hingga menyebabkan beberapa dari mereka pergi tanpa menyelesaikan pembangunan proyek.

"Kerjaan kalian itu apa! mengapa sampai ada permasalahan seperti ini yang banyak menelan beberapa dana!" Elena berteriak dan melemparkan sebuah map di atas meja. Orang-orang di dalam ruangan hanya bisa menundukkan kepalanya karena tidak bernai melihat kemarahan atasannya yang sangat mengerikan.

Elena memijat pelipisnya karena merasa begitu banyak masalah yang harus ia selesaikan satu demi satu. Apalagi ia masih harus menyelesaikan tentang organisasi mafia di Negara K dan menangkap Farel yang telah berhasil kaur dari pandangannya.

"Aku ingin bagaimanapun caranya proyek tersebut selesai dalam tiga minggu. Masalah biaya nanti akan aku bicarakan secara pribadi dengan Erick."

Malam harinya, kemarahan Elena semakin menjadi. ia terus memarahi beberapa anggota yang tidak tertib dengan peraturan yang sudah ia buat. Suara yang begitu menggelegar membuat semua anggota takut terhadap ketuanya, kecuali satu pria yang sudah sangat hapal dengan karakter dari ketuanya.

"Erick lakukan penggeledahan di setiap kamar milik semua orang, jika aku menemukan botol miras akan aku tenggelamkan mereka ke danau di belakang markas!" teriak Elena dan bergegas pergi meninggalkan semua anggota yang sedang berkumpul di area berlatih.

Dela yang baru pertama kali melihat kemarahan dari temannya serasa kakinya terpaku di tempat dan tidak bisa bergerak bahkan bergetar. Erick yang melihat gadis di sampingnya sedikit tertawa karena rasa takutnya yang begitu berlebihan,

"Apakah kamu baru pertama kali melihatnya marah seperti itu?"

"iya, bahkan saat menolongku dahulu ia begitu tenang dan elegan. aku tidak menyangka bahwa dia terlihat menakutkan saat sedang marah. aku tidak berani mendekatinya seperti ini."

"tenanglah, dia hanya akan kejam jika ada orang yang berani mengusiknya. jika kamu tidak membuat kesalahan di depannya hidupmu pasti akan aman."

tiba-tiba terdengar suara yang begitu nyaring berasal di depan gerbang naga sakti. membuat kedua orang yang saling berbincang bergegas berlari menuju sumber suara. ternyata Elena kedatangan tamu yang membuatnya sangat frustasi.

"Apa yang kamu lakukan disini, Aiden?" tanya Erick mencegah sebuah bencana yang siap akan meledak sewaktu-waktu.

"Aku ingin menjelaskan kepada Elena."

"Aku tidak ingin mendengar semua penjelasan darimu yang aku tahu, kamu adalah sosok pria brengsek yang sudah membuatku muak. Mulai detik ini silahkan kamu pergi dari hadapanku." kata Elena dan melangkah pergi.

"Apa kamu tidak merasakan sesuatu saat kita bersama beberapa hari ini?" teriaknya tanpa dihiraukan oleh Elena.

Dela segera berlari mengikuti Elena dari belakang, ia ingin mencoba menenangkan amarah gadis itu. saat berada di dalam kamarnya ia mendekati temannya secara perlahan agar ia tidak terkena amukan dari orang yang berada di sampingnya.

"Elena, apakah kamu baik-baik saja?"

"Maaf, kamu melihatku sangat kacau hari ini. Lebih baik kamu segera tinggalkan aku sendirian."

"Saat ini aku sahabatmu, jika kamu ingin berbicara denganku aku siap mendengarkannya." Dela melangkah menuju pintu, saat akan keluar ia dihentikan oleh perkataan dari Elena.

"Aku mempunyai sebuah masa lalu yang kelam, saat itu aku baru saja bertemu dengan saudara kandungku, aku sangat bahagia dan mendapatkan sebuah kasih sayang yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. tetapi, ternyata kedua orang tuaku meninggal karena sebuah kecelakaan yang sudah direncakan oleh adik tiri ayahku."

"Lalu mengapa kamu seakan menutup dirimu dari semua orang pria yang mendekatimu?"

"Karena orang yang mencelakai kedua orang tuaku adalah cinta pertamaku yang bernama Farel. dan orang itulah yang membuatku mempunyai sebuah kepribadian baru dalam diriku."

"Sudah hentikan elena, jangan teruskan ceritamu. itu terasa menyakitkan bukan?" dela memeluk sahabatnya dengan begitu erat untuk menyalurkan energi positifnya kepada gadis yang sebenarnya sangat rapuh. ia tidak menyangka masa lalu elena begitu memilukan, ia tidak bisa membayangkan jika itu terjadi pada dirinya.

"Semenjak itu aku sudah tidak pernah percaya dengan semua pria yang mencoba menaruh hati kepadaku, karena mereka akan manis diawal saja kemudian menggoreskan luka begitu dalam hingga sulit untuk disembuhkan."

Seseorang mendengar semua perkataan antara kedua sahabat dari balik pintu. orang itu hanya tersenyum pilu karena secara tidak langsung perasaan yang selama ini ingin diungkapkan di tolak oleh gadis pujaannya. sekarang ia hanya ingin memendam perasaan agar ia selalu bisa berada disisi elena. walaupun ia sangat sakit hati saat melihat cintanya bersama dengan pria lain.

"Apakah hatimu sudah benar-benar terkunci oleh sebuah keadaan hingga tidak menerima siapapun untuk bersanding denganmu? tetapi selama kamu bahagia aku akan selalu mendukungmu walau terkadang sakit saat melihatmu terluka." kata Erick dan bergegas meninggalkan sayap barat.

***

Di sebuah markas, seorang pria sedang berlatih senapan anginnya bersama seorang wanita  cantik. Ia didekati oleh seseorang yang membawa berita yang begitu bahagia hingga ia merasa sangat senang.

"Apa berita itu benar?"

"Iya, Tuan benar."

"Wah … aku sudah sangat menantikan bagaimana wanita psikopat itu hancur di tangannya sendiri. Mulai sekarang pastikan semua dana yang telah di cairkan kamu ambil sehingga perusahaan itu tidak bisa menyelesaikan proyeknya."

"Baik tuan." setelah orang itu pergi dari hadapan atasannya, pria yang sedang berlatih menyudahi latihannya dan memeluk wanita di sampingnya.

"Devina sudahi latihannya, mari kita lakukan hal yang menyenangkan untuk merayakan sebuah misi kita yang sedikit berhasil." Farel mengajak Devina yang sedang asik berlatih menembak.

"Aku tidak yakin, misi mu itu akan sepenuhnya berhasil. Lihat, ada seseorang yang membantunya di belakang." Devina memberikan sebuah berkas lengkap kepada pria di sampingnya.

"Brengsek!" teriak Farel saat sudah membaca berkas tersebut, pria itu menjadi sangat marah karena ada yang mengganggunya bermain.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!