Gadis dengan aura yang sangat kuat memasuki area tahanan. Di sana para anggota menyapa ketua mereka saat berpapasan. Setelah sampai di depan salah satu ruangan, Elena membuka pintu itu dan terlihat seorang lelaki dengan setelan jas mahalnya sedang terikat di sebuah kursi.
"Elena! Lepaskan aku!" teriak lelaki itu saat melihat sosok gadis yang sudah mengurungnya semalam.
"Sebentar, aku akan mengingat kejadian itu. Disaat aku meminta tolong dan memohon denganmu untuk melepaskan, apa yang kamu lakukan? Ah ... aku ingat, waktu itu kamu membuatku merasa tercela dengan perlakuanmu. Brengsek! Aku menjadi muak mengingat hal itu."
"Lalu bagaimana sekarang, dengan tubuh yang sudah ternodai itu apakah kamu pantas memiliki seorang suami di masa mendatang," kata David dengan tawanya yang keras memenuhi ruangan itu.
Erick yang berada di belakang ketuanya menjadi geram saat mendengar apa yang di katakan David. Tanpa sadar ia mengepalkan tangannya dan siap memukul pria brengsek tersebut. Lelaki itu bisa merasakan bagaimana menderitanya sosok gadis lugu dan polos yang mereka nodai saat itu.
"Kamu salah, saat ini aku tidak membutuhkan apa itu suami. Karena aku bisa melakukan apapun dan memiliki apa yang aku mau tanpa sosok yang itu. Erick, ambilkan si kecil kesayanganku." Perintah Elena kepada asistennya.
Erick membawa sebuah belati emas kecil milik Elena yang selalu digunakan untuk membuat para musuhnya menderita dan lebih baik memilih mati. Pria yang terikat di kursi menjadi panik saat melihat apa yang di pegang wanita psikopat di hadapannya. Dia tidak menyangka hidupnya akan berakhir sangat tragis.
"Ah .... Brengsek kamu Elena!" teriak David saat gadis itu melancarkan aksinya.
Setelah puas bermain dan membalaskan dendamnya kepada salah satu orang di masa lalu, gadis cantik itu berjalan keluar dari ruangan. Ia terlihat sangat bergembira di pagi harinya. Rasanya beban yang selama ini bersemayam di dirinya semakin berkurang.
"Urus pria itu, dan buatlah seperti sebuah kecelakaan mobil yang normal. Aku ingin semua orang memberitakannya."
Satu musuh sudah berhasil di tuntaskan olehnya. Hanya tinggal beberapa orang yang masih berkeliaran menunggu ajalnya datang. Elena seperti malaikat pencabut nyawa, membuat para musuhnya ketakutan jika sudah berhadapan dengan wanita itu.
"Brody, siapkan mobil untukku. Aku ingin pergi ke kampus hari ini."
"Baik ketua, i-itu aku ingin bilang terimakasih kepadamu," kata Brody sedikit tergagap karena sangat takut dengan sosok di depannya.
"Aku masih memberimu satu kesempatan, jika kamu membutuhkan apapun katakan saja padaku atau cari Erick. Jangan pernah mengkhianati ku lagi, Brody!"
Dengan wajah yang riang, Elena pergi ke kampus. Tidak lupa dengan tampilan khasnya yang terlihat seperti gadis cupu kutu buku di sana. Padahal dibalik tampilannya gadis itu hanya sebuah topeng untuk menutupi siapa sosoknya.
Elena memasuki ruangan mata kuliah pagi dengan sangat antusias. Tidak seperti hari-hari lain yang sangat malas saat berada di kampus. Mungkin karena hari ini ia melakukan hal menyenangkan di pagi hari. Sudah sangat cocok mendapat sebuah julukan baru yaitu psikopat.
"E-Elena, bolehkan aku duduk disini," kata salah satu mahasiswa yang berpenampilan sama dengan sosok Elena.
"Boleh, silahkan," jawab Elena dengan senyuman manisnya.
Mahasiswi di sebelahnya terlihat tidak baik-baik saja. Keringat mengucur dari pelipisnya dan gerak tubuhnya menandakan dia sangat ketakutan. Dia hanya menunduk menatap bukunya dengan tangan yang gemetar.
'Apakah aku sangat menakutkan? Hingga membuatnya terlihat seperti itu?' pikir Elena.
"Siapa namamu?" tanya Elena kepada gadis di sampingnya.
"Namaku Dela Inuarta, panggil saja Dela."
Mata pelajaran pagi telah selesai, Elena yang dari tadi pagi belum mengisi perutnya bergegas pergi ke kantin kampus. Gadis itu merasakan ada seseorang yang tengah mengikutinya dari arah belakang. Saat menengok berdiri sosok Dela di sana. Rasanya tidak nyaman diikuti oleh seseorang yang tidak ia kenal.
"Mengapa kamu mengikutiku, jujur aku tidak nyaman kamu melakukan itu," kata Elena membuat gadis dengan kaca mata lebarnya sedikit terkejut.
"A-aku hanya ingin menjadi temanmu, apakah boleh? Aku lihat kamu selalu sendiri, j-jadi aku ingin menemanimu," jawab Dela sedikit tergagap karena ia sangat tahu sifat gadis yang dijuluki ratu kutub yang dingin.
"Maaf, aku tidak suka ada seseorang di sisiku." Dela menjadi sedih karena penolakan dari gadis di hadapannya, dia tidak menyangka sangat susah untuk tetap berada di sisi Elena. Karena di saat ia berada di sisinya, orang-orang tidak berani berbuat sesuatu terhadap dirinya.
Sesampai di kantin, Elena menjadi pusat perhatian para mahasiswa di sana. Semenjak dia berani mematahkan tangan Devina namanya menjadi melejit hingga masuk dalam forum pembicaraan grub kampus. Dengan gaya yang tetap santai, wanita itu memakan makanan dengan sangat lahap tanpa menghiraukan orang-orang membicarakan dirinya.
***
"Mana setoranmu? Kamu sengaja menghindar dari kami ya!" bentak salah satu mahasiswi kepada gadis cupu.
"T-tidak a-aku hanya sedang menemani temanku tadi," jawab Dela dengan rasa ketakutan saat menatap mata lawannya yang sangat tajam, rasanya bisa menusuk tubuhnya. Jantungnya tidak berhenti berdetak dengan kencang saat tangan salah satu wanita merebut tas miliknya.
"Apakah kamu kira kira bodoh! Kamu hanya ingin berlindung dari gadis itu kan? Tetapi apa yang kamu dapat, dia tidak mau menerimamu kan!" Gelak tawa mereka membuat hati Dela terasa sangat sakit. Dia tidak menyangka kehidupan yang ia jalani di masa kuliah sangat berat. Bahkan ia mengerjakan beberapa pekerjaan paruh waktu untuk bisa bertahan hidup dan membiayai biaya kampus. Tidak di sangka, uang yang berhasil terkumpul selalu di ambil oleh para kakak tingkat.
"Sudah ambil semuanya saja, dan bergegas pergi sebelum ada yang melihat," kata salah satu dari wanita di sana.
Dela terduduk dengan lemas, ia menelungkup kan kepalanya di lututnya. Gadis itu menangis sejadi-jadinya. Tanpa sadar, seseorang melihat kejadian yang menimpanya. Dengan berat hati Elena menghampiri sosok yang sedang tidak berdaya di sudut kampus.
"Bangunlah, ayo ikut aku." Elena mengajak Dela untuk mengikutinya. Gadis itu segera menuruti perintahnya dan mengelap kedua pipinya dari sisa air mata yang mengalir.
Di sepanjang jalan, gadis yang terkenal dengan kutub es sudah memasang wajah amarahnya. Dengan sekali tendangan, pintu yang menuju atap gedung terbuka hingga membuat semua orang tertuju dengan kehadiran dua wanita cupu. Elena melangkah perlahan ke arah salah satu pria yang sedang merokok dengan santainya.
"Kembalikan semua uang yang kalian ambil."
"Siapa kamu yang berani menyuruh ketua Genk," kata salah satu wanita yang mengambil uang milik Dela.
"Kembalikan!" kata Elena dengan nada yang lebih tinggi hingga membuat semua orang terkejut. Wanita di hadapan gadis itu menelan ludah dengan kasar. Ia baru pertama kali melihat seseorang dengan aura yang menakutkan. Di balik sosok polosnya ada sesuatu yang tidak bisa di deskripsikan.
"Tangkap dua orang itu!" Teriak pria yang menjadi ketua Genk kampus.
Elena membela diri dan menghabiskan para anak buah dari Genk tersebut. Dengan langkah perlahan gadis itu menghampiri ketua dan menarik kerah baju pria yang berbadan kekar.
"Jangan berani bermain-main denganku. Sini uangnya! Dan jangan pernah kamu mengganggu gadis itu atau mahasiswa lain di kampus ini. Jika kamu masih berbuat hal demikian, siap-siap kamu berhadapan denganku." Elena merebut uang dari tangan pria dihadapannya dan menarik Dela yang bengong karena kelincahan ilmu bela diri miliknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments