Setelah mereka berdua bermain pump it up, Khaya mengajak Haven bermain Bumper Cars mereka menaiki mobil masing-masing dengan Khaya yang selalu menghindar, tetapi tetap saja Haven masih saja bisa menabrakkan mobilnya pada mobil Khaya.
Kemudian, setelah selesai bermain Bumper Cars Khaya menarik tangan Haven ke permainan New Arcade Basketball, Haven memainkannya dengan sangat serius. Namun, Khaya memasukkan bola ke dalam ring secara asal bahkan gadis itu sesekali menjahili Haven agar laki-laki itu gagal memasukkan bola ke dalam ring.
Lalu yang terakhir, Haven menggandeng tangan Khaya menuju Snapshot Timezone atau photo booth timezone, di sana mereka berfoto dengan ria memperagakan berbagai banyak pose dengan memakai aksesoris yang sudah disediakan dan terakhir berfoto dengan pose Haven yang memeluk Khaya dari belakang sambil tersenyum, dan ekspresi Khaya yang kaget.
"Hah, tadi itu benar-benar seru banget. Makasih, Ven." Khaya menghempaskan dirinya di sofa empuk salah satu restoran mewah, ia memberikan senyum manisnya pada Haven.
Haven ikut mendudukkan diri di sofa di hadapan Khaya. "Kan gue udah bilang tadi, lo nggak bakalan nyesel ikut gue," balas Haven ikut senang karena Khaya senang. "Jadi karena lo lagi senang nih, berarti gue nggak usah kasih lo gaji, kan?" tanya Haven hanya ingin memastikan, tes ombak.
Khaya mendekatkan wajahnya pada Haven—jaraknya sampai satu jengkal, lalu menatap tajam laki-laki itu. "Nggak bisa gitu dong, lo udah janji dan lo harus tepatin lah," kata Khaya kesal ia menjauhkan wajahnya dari wajah Haven.
Sekali lagi, Haven dibuat kaget dengan tingkah Khaya, ia pun tertawa kecil. "Lo takut banget ya kalau gue nggak kasih gaji? Gue cuma tes lo aja kok."
Haven Stewart menyebalkan dengan segala candaannya.
"Lo mau pesan apa?" Haven mengambil menu di atas meja, ia berharap Khaya menjawabnya terserah, sebab ia sudah menyiapkan semuanya.
"Terserah lo aja," jawab Khaya, sesuai harapan Haven.
Haven pun memberi kode pada para pelayan yang sudah ia bayar untuk malam ini. Para pelayan itu pun keluar membawakan menu makanan yang sudah Haven pesan berupa steak sauce mashroom, choco lava cake, waffle, orange juice, wine, and mineral water.
Haven beranjak dari duduknya, ia ingin mengambil sesuatu di dapur restoran, yaitu sebuah kue ulang tahun berukuran sedang yang sudah ia pesan juga tidak lupa menyalakan satu lilin di atas kue itu. Kemudian, ia menghampiri Khaya sambil bernyanyi.
"Happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday Khaya," nyanyi Haven dengan suara seraknya. "Make a wish," ujarnya lalu menyodorkan kue tersebut ke depan Khaya.
Khaya tentu saja kaget karena ia benar-benar lupa tentang hari ulang tahunnya sebab terlalu sibuk belajar dan bekerja tiap hari. Biasanya Kelvin dan Freya yang mengingatkannya dan sekarang Haven orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Ia tersenyum pada Haven lalu menautkan kedua tangannya, memejamkan mata setelah itu berdoa.
Khaya pun meniup lilinnya.
"Makasih, Ven," ucap Khaya senang. Hari ini sangat-sangat lah menyenangkan untuknya. "Oiya, lo tahu dari mana kalau hari ini gue ulang tahun?" tanya Khaya penasaran, ia saja lupa dengan hari ulang tahunnya sendiri.
"Dari Dimas." Haven menyodorkan sebuah kotak hadiah ukuran kecil berwarna biru dengan pita hitam di atasnya. "A special gift for you."
Khaya tersenyum lalu langsung saja ia membuka kotak hadiah tersebut di hadapan Haven, mata gadis itu berbinar saat melihat hadiah yang diberikan oleh Haven, ia melihat sebuah kalung emas dengan permata biru tua yang berkilau ini sangatlah indah dan cantik.
Khaya melirik pada Haven. "Kalung ini benar-benar cantik Ven, pasti harganya mahal, lo nggak salah kasih gue kado ini, kan?" tanya Khaya memastikan.
"Ini emang hadiah yang spesial untuk lo yang spesial, jadi nggak salah lah," jawab Haven sedikit menggombal dan Khaya seketika tersipu Haven tak menyadarinya karena gadis itu langsung memalingkan wajah.
"Sini gue bantu pakaiin." Haven mengambil kalung itu lalu berjalan ke belakang Khaya kemudian ia pun memasangkan kalung itu di leher indah sang gadis.
Setelah selesai memasangkan kalung di leher Khaya, segera Haven berlutut di depan Khaya seraya memegang sebuah buket bunga yang entah di mana laki-laki itu mendapatkannya. "Lo mau nggak jadi pacar gue?" ungkap Haven, sekarang ini ia sangat-sangat lah serius ia juga sedang tidak bercanda.
Khaya menatap Haven, selain laki-laki itu terus menemuinya di kampus atau tempat kerja dia juga biasa memberinya spam chat, kadang menanyakan kabar, ataukah sudah makan atau belum, mengucapkan selamat malam dan pagi, serta sesekali Haven juga mengungkapkan perasaannya. Hari ini sudah terbilang dua Minggu lebih mereka saling kenal.
Khaya berdiri dari duduknya sambil menuntun Haven untuk berdiri juga. "Gue malu, tau nggak lo Ven?" Khaya tersenyum malu-malu, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan, banyak orang yang memperhatikan mereka ada juga yang berteriak untuk menerima menjadi pacar Haven Stewart.
Khaya menatap serius pada Haven. "Jujur, sebenarnya gue juga udah suka sama lo, karena lo yang perhatian, lo yang selalu natap gue dalam dan spam chat dari lo yang banyak tapi lama-lama gue juga suka bacanya ...," ungkap Khaya yang membuat Haven senang bukan kepalang.
"Tapi, maaf gue sedang berada di dalam keadaan yang membuat gue tidak punya waktu untuk pacaran, memikirkannya aja nggak pernah. Lo jelas tau kalau gue harus tetap fokus buat belajar agar beasiswa yang gue dapat tetap full, lo juga tau kalau gue sibuk kerja, nggak ada waktu buat main apalagi buat pacaran," jelas Khaya sedih, ia sedih karena meratapi hidupnya yang kesusahan, ia tidak sadar telah meneteskan air matanya yang berharga.
Haven menatap sendu pada Khaya—meletakkan buket bunga pada meja yang ada di sampingnya, ia mengusap lembut pipi Khaya yang terdapat jejak air mata di sana lalu menggenggam kedua tangan gadis itu. Haven mencium kedua tangan Khaya dengan penuh perasaan?
"Gue jelas tau itu, tapi gue janji gue akan menjadi rumah buat lo, gue akan menjadi tempat lo bersandar dikala lelah dan butuh hiburan dan gue nggak akan menjadi penghalang lo buat sukses, pegang janji gue," kata Haven serius dan sangat tulus.
Khaya menangis, ia terharu dengan perkataan Haven yang tulus padanya. Ia dengan berani memeluk tubuh tinggi nan kekar milik Haven Stewart, yang membuat laki-laki itu merasa bingung, apakah ini artinya ia diterima atau ditolak, tetapi Haven harus berpikir optimis.
Haven melepaskan pelukan Khaya dari tubuhnya. "Gue diterima apa ditolak nih?" tanya Haven memastikan.
"Ya diterima lah," kata Khaya malu-malu, pipinya bersemu merah.
Haven tertawa-tawa senang ia kemudian memeluk tubuh mungil yang hanya setinggi dadanya dengan erat. Sekarang Khaya sudah menjadi miliknya dan ia juga berhasil menyelesaikan taruhan dengan teman-temannya, Haven tersenyum miring. Lalu tak lama ia mendengar suara perut yang meminta makanan.
"Suara perut siapa, ya?" bisik Haven jahil. Haven Stewart mode menyebalkan kembali.
Khaya melepaskan pelukan Haven, lalu memukul dada laki-laki itu sebagai bentuk kekesalannya, lalu duduk kemudian memakan makanan yang sudah dingin itu tanpa menjawab pertanyaan laki-laki itu, kedepannya mungkin ia akan terus menghadapi Haven yang sangat jahil dan suka bercanda.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Lita
jd deg-degan pengen tau di bab brp khaya tau dia jd taruhan.... tp tetep tenang jangan loncat bab...
2023-07-21
1