Setelah kamera pengawas di ruangan interogasi itu sudah dipastikan mati, alaki-laki yang merrka tangkap di depan sebuah hotel melati dan kini tengah duduk di balik meja di hadapan detektif Egan akhirnya memperkenalkan dirinya.
“Nama saya Abraham, Abraham Brown. Dan alasan kenapa kalian tak bisa melacak segala identitas yang menyangkut diri saya karena sesunggunya saya ini sama seperti kalian,” ujar laki-laki itu dengan tegas, namun pernyataan yang diberikan oleh laki-laki itu ternyata justru membuat detektif Egan menggerutkan dahinya, membuat kedua ujung alisnya kini bertemu.
Namun ternyata tak hanya detektif Egan yang merasa bingung dengan apa yang dikatakan oleh laki-laki itu. Detektif Keiko dan pak Brox yang berada di balik cermin satu arah pun merasa kebingungan.
“Anda sama dengan kami?“ detektif Egan bertanya dengan sejuta rasa ingin tahu yang bergejolak.
“Ya, saya ini adalah detektif Abraham Brown dari kantor polisi di wilayah Spring hill,” laki-laki itu melanjutkan ceritanya.
“Anda juga seorang detektif, seperti kami?“ detektif Egan masih merasa tidak percaya dengan apa yang barusan dia dengar dari mulut laki-laki yang baru saja dia tabrak dan hampir saja dia bu**h dengen senjat*nya.
“Kalau pun benar anda adalah seorang detektif dari kantor wilayah Spring hill, kenapa anda ada di sini, di wilayah kami yang seharusnya tidak anda campuri sama sekali tanpa undangan dari kami?“ tanya detektif Egan lagi.
“kali ini saya dalam sebuah misi penyamaran di sini karena selama ini juga saya memang membututi laki-laki yang ada di dalam foto yang ternyata juga merekam wajah saya,” jawab laki-laki yang mengaku bahwa dia adalah detektif Abraham.
“Anda juga mengikuti Bondan dan terbawa sampai ke sini? Untuk kasus apa?“ detektif Egan masih terus memberondong laki-laki yang tetap besrikeras mengaku sebagai detektif Abraham itu.
“Di wilayah kami beberapa bulan lalu terjadi sebuah pembunuhan dan kami mempercayai bahwa dia adalah tersangka dalam kasus pembunuhan itu dan karena alesan itu saya terus mengikutinya hingga sampai ke sini,” balas laki-laki itu.
“Tapi kenapa anda tidak melaporkan diri anda dulu kepada pihak kami dan berusaha berkoordinasi?“ desak detektif Egan.
“Saya rasa, sebagai seorang detektif anda juga tahu alasannya,” jawab laki-laki itu.
Mendengar jawaban itu detektif Egan kembali melempar pandangan ke cermin di belakangnya dan memberi isyarat kepada detektif Keiko dan pak Brox.
“Rasanya dia memang seorang detektif yang sedang menyamar,” ujar pak Brox kepada detektif Keiko yang berdiri di sampingnya.
“Saya rasa juga begitu pak. Kasus yang kita hadapi dengannya adalah kasus yang sama,” timpal detektif Keiko.
“Tapi bagaimana pun juga, saya harus menghubungi kantor wilayah Spring hill dan menanyai orang yang bertanggung jawab atas datektif Abraham ini. Saya harus memastikan keaslian pernyataannya,” pak Brox sepertinya tak ingin kecolongan dalam kasus ini.
“Apakah saya bisa mempercayai anda?“ tanya detektif Egan pada laki-laki di hadapannya.
“Kenapa anda tak menghubungi kantor wilayah Spring hill dan bertanya langsung pada atasan saya?“ laki-laki itu seolah menantang.
“Sebuah ide yang bagus. Saya bisa minta tolong atasan saya untuk menanyakan hal itu kepada kantor wilayah Spring hill,” balas detektif Egan tak kalah mengeretak.
“Sebenarnya saya ingin mengajukan sebuah kerjasama kepada kalian. Sebuah kerjasama dalam memecahkan, lebih tepatnya menangkap Bondan,” detektif Abraham mencoba memberi sebuah tawaran kepada detektif Egan yang sekali lagi memutar kepalanya mengarah ke cermin di belakangnya.
“Apakah ini sebuah tawaran yang menguntungkan bagi kami, mengingat sejak awal kedatangan anda ke sini, anda telah membohongi kami,” ucap detektif Egan seolah tak ingin mempercayai detektif Abraham.
“Siapa yang membohongi anda? Saya? Ayolah detektif Egan, kita semua tahu bahwa dalam sebuah misi penyamaran kita harus bisa totalitas,” tutur detektif Abraham dengan gaya santai.
“Tapi kita sekarang ada di ruang interogasi kantor polisi yang seharusnya anda mengerti bahwa kejujuran sangat di butuhkan di tempat ini,” tegas detektif Egan.
“Dan siapa yang akan menjamin bahwa anda tidak akan menyebarluaskan identitas diri saya yang selama ini saya amankan serapi mungkin,” gertak balik detektif Abraham.
“Apakah anda gila? Kami menyebarluaskan identitas asli anda?“ detektif Egan tak ingin kalan mengintimidasi.
“Oh, sepertinya anda lupa beberapa menit lalu anda mengancam saya akan mennyebarkan foto saya ke media massa?“ ujar detektif Abraham.
“Oh sepertinya anda juga lupa bahwa itu saya lakukan karena anda tidak ingin bekerjasama dengan kami. Lagi pula saya hanya mengancam akan menampilkan foto anda di media massa bukan menyebarkan identitas diri anda,” tentu saja detektif Egan yang keras kepala tetap tak ingin kalah dalam sebuah perdebatan.
“Bisa sama-sama kita bayangkan jika foto saya terpampang di setiap berita di media massa makan akan ada yang mengenali saya dan penyamaran saya bisa saja terpongkar,” lanjut detektif Abraham.
Kali ini sepertinya detektif Egan mendapatkan seorang lawan yang sangat seimbang yang mungkin akan beresiko terjadi benturan yang amat keras karena kedua orang itu sama-sama tak ingin berada di pihak yang kalah atau pun mengalah.
Detektif Keiko yang berada di ruangan sebelah bersama dengan pak Brox tahu betul bahwa resiko gesekan diantara detektif Egan dan detektif Abraham sangat mungkin terjadi. Maka dari itu dia meminta ijin pada pak Brox untuk masuk ke ruangan interogasi itu untuk berusaha memisahkan kedua mahluk keras kepala tersebut.
Pak Brox yang juga sudah menyadari bahwa kondisi di dalam ruang interogasi itu sudah tidak kondusif lagi bagi dua detektif yang baru bertemu dengan sifat yang sangat mirip, akhirnya memberi ijin kepada detektif Keiko untuk masuk dan mendingimkan suasana di dalam dan akan lebih baik jika keduanya dipisahkan secepatnya.
Begitu detrktif Keiko melewati pintu ruang interogasi itu, kepala kedua detektif itu langsung menoleh dan mata keduanya juga mengarah ke detektif Keiko.
“Bagaimana dengan perkenalan diri kalian masing-masing?“ tanya detektif Keiko yang baru saja menutup pintu di belakangnya.
Namun pertanyaan dari detektif Keiko itu tak dijawab oleh kedua detektif yabg sepertinya masih bersitegang.
“Sepertinya perkenalan kalian berdua tidak cukup baik dan menyenangakan ya,” sindir detektif Keiko.
“Apakah lo percayw bahwa laki-laki yang kita curigai ini adalah seorang detektif seperti apa katanya tadi?!“ tanya detektif Egan ketika akhirnya detektif Keiko duduk di sebelahnya.
“Kita tentu saja bisa mengecek kebenaran pernyataannya itu melalui pak Brox. Lo harusnya bisa sedikit lebih rileks gan,” ucap detektif Keiko berusaha menenangkan rekannya.
“Betul sekali. Lo harusnya bisa lebih rileks gan,” detektif Abraham mengulang setiap perkataan dari detektif Keiko yang membuat tak hanya detektif Egan tapi juga detektif Keiko kaget mendengarnya.
Namun di balik cermin satu arah pak Brox justru tertawa kecil melihat ekspresi wajah kedua detektif andalannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments