Bab Dua Puluh

Setelah detektif Egan keluar dari ruangan interogasi meninggalkan tersangka yang ternyata bernama Brian, detektif Egan langsung pergi menemui petugas kepolisian yang memang bertugas untuk menghubungi pengacara baik yang ditunjuk langsung oleh tersangka atau yang bila tak memiliki pengacara bisa diberikan pengacat pencdamping oleh negara.

Sementara itu, detektif Keiko kini menuju ruangan Aris di lantai atas menggunakan lift sambil membawa tas tersangka yang berisikan tumpukan uang tunai dan passprt tersangak sebagai kartu identitas.

Saat pintu lift terbuka, detektif Keiko bertatap muka dengan Birdella yang ternyata juga ingin menggunakan lift untuk turun ke lantai dasar.

“Mau kemana lo?“ tanya detektif Keiko saat melihat sahabatnya itu sudah mencopot jas lab miliknya dan mengenakan sebuah gaun selutut bermotif bunga-bunga.

“Gue? Em…. Gue ada urusan sebentar,” jawab Birdella.

“Urusan apa yang bikin lo sampe pakai pakaian manis kayak gini,” goda detektif Keiko.

Mendengar apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu mendadak wajah Birdella memerah membuat detektif Keiko semakin ingin terus menggoda namun ternyata Birdella diselamatkan oleh pintu lift yang terbuka.

“Nanti gue ceritain kalau udah sukses,” balas Birdella sambil masuk ke dalam lift dan segera memencet tombol pada filt yang akhirnya menutup pintu lift itu dan membawanya turun.

Detektif Keiko yang masih berdiri di depan pintu lift tersenyum kecil dan menggeleng karena da tahu bahwa sahabatnya tadi kikuk dan sudah pasti sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

Sebuah beban yang cukup berat di tangan kanannya membuat detektif Keiko teringat bahwa tujuannya pergi ke lantai ini adalah untuk menemui Aris dan meminta bantuan darinya.

Detektif Keiko pun melanjutkan langkahnya menelurusi lorong di lantai itu hingga akhirnya dia melihat Aris di dalam ruangannya.

“Selamat datang Keiko!“ sambut Aris selalu dengan suka cita.

“Lo lagi sibuk ris?“ tanya detektif Keiko basa-basi.

“Ngga kok. Tapi sesibuk apapun saya kalau untuk anda saya pasti bisa,” balas Aris bersungguh-sungguh.

“Lumayan, sekarang lo kalau ngomong sama gue udah ngga terlalu formal tapi bisa ngga lebih santai lagi,” usul detektif Keiko.

“Maksudnya seperti apa ya?“ tanya Aris.

“Kenapa ngga bicara dengan sebutan lo dan gue,” detektif Keiko kembali memberi usulan.

“Oh maaf Kei, saya belum bisa sesantai itu,” balas Aris dengan wajah tak enak.

“Bagaimana kalau kita ganti dengan aku dan kamu?“ tanya detektif Keiko.

“Aku dan kamu?“ tanya Aris dan berpikir sejenak lalu akhirnya dia menyetujuinya.

“Ngomong-ngomong apa yang membuat anda— eh kamu datang ke tempa aku!?“ ujar Aris masih terdengar canggung dan membuat detektif Keiko tertawa dibuatnya.

“Oh iya, gue ke sini karena pengen lo cari tahu soal ini,” jawab detektif Keiko sambil menaruh tas berat di tangannya ke atas meja yang berada di tengah ruangan Aris.

Ketika detektif Keiko membuka sleting tas itu, mendadak Aris membelalakan kedua matanya saking kagetnya.

Tumbukan uang yang berwarna merah tepat ada di depan matanya membuat jatungnya berdetak kencang, mengingatkannya pada rasa saat pertama kali dia jatuh cinta.

“Jangan bengong!“ ujar detektif Keiko sambil memukul lembut bahu Aris dan dia pun kembali terbahak untum kedua kalinya.

“Emang ada uang sebanyak ini Kei?“ tanya Aris tanpa memalingkan wajahnya dari tumlukan uang itu.

“Ini, buktinya ada,” jawa detektif Keiko.

“Berapa banyak ini jumlahnya?“ tanya Aris yang belum bisa menguasai dirinya.

“Lah, itu kan tugas lo buat cari tahu. Gue udah menjalankan tugas gue buat bawa barang bukti ini ke sini, sisanya itu urusan lo,” ujar detektif Keiko yang masih menikmati wajah bingung Aris.

“Jadi ini barang bukti? Kalau aku ambil uangnya satu apa kalian akan tahu?“ tanya Aris.

“Kemungkinan besar kami ngga akan tahu tapi Aris, lo harus inget bahwa lo kerja di kepolisian dan tentu aja Tuhan memperhatikan yang lo lakuin,” ucap detektif Keiko sambil menurunkan volume suaranya.

Mendengar itu Aris langsung merasa bergidik, solah dia mendengar sebuah bisikan dari malaikat yang menyuruhnya melakukan hal yang baik.

“Gue janji, gue ngga akan ngambil uang itu selembar pun,” ujar Aris sambil mengangkat tangan kanannya dan membuat tanda damai.

Melihat hal itu satu kali lagi detektif Keike terbahak bahkan kali ini tawanya jauh lebih kencang dari tawa sebelumnya. Baginya Aris terlihat benar-benar amat polos.

Sebuah panggilan telepon masuk ke ponselnya lalu detektif Keiko yang masih tertawa meraih ponsel di dalam blazernya dan memeriksa siapa yang menghubunginya. Ternyata detektif Egan yang meneleponnya.

“Dengan detektif Keiko di sini,” ujarnya masih berusaha menahan tawanya.

“Lo lagi dimana?“ tanya detektif Egan.

“Gue lagi di ruanganya Aris nyerahin barang bukti yang harus dia teliti,” jawab detektif Keiko.

“Lu turun deh,” perintah detektif Egan.

“Ke ruangan?“

“Ngga, ke coffee shop di lantai dasar,” balas detektif Egan.

“Hah?! Ngapain lo di situ?“ tanya detektif Keiko.

“Gue butuh udara segar buat mikir. Temenin gue lah,” pinta detektif Egan.

“Oke kakau gitu gue bakal ke sana,” balas detektif Keiko sekaligus meyudari obrolan keduanya di sambungan telepon.

Detektif Keiko kembali menatap wajah Aris yang ternyata masih terpana pada tumpukan uang yang kini sudah berada di luar tas yang awalnya membawa uang-uang itu.

“Lo perlu ditemenin ris? tanya detektif Keiko.

“Buat apa?“ tanya Aris denganwajah polos.

“Supaya lo ngga khilaf. Gue perhatiin kayaknya lo kebingungan,” ledek detektif Keiko.

“Ayolah Kei, masa anda eh kamu tak bisa percaya pada saya,” rengek Aris dan membuat detektif Keiko melukisan sebuah senyuma di wajahnya berusaha untuk tidak tertawa lagi.

“Baiklah. Kalau begitu gue turun dulu ya, Egan nunggu gue di bawah,” ujar detektif Keiko sambil melangkah keluar ruangan Aris.

Aris kembali memperhatikan tumpukan uang di atas meja di tengah ruangannya dan matanya seolah melihat keindahan yang tiada tara.

Beberapa detik kemudian detektif Keiko kembali dan melongok dari jendela ruangankerja Aris.

“Ris, kalau ada info baru langsung hubungi gue atau Egan ya!?“

Kalimat yang diucapkan oleh detektif Keiko itu ternyata membuat Aris terperajat hingga tangannyua yang memegang pinggiran meja hampir terpeleset.

“Tentu saja! Kalian adalah orang yang bakal aku kabari begitu hasilnya keluar,” balas Aris yang sudah membetulkan posisi berdirinya.

“Lo mau titip sesuatk dari coffee shop? Gue mau ketemu Egan di sana sekarang?“

“Em… apa ya? Ngga dulu deh, aku lagi ngga kepikiran apa-apa,” sahut Aris.

“Siapa sih yang ngga jadi selera pada apa pun kalau lihat uang sebanyak itu!?“ timpal detektif Keiko.

Lalu detektif Keiko pun kembali melangkah meninggalkan ruangan Aris dengan tawa kecil yang mengiringi langkahnya hingga sampai di dalam lift.

Terpopuler

Comments

mama galaau

mama galaau

uang tunai memang menggiurkan ya Ris...

2023-10-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!