Elena yang masih di interogasi para kakaknya menghela napas panjang. Dia sudah tidak nyaman duduk bersama di sana dalam situasi yang mencengkam. Ini baru pertama kalinya ia di cerca berbagai pertanyaan yang sangat ingin ia hindari.
"Terkadang aku masih fobia dengan darah, tetapi sudah tidak seperti dahulu." Saat ini Elena tidak mau berganti kepribadian utamanya, karena bisa saja rahasianya terbongkar dan membuat semua orang terkejut.
"Syukurlah jika kamu sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Kakak hanya khawatir tentang dirimu, sekarang kakak bisa tenang kamu sudah berhasil keluar dari lingkaran masa lalu mu," kata Brian.
"Tetapi aku masih tidak percaya jika kamu baik-baik saja. Lihatlah sekarang! Kamu mencampakkan diriku dan memilih duduk di sebelahnya, padahal dari dulu kamu tidak menyukai sosok kakak ketiga. Tetapi sekarang mengapa kamu seperti lupa tentang kehidupan yang kita jalani selama ini." Darel masih tidak percaya dan mengeluarkan semua isi hatinya.
Elena terkejut bisa melupakan tentang kedekatannya bersama Darel, apakah sekarang dirinya lambat laun melupakan semua hal yang berkaitan dengan kepribadian utamanya dan membentuk ingatan baru di kepribadian keduanya. Gadis itu yang sudah merasa di sudutkan mau tidak mau berganti dengan kepribadian utamanya. Setelah berganti, dia mendekati Darel dengan sifat yang sangat manja.
"Kakak kenapa wajahmu seperti itu, dan ada apa dengan semua orang berkumpul disini?." Pertanyaan Elena mampu membuat orang di ruangan menjadi terkejut. Bahkan Darel yang mendengar ucapan adiknya tepat di hadapannya terduduk lemas. Apalagi dengan melihat tingkah Elena yang sudah seperti sedia kala.
"Sudahlah mungkin kamu lelah dan merasa terpukul. Lebih baik kamu segera beristirahat Elena," kata Adriel segera menyudahi diskusi yang tidak mendapatkan titik terang.
Elena yang kebingungan menaiki tangga menuju kamarnya dengan langkah yang riang. Darel yang melihat perbedaan yang drastis dengan sikap adiknya, tiba-tiba tidak sadarkan diri. Brian yang terkejut segera membantu adiknya untuk bisa sadarkan diri lagi.
"Astaga sampai segitunya dia terkejut dengan perubahan adik kesayangannya," gerutu Casey sambil menggeleng-gelengkan kepala. Sedangkan Adriel memijat keningnya yang sudah terasa sangat pusing memikirkan apa yang terjadi kepada adiknya.
Malam harinya, Elena berjalan-jalan di taman dengan riang. Dia seperti sudah lama tidak merasakan kesenangan berada di area taman pribadinya. Dari arah belakang gadis itu, berdiri sosok Casey yang selalu memperhatikan setiap gerak-gerik adiknya hingga suara Casey yang berat membuat adiknya terkejut dan menoleh ke arah belakang.
"Sepertinya kamu sudah lama tidak berkunjung di sini?"
"Ia, Kak rasanya aku rindu saat aku masih bisa merawatnya setiap sore. Sekarang aku sudah tidak bisa melakukan hal yang menyenangkan seperti itu lagi," kata gadis tersebut yang tiba-tiba sedih memikirkan hari-harinya yang sudah berubah sejak peristiwa masa lalu itu.
"Sekarang keadaanmu apakah benar-benar sudah baik-baik saja setelah kejadian hari ini di wahana kincir ria?"
"Ahh … aku hampir saja lupa untuk bercerita denganmu, Kak. Tadi aku dan Kak Darel pergi ke wahana kincir ria dan tertusuk di sini. Aku sangat terkejut hingga aku tak sadarkan diri." Casey terkejut dengan perkataan adiknya. Elena seperti melupakan akan kejadian yang dia alami setelah dia tertusuk oleh orang yang tidak dikenalnya.
"Jadi kamu masih fobia akan darah?" Casey semakin penasaran dengan Elena.
"Tentu masih, Kakak aku baru sadar hari ini tadi setelah kalian bawa aku pulang kan? Butuh waktu yang sangat lama dari biasanya?"
Pria di hadapan Elena semakin yakin ada yang tidak beres dengan adiknya, dia memberanikan diri untuk mencoba hal yang membuatnya bisa menjawab semua rasa penasarannya. Casey mengeluarkan sebuah pisau kecil di sakunya dan mengarahkan di depan wajah Elena.
"Kakak, apa yang kakak lakukan sekarang?" Elena menjadi panik hingga ia tersudut di sebuah pohon.
"Kakak hanya ingin menguji apakah kamu masih fobia dengan darah atau tidak."
"Ja … jangan, kak! …," teriak Elena dan tiba-tiba sorot mata gadis cantik itu berubah dan menendang dengan cepat pisau yang di pegang oleh Casey hingga terjatuh sangat jauh dari tempat mereka berdiri.
Elena segera menarik kerah baju Casey dan membalikkan tubuhnya ke sebuah batang pohon yang semula tempat berdirinya gadis itu.
"Jangan berani macam-macam denganku, aku sudah lama sekali menahan ingin menghajar mu," kata Elena kepada kakaknya.
Casey tertawa saat semua jati diri adiknya terbongkar tepat di hadapannya. Pria itu tidak takut dengan gertakan Elena bahkan dia membalas mencengkeram dagu adiknya dengan kasar.
"Sekarang aku sudah tahu, ada kepribadian lain yang bersemayam di tubuh adikku. Siapakah kamu sebenarnya!" teriak Casey.
"Aku Elena, dana akan tetap menjadi Elena adikmu. Hanya saja kita berbagi tubuh satu sama lain. Kurasa saat ini kamu sudah tahu tentangku. Jadi jangan mencoba-coba memberitahu kan kepada yang lain.
Elena melepaskan tangan Casey dengan kasar dan meninggalkan pria itu sendirian di taman. Casey merasa benci dengan kepribadian lain di diri Elena. Seakan dia memiliki saingan yang sama -sama kuat, padahal pria itu tidak pernah merasakan aura yang sangat kuat seperti ini dari para musuhnya. Casey sempat berpikir bahwa adiknya memiliki alter ego yang tidak berbahaya, tetapi semakin kesini kepribadian keduanya sudah lebih dominan daripada kepribadian utamanya.
Casey marah dengan dirinya sendiri, jika dahulu dia bisa lebih cepat menyelamatkan adiknya mungkin hal ini tidak akan terjadi kepada Elena. Dia masih sangat merindukan keceriaan adiknya dan senyum yang membuatnya tergila-gila.
Sekarang pria itu hanya bisa mencari cara untuk bisa mengembalikan keceriaan adiknya seperti sedia kala. Casey memukul pohon dan pergi dari area taman menuju mobilnya. Adriel dan Brian yang melihat Casey sedang marah hanya saling pandang. Karena setelah Elena masuk ke rumah dengan penuh amarah tidak lama Casey terlihat pergi dari taman dengan penuh amarah juga.
"Apakah mereka baru saja bertengkar?" tanya Brian Kepada Adriel.
"Sepertinya iya, tapi sudahlah aku ingin istirahat. Sudah sangat pusing memikirkan semua masalah yang ada di rumah ini"
"Itu kan sudah menjadi kewajibanmu memikul semua tanggung jawab di rumah ini, Kak."
"kamu juga harus membantu memikul beban ini, brian! Brengsek sampai saat ini pun aku belum bisa mencari pasangan gara-gara kalian," gerutu Adriel dengan memasuki kamar dan membanting pintu dengan begitu kerasnya.
***
Di sebuah markas di negara K, seorang pria terduduk dengan termenung sambil memijat kepalanya. Dia tidak menyangka sebuah kejadian mampu membuat seorang benar-benar berubah sifat dan sikapnya. Bahkan kenangan yang telah di jalani bersama hilang tanpa bekas di dalam ingatan.
Saat dia sedang melamun, tiba-tiba seorang wanita cantik menghampirinya dan mengalungkan kedua tangannya di leher pria itu. Aroma harum parfumnya mampu membuat pria itu terpesona dengan wanita di hadapannya, apalagi dengan pakaian yang terlihat sangat minim.
"Sayang, apa yang sedang kamu pikirkan saat ini? Apa kamu tidak merindukanku?"
"Aku sedang banyak pikiran, jadi maaf aku melupakanmu hari ini?" jawab pria itu.
"Apa ini berhubungan dengan istrimu yang sangat membuatmu marah?"
"Bukan, aku sudah sangat lama tidak menemuinya. Ada suatu masalah di dalam keluarga intiku. Jadi aku terasa sangat pusing saat ini."
"Baiklah jika kamu sedang tidak enak badan, aku akan puaskan kamu agar kamu berenergi lagi."
Pria tersebut tidak tinggal diam, dia sudah sangat ingin memakan wanita di hadapannya. Segera saja pria itu menggendong dan membawa wanita cantik ke dalam kamar pribadinya. tidak lupa ia mengunci pintu kamarnya agar tidak ada orang yang sembarang masuk saat ia berada di puncak kenikmatan .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
dita18
walau pun msh bingung tp msh ttp lanjut baca thorrr
2023-08-08
0