Bab Lima Belas

Setelah detektif Egan selesai mengutak-atik dan berhasil menampilkan kumpulan foto korban yang sudah dikumpulkan oleh polisi wilayah Spring hill, dtekif Abraham terlihat meras puas karena akhirnya dia bisa menunjukan kumpulan foto itu kepada detektif Egan dan Keiko.

“Bisa kita lanjutkan detektif?“ tanya detektif Egan kepada detektif Abraham.

“Seperti yang anda berdua bisa lihat di sini, ini adalah beberapa foto korban yang sudah kumpulkan sekitar tiga bulan lalu saat pertama kali menemukan korban di wilayah kami,” detektif Abraham berusaha menjelaskan apa yang sedang terpampang di dalam layar monitor di hadalan mereka.

Kumpulan foto itu memperlihatkan seorang wanita berambut pirang yang diikat kaki dan tangannya menggunaan lakban berwarna merah. Korban pun ditutup mulutnya lakban berwarna merah dengan luka menganga di bagian kepala hingga dadah bercucuran.

“Seepertinya korban di Spring hill juga mengalami hal yang sama,” ujar detekif Keiko.

“Apa korban yang ada di sini pun mengalami cedera di kepala yang disebabkan oleh benda tumpul?“ tanya detektif Abraham mulai merasa tertarik.

“Bukan hanya soal luka di kepala korban detektif tapi juga cara korban diikat dan ditutup mulutnya dengan lakban berwarna merah itu,” sambung detektif Egan.

“Apakah itu benar? Berarti selama ini insting detektif saya benar adanya. Kemungkinan bahwa Bondan adalah yang melakukannya pada korban di wilayah kami semakin besar,” ujar detektif Abraham yang di cara bicaranya juga seolah merasa sangat bersyukur karena dia merasa sebentar lagi dia akan bisa menyelesaikan kasus ini sekaligus menangkap pelaku penghilangan nyawa wanita di wilayahnya.

“Jadi sebenarnya pada awalnya anda belum yakin bahwa Bondan adalah orang yang melakukan ini kepada korban anda?“ tanya ddetektif Keiko.

“Kira-kira seperti itu,” jawab detektif Abraham setengah menahan rasa malu.

Detektif Egan yang mendengar jawaba dari detektif Abraham itu merasa cukup terhibur sekaligus kesal karena sepertinya bukan detektif Abraham yang menolong mereka, justru sebaliknya mereka adalah yang menolong detektif Abraham memecahkan kasusnya.

Sebenarnya bukan masalah membantu datektif Abraham yang membuat detektif Egan merasa kesal karena sesungguhnya dia selalu merasa senang jika membantu divisi lain memecahkan kasus. Tapi kali ini yang membuat detektif Egan kesal adalah karena detektif Abraham selama ini merasa yang paling berjasa dan berpesan penting di dalam kasus ini.

“Apakah korban di wilayah Spring hall juga adalah seorang pelari?' tanya detektif Keiko.

“Bukan, korban di wilayah saya adalah seorang junalis,” detektif Abraham memberi jawaban.

“Tapi dari foto jasad korban di sini sepertinya korban mengenakan pakaian olah raga,” ujar detektif Keiko setelah menganalisa foto korban yang masih ada di dalam layar monitor.

“Menurut keterangan orang terdekat korban, saat itu korban seharusnya memang sedang melakukan aktifa di gym di dekat kantornya.

“Apakah aktifitasnya berolah raga di gym merupakan sebuah kebiasaan lama korban?“ tanya detektif Keiko lagi.

“Bukan. Korban baru beberapa bulan memulai olah raga di gym dekat kantornya itu. Korban merasa tidak percaya diri sejak melahirkan anak pertamanya karena bobotnya yang naik lumayan banyak. Walau pun bis kita lihat di foto ini bahwa tubuh korban termasuk ideal menurut saya,” detektif Abraham kembali merincikan informasi yang dia tahu.

“Apakah pelaku memang mengincar perempuan-perempuan yang terobsesi pada penurunan berat badan?“ ucap detektif Keiko.

“Gue rasa bukan itu. Seperti yang kita sama-sama tahu bahwa Sephia, korban kita melakukan kegiatan larinya bahkan sejak dia belum menikah dan pindah ke sini,” timpal detektif Egan.

“Tapi apakah pelaku tahu fakta itu?' tanya detektif Abraham.

“Benar juga. Kecuali korban memang sudah lama diikuti dan diintai oleh pelaku, maka sepertinya ada kemungkinan pelaku memilih korban karena sebuah kebiasaan olah raga itu,” balas detektif Keiko.

“Tapi aku rasa sungguh sangat naif jika memang itu adalah motif dari pelaku untuk menghabisi nyawa seseorang. Olah raga adalah sebuah kegiatan yang sangat baik,” balas detektif Egan.

“Kita ngga pernah bisa benar-benar mengerti isi kepala setiap manusia di atas muka bumi ini gan,” sambung detektif Keiko.

“Tapi ngomong-ngomong apakah saya boleh melihat jasad korban yang kalian temukan di wilayah ini?“ detektif Abraham meminta ijin.

“Bisa saja tapi kami perlu berbicara dulu dengan pak Brox,” jawab detektif Keiko.

“Pak Brox pasti akan mengijinkannya,” sahut detektif Abraham.

“Tolonglah detektif Abraham, anda jangan terlalu percaya diri,” timpal detektif Egan berusaha menahan laju adrenalin detektif Abraham.

“Oke kalau memang perlu waktu untuk saya bisa melihat jasad korban di wilayah ini. Paling tidak saya ingin juga melihat kumpulan foto yang sudah kalian kumpulkan saja dulu. Kalian bisa masukan kumpulan foto korban itu di sini,” detektif Abraham menyodorkan sebuah flashdisk berwarna emas kepada detektif Egan, entah apakah itu benar-benar lapisan emas asli atau hanya sebuah warna yang amat mencolok.

Detektif Egan melihat itu pun langsung mengerutkan dahinya karena menanggapi tingkah detektif Abraham yang masih merasa bahwa orang-orang yang bekerjasama dengannya adalah oraang-orang dari juga berasal dari jamannya.

“Kami sudah mengirimkan kumpulan foto yang anda minta tadi ke dalam ponsel anda detektif,” ujar detektif Keiko berusaha mencairkan suasana, mencoba menyelamatkan detektif Abraham dari rasa malu yang teramat sekaligus juga menyelamatkan detektif Egan dari meledak karena rasa marahnya yang memuncak.

Kemudian detektif Abraham merogoh saku celananya dalam-dalam dan mencoba untuk meraih ponsel miliknya di dalam sana. Detektif Abraham lalu mengecek ponsel miliknya dan mendapatkan kumpulan foto korban yang dia minta sebelumnya sudah berada di dalam ponselnga dan tentu saja detektif Abraham merasa kaget sekaligus kagum juga.

“Wah cepat sekali sudah ada di dalam ponsel saya,” tanpa sadar detektif Abraham kinj memuji kecanggihan kantor wilayah yang sejak tadi dengan segala cara dia remehkan dan selalu berusaha menjatuhkan mental orang-orang di dalamnya.

“Memang begini cara kerja kami di sini, detektif. Semua di tempat ini memang serba cepat mungkin akan sedikit terlalu cepat bagi anda yang sepertinya sudah tertinggal beberapa tahun di belakang kantor wilayah kami tapi kantor wilayah di Spring hill tak tertinggal juga kan seperti anda? Sungguh saya amat khawatir. Tapi tentu anda tak akan kenapa-kenapa kan ya detektif?!” sindir detektif Egan ke detektif Abraham yang kini menundukan kepalanya berusaha berakting seolah sedang sibuk melihat dengan teliti kumpulan foto korban yang dikirimkan ke ponselnya begitu dia minta, sepertinya detektif Abraham memang mencoba untuk menghindari saling bertatap mata dengan detektif Egan dan menyadari hal itu tentu saja detektif Egan merasa amat puas melihat lawan debatnya sejak tadi bagaikan terkulai tak berdaya di hadapannya dengan hanya satu hantaman kalimat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!