"Makasih ya, Nak, sudah mau bantuin ibu. Jarang-jarang loh ketemu anak muda yang mau nolongin orang yang tak dikenal di jalan, kamu baik banget, orang tuamu berhasil ngedidik kamu," kata si ibu yang ditolong, biasa begitu, pasti orang tua akan menjadi tolak ukur sifat seorang anak.
Haven hanya bisa tersenyum tipis. Si ibu tidak tahu saja kalau ia adalah salah satu anak yang suka membangkang pada orang tuanya.
"Sama-sama Bu, kalau begitu saya pamit, ya?" kata Haven sopan. Ia sudah mulai membalikkan badannya ingin beranjak dari sana walaupun si ibu belum mempersilakannya untuk pergi, tetapi tak jadi karena mendengar suara seseorang yang tak asing di telinganya.
"Ibu udah pulang? Kok cepat pulangnya?" tanya Khaya saat melihat orang yang mengetuk pintu yang ternyata adalah ibunya. Sang ibu pergi bekerja ke rumah Freya jam tujuh pagi dan ini masih pukul sepuluh. Kemudian, pandangannya tertuju pada barang-barang bawaan ibunya yang banyak dan juga ia melihat seorang laki-laki tinggi membelakanginya.
Haven membalikkan badannya, menghadap ke arah Khaya dan betapa terkejutnya mereka berdua. Saat mata mereka saling pandang.
"Haven?!" panggil Khaya kaget, ia tak menyangka akan melihat pacarnya itu di tempat yang seperti ini. Siapa tahu laki-laki itu merasa risi, kan?
Khaya Oh, ternyata dari tadi gue bantuin camer toh? Untung aja gue bantuin, kalau nggak, gue bisa dicap sebagai caman nggak baik nanti. Batin Haven merasa lega sendiri.
Camer : calon mertua
Caman : calon mantu
"Eh, kalian saling kenal, Khay?" tanya Mayang. "Ini loh dia bantuin ibu bawain semua barang-barang ini," katanya memberitahu tanpa ditanya. "Ayo masuk dulu, Nak." Kemudian Mayang menuntun Haven untuk masuk ke dalam rumah dan laki-laki itu menurut saja tanpa mempedulikan ekspresi Khaya yang masih kaget, ia pun tak lupa mengambil barang bawaannya tadi.
Haven duduk di kursi ruang tamu diikuti oleh Mayang. Ia mengedarkan ke seluruh penjuru ruangan, rumah ini benar-benar sangat sederhana tapi untungnya rapi dan bersih, entah kenapa ia lebih nyaman di sini daripada di mansion Richard yang mewah tapi tak membuatnya betah lama-lama tinggal di sana.
"Khay, ngapain malah bengong di sana? Ayo masuk, buatin kopi atau minuman lain buat nak Haven," interupsi Mayang pada anaknya saat melihat Khaya yang masih saja terus berdiri di depan pintu masuk, entah apa yang sedang anak itu pikirkan.
Khaya seketika tersadar, ia lebih dulu mengambil tabung gas yang masih berada di luar rumah lalu membalik badannya menuju dapur untuk membuatkan secangkir kopi untuk Haven seraya mengecek barang-barang apa saja yang dibawa ibunya sampai sebanyak ini dan ternyata di dalam ketiga kantong besar itu didominasi oleh beberapa bahan makanan.
"Nak Haven teman kampusnya Khaya, ya?" tanya Mayang basa-basi, agar suasana di antara mereka tak terlalu sunyi.
Bukan teman, Bu, tapi udah jadi pacarnya, hehe. Batin Haven, tak mungkin ia mengatakannya pada ibu Khaya, sebelum Khaya sendiri yang mengakuinya. Ceritanya, mereka masih backstreet.
Haven mengangguk-angguk kecil. "Khaya kating di kampus, Bu. Eh, saya boleh panggil Ibu, kan?" tanya Haven sungkan, tiba-tiba sikapnya menjadi sopan.
Mayang terkekeh kecil saat melihat Haven yang begitu sungkan padanya, ia juga merasa aneh saat mendengar perkataan anak muda di depannya ini yang terlalu baku. "Panggil mommy juga boleh," kata Mayang dengan nada bercanda, setelah dipikir-pikir, nggak ada salahnya ia punya anak angkat bule ganteng lagi, apalagi Haven ini anak yang baik—menurutnya—dan saat ia sempat mengamati wajahnya, Mayang pun mengira kalau Haven ini mirip dengan salah satu teman Khaya yang biasa ia lihat di rumah Freya, benar-benar mirip malah.
Khaya menaruh cangkir kopi serta sepiring kue di atas meja depan Haven. "Ibu ini bicara apa, sih?" Khaya tadi sempat mendengar candaan ibunya, emang ibunya ini suka bercanda. "Haven jadi nggak enak kelihatannya," kata Khaya sambil menatap pada Haven yang menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal tak bisa menangkap jokes dari ibunya.
"Silakan diminum kopinya dulu ya, Nak. Khay, baik-baik sama Haven temani dia dulu sebelum ke kampus. Ibu pergi dulu, ada urusan," pamit Mayang setelah mendengar teguran dari Khaya, Khaya dan Haven hanya menanggapinya dengan anggukan.
Setelah melihat ibunya keluar dari rumah, Khaya pun duduk di samping Haven dan laki-laki itu tiba-tiba saja tertawa. "Ibumu lucu Khay, nggak kayak kamu yang suka tegangan," ujar Haven mencari masalah.
Khaya memukul punggung Haven dengan keras karena ia kesal, perkataan laki-laki itu seakan mengejeknya. "Emang aku listrik yang suka tegang apa!" ujar Khaya kesal, sudah tak terhitung jumlahnya Haven membuatnya kesal dari mereka baru bertemu sampai sekarang.
Bukannya merasa sakit karena habis dipukul, Haven malah tertawa terbahak-bahak karena melihat Khaya yang kesal tapi terlihat lucu di matanya, ini yang membuat ia suka menjahili Khaya.
Haven pun dengan berani memeluk Khaya saking gemesnya tanpa mempedulikan kalau sekarang ini mereka berada di rumah pacarnya bukan di apartemennya. "Ven ...?" tegur Khaya tapi Haven hanya diam tak mendengarkannya, ia ingin lepas dari pelukan Haven tapi tidak bisa dan ia pun akhirnya membalas pelukan pacarnya itu.
Mayang melihat mereka berpelukan, sebab ibu random itu mengintip di jendela. Dan ia tidak marah, ia malah senang melihat mereka berdua, ia juga senang karena baru kali ini melihat Khaya yang terlihat bebas bahkan saat ia melihat Khaya memukul Haven, laki-laki itu tidak marah atau mengadu kesakitan, tetapi malah memeluk putrinya sambil tertawa. Seketika, ia teringat dengan sang suami dan masa muda mereka dan Mayang hanya bisa berharap hubungan Khaya dan Haven tetap baik-baik saja, tidak ada masalah. Bahkan bisa sampai ke pelaminan.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments