Bab Dua

POV Detektif Egan...

Sementara itu Birdella sendiri masih tenggelam dalam pekerjaan yang menyenangkan bagi dirinya, untuk memeriksa kondisi jasad korban yang mereka temukan di tempat kejadian perkara, aku dan detektif Keiko hanya bisa melihat dari jarak yang lumayan dekat tanpa bisa banyak membantu dalam hal pemeriksaan terhadap kondisi jasad korban karena kami memang tidak memiliki pengetahuan yang mumpuni tentang jasad kecuali pengetahuan-pengetahuan dasar yang memang kami pelajari saat kami melaksanakan pendidikan ketika akan menjadi detektif dulu.

Lagi pula Birdella sendiri sudah dibantu oleh para anggota tim forensik yang memang selalu dia bawa saat datang ke tempat kejadian perkara untuk melakukan penyelidikan awal di lokasi.

Namun tentu saja kehadiran aku dan detektif Keiko di lokasi sangat dibutuhkan karena kami harus juga mencatat segala hal yang berkaitan dengan jasad sejak pertama kali ditemukan.

aku dan detektif Keiko memang memerlukan segala fakta tentang kondisi tempat kejadian perkara serta kondisi jasad untuk kami olah datanya dan sebagai acuan saat melakukan penyelidikan lebih lanjut.

Saat itu juga aku pun mulai melangkah mundur dari posisi berdiriku semula dan mencoba menyisir sekitaran tempat jasad itu ditemukan dan berharap masih bisa mendapatkan hal lain yang bisa dijadikan petunjuk yang mungkin akan menuntun aku pada sebuah jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan oleh detektif Keiko sebelumnya, atau lebih baiknya jika aku bisa menemukan sebuah barang bukti yang bisa menjerat pelaku tanpa bisa mengelak lagi.

Sekitar dua kilo meter dari tempat jasad ditemukan telah diberi garis polisi yang membuat tak ada seorang pun yang bisa lalu lalang di sekitaran korban kecuali para petugas kepolisian dan detektif serta tim forenstik yang memang sedang bertugas.

Semakin aku berjalan menjauh dari lokasi jasad itu ditemukan, keadaan di sekitanku pun semakin sepi tanpa terlihat satu orang pun.

Sungguh sebuah kondisi yang membuat tindakan kriminal bisa terjadi dengan mudah tanpa saksi mata dan tanpa kesulitan yang berarti untuk sang pelaku hingga tentu saja merasa leluasa menjalankan niatan jeleknya.

Hampir setengah jam aku berjalan mengikuti jalur jogging itu hingga akhirnya aku pun memutuskan untuk kembali ke tempat dimana seluruh anggota kepolisian berkumpul untuk memeriksa tempat kejadian perkara dengan seksama.

selama perjalananya menuju titik dimana akhirnya aku memutuskan untuk berhenti dan sampai akhirnya aku kembali ke tempat kejadian perkara, aku sama sekali tak menemukan apapun yang janggal atau siapa pun yang mungkin aku anggap cukup mencurigakan menurut naluri detektifku.

“Dari mana lo gan?“ tanya detektif Keiko saat akhirnya melihatku lagi yang baru kembali ke tempat dimana jasad korban berada.

“Gue menyisir sekitar tempat kejadian perkara sedikit ke arah sana, berusaha mengecek apapun yang bisa gue curigai atau bisa menjadi tambahan petunjuk dan barang bukti. Ya kan siapa tahu ada yang terlewat oleh para anggota kepolisian atau tim forensik,” sahutku.

Detektif Kieko mengalihkan pandangannya dari jasad yang sedang diperiksa oleh Birdella ke arahku.

“Lo menemukan sesuatu yang mencurigakan ngga??“ tanya detektif Keiko penuh rasa penasaran dan harap padaku.

Akun pun menggelengkan kepala pelan dan berkata, “Ngga ada apa-apa sejauh jalan yang gue tapaki tadi. Semua terlihat normal dan baik-baik saja bagi gue.“

“Berarti kita masih berada di titik awal penyelidikan ini tanpa alat bantu apapun ya,” desir detektif Keiko menarik nafas dalam dan mengembalikan fokusnya ke jasad korban dengan menelan sedikit rasa kecewa.

“Tapi kita punya kartu identitas korban 'kan?!“ tanyaku pada detektif Keiko.

“Iya. Kartu identitasnya ada di dalam sini,” jawab detektif Keiko sambil mengangkat kantong zipper di tangan kanannya, yang sudah kami daftarkan sebagai barang bukti dalam kasus kali ini.

“Kita bisa mulai dari situ 'kan?!“ ujarku penuh semangat.

“Tentu saja hanya ini harapan kita untuk mengungkap dan menyelesaikan kasus ini. Kita harus menemui suami korban dan menanyai suami korban untuk mencari petujuk yang mungkin bisa mengarahkan kita kepada sang pelaku,” jawab detektif Keiko tanpa memalingkan wajahnya dan pandangannya dari jasad korban yang masih diperiksa oleh Birdella dan beberapa anggota timnya.

“Kenapa manusia jaman sekarang bisa dengan sangat mudah mengambil nyawa orang lain? Apa yang sebenarnya mereka pikirkan?“ gumamku yang kini ikut fokus melihat ke arah jasad itu berada.

“Apakah menurut lo, mereka yang melakukan hal keji macam pengambilan nyawa orang lain masih layak lo panggil sebagai manusia?“ tanya detektif Keiko dengan nada getir setelah mendengar pertanyaan dari aku itu barusan.

mendengar pertanyaan balik dari detektif Keiko itu, aku hanya bisa terdiam dan tak bisa memberi jawaban atas pertanyaan rekanku itu karena jauh di dalam hatiku, aku pun menanyakan hal yang sama.

Bagaimana mereka yang bersikap jauh lebih buruk dari seekor hewan masih boleh dipanggil dengan sebutan manusia.

Kenyataan bahwa hewan yang paling buas sekali pun hanya akan membunuh jika mereka kelaparan, sebuah insting yang diciptakan oleh Tuhan untuk mereka bertahan hidup.

Sementara mereka yang memilih untuk mengambil nyawa manusia lainnya biasanya melakukan hal itu hanya sekedar untuk memberikan makan rasa puasnya dan merasa berkuasa atas kehidupan orang lain.

Sebuah rasa yang bahkan tak menyentuh kata “Kemanusiaan”.

Aku dan detektif Keiko kini terdiam, kami tak saling berbicara karena sama-sama berfokus pada jasad yang sedang diperiksa dengan seksama oleh Birdella dan kami melihat cara kerja Birdella hingga suasana terasa sangat hening, antara tenang dan menegangkan.

Terpopuler

Comments

kama

kama

Sangat menarik, semangat ka author!

2023-07-15

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!