"Belajar memang penting tapi kesehatan lebih utama," ucap Khaya sambil meletakkan sepiring nasi goreng di atas meja, lalu mengambil buku tentang hukum yang dipegang oleh adiknya.
"Makasih, Kak." Bukannya marah karena Khaya sang kakak merebut bukunya, ia malah berterima kasih sebab dibuatkan nasi goreng dengan tomat, makanan kesukaannya.
Mereka hanya berdua di rumah, Mayang sudah pergi ke rumah Freya untuk bekerja pagi-pagi sekali.
"Tumben baca buku tentang hukum? Biasanya juga baca komik?" kata Khaya berniat mengejek, ia sangat suka merecoki adiknya itu.
Pradipta seketika kesal dengan perkataan kakaknya, ia sangat tidak suka kalau sudah ada yang singgung hobinya yang selalu membaca komik kapan saja.
Pradipta memulai acara makannya. "Mau merubah sistem hukum yang sudah bobrok," jawabnya serius, walaupun ia sempat kesal dengan Khaya tapi ia tak akan membahasnya ia tak mau berdebat hari ini.
"Idih, sok banget, kenapa cita-cita lo sering diubah?" tanya Khaya heran, Pradipta awalnya ingin menjadi polisi, lalu beralih ingin menjadi dokter, kemudian jadi arsitek dan pada akhirnya belajar tentang hukum.
Pasti banyak orang yang seperti Pradipta, kan? Plin-plan dengan cita-cita sendiri. Kalau Khaya sih ingin menjadi perancang gaun pengantin terkenal, seperti Jessica Oh, tetapi ia malah berakhir di fakultas ekonomi. Memang, manusia hanya bisa merencanakan, tetapi Tuhan yang menentukan.
"Lo juga gitu. Oiya, tadi malam yang anterin lo itu siapa? Kayaknya dia bukan Kak Kelvin, deh. Hayoo, dia siapa? Mana turunnya di depan gang lagi, nggak gantle banget," kata Pradipta tiba-tiba menyinggung soal semalam, Haven yang mengantar Khaya pulang.
"Nggak ada, siapa lagi kalau bukan Kelvin?" Khaya memulai acara makannya, tak mau membahas tentang Haven, ia sangat kesal pada laki-laki itu jangan sampai moodnya rusak hanya gara-gara membahas Haven.
"Bukan, dia bukan kak Kelvin. Cowok tadi malam itu lebih tinggi dan lebih berisi dari kak Kelvin, lagipula kak Kelvin mana pernah naik motor," ujarnya kekeuh, karena ia penasaran. Soalnya, setahunya Khaya tidak punya teman laki-laki selain Kelvin karena kakaknya itu tidak pandai bersosialisasi.
Khaya langsung saja menoyor adiknya karena terlalu berisik. "Dih, sok tahu banget!" Moodnya sudah rusak. Kemudian, Khaya kembali melanjutkan acara makannya tanpa mempedulikan Pradipta yang mengadu kesakitan.
"Santai aja kali, nggak usah pakai toyor segala, lo bisa ngomong baik-baik, kan?" ujar Pradipta kesal sambil mengusap-usap kepalanya yang masih terasa sakit. Pukulan Khaya tidak main-main.
Khaya tidak peduli dengan gerutuan adiknya, ia tetap saja diam sambil makan. Namun, tak lama kemudian handphone-nya yang berada di atas meja bergetar menandakan chat masuk, bergetarnya bukan hanya sekali, tetapi berkali-kali. Siapa orang yang sudah sibuk mengirimkannya chat pagi-pagi begini?
Khaya mengambil handphone-nya lalu terlihatlah pesan masuk dari kontak bernama Cicak pirang, nomor Haven. Tadi malam laki-laki itu memaksa untuk saling bertukar nomor telepon.
Good morning
Khaya
Aku melihat mentari pagi ini, dan malah teringat kamu ....
Lo ada kelas nggak?
Mau gue jemput?
Gue siap kok jadi kang ojek pribadi lo
Everything for you
Eh, kok diread doang?
Balas dong
Apakah gue salah nomor?
Khay ....
Dan masih banyak pesan beruntun dari Haven yang menurutnya tak berguna itu, karena kesal, Khaya langsung saja memblokir nomor Haven.
Rasain tuh gue blokir, ganggu banget ....
Khaya membalik handphone-nya menghadap ke bawah, ia heran dan kesal kenapa ada laki-laki modelan Haven Stewart? Setahunya, bule itu kalau tidak sok cool ya sok ganteng, tetapi Haven malah kebalikannya. Khaya yakin pasti laki-laki itu punya maksud terselubung mendekatinya.
Gadis itu beralih pada adiknya yang sedang sibuk menghabiskan makanannya. "Omong-omong lo kenapa bisa lihat gue sama Kelvin di depan gang?"
Asal kalian tahu, peraturan sejak dulu, bahwa tidak ada yang boleh pulang ke rumah di atas jam sepuluh malam. Itulah kenapa pas di halte bus ia sangat resah saat waktu sudah menunjukkan hampir jam sepuluh malam. Adanya peraturan tersebut, agar mereka bisa disiplin waktu dan juga tidak terlalu berkeliaran saat malam hari, alias mereka tidak diperbolehkan hidup terlalu bebas apalagi ini di ibu kota di mana banyak sekali hal-hal yang tak terduga.
Mampus! Pradipta menggerutu dalam hati, niatnya ingin menggoda Khaya, tetapi malah ia yang kena batunya, definisi senjata makan tuan nih.
"Ngintip di jendela, hehe," jawabnya asal, ia mulai takut kalau Khaya nanti marah atau parahnya gadis itu akan memukulnya lagi.
Khaya menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. "Nggak masuk akal. Ayo jawab, lo habis ngapain sampai bisa liat gue di depan gang sana?" Khaya mulai menaikkan satu oktaf suaranya.
Pradipta meneguk ludahnya kasar. "Eh ...." Ia menatap Khaya yang sudah ingin memukulnya. Lalu, laki-laki itu menghela napas, ia menunduk lalu berkata, "daibalaanmoor ...," ujarnya tak jelas.
"What?" tanya Khaya, Pradipta tidak bicara dengan jelas. "Ngaku nggak?" Khaya sudah mengambil ancang-ancang untuk memukul adiknya lagi.
"Iya! Iya!" Pradipta menaikkan kedua tangannya, seperti penjahat yang akan ditodongkan senjata oleh polisi. "Tadi malam habis balapan motor, lalu nggak sengaja lihat Kak Khaya boncengan, tapi gue lihat itu bukan kak Kelvin loh," jawabnya, dan dia masih saja ngeyel tentang laki-laki tadi malam yang ia lihat.
Khaya menatap tak percaya pada Pradipta lalu memukul punggung adiknya dengan sangat keras, tetapi hanya sekali. "Udah gue bilangi-" perkataan Khaya terputus karena Pradipta langsung saja menyodorkannya segepok uang merah.
"Gue menang," kata Pradipta sambil tersenyum, laki-laki itu juga menarik turunkan alisnya. Untuk membuat mood Khaya membaik adalah hanya dengan cara memberinya uang. Ia meminjam motor temannya untuk ikut balapan, hadiahnya ada sepuluh juta dibagi dua.
Seketika Khaya tersenyum manis, manis sekali. Ia mengambil uang tersebut dari tangan adiknya. "Lo aman kali ini."
Pradipta menghela napas lega. "Jangan kasih tahu ibu ya?" peringatnya.
Khaya manggut-manggut, ia menghitung uangnya yang ternyata ada empat juta. "Tapi, lain kali jangan ikut balapan lagi ya. Kita memang butuh banget uang, tapi bukan dengan cara bahaya atau ilegal seperti ini. Gue nggak mau lo kenapa-kenapa," kata Khaya sambil mengelus-elus dengan lembut pundak adiknya.
***
Sedangkan di lain sisi, Haven tengah berada di balkon kamar apartemennya. Laki-laki itu tengah duduk ditemani oleh secangkir americano dan sepiring waffle buatan sendiri. Haven terlihat mengetik sesuatu di handphone-nya, mengetik beberapa pesan untuk Khaya.
Haven tidak sadar dengan apa yang dilakukannya sekarang ini. Tidak biasanya ia seperti ini, apa? Dia mengirimkan pesan pada Khaya? Mana pesannya itu sangat alay dan sangat menggelitik perut. Aku melihat mentari pagi ini, dan malah teringat kamu .... Itu pesannya, dari mana ia belajar menggombal? Apakah ia tidak kerasukan atau apakah ini tidak berlebihan? Bagaimana pun, mereka juga masih baru saling kenal, tolong cepat sadarkan Haven sebelum laki-laki itu semakin menjadi.
Nggak papa deh, sekali-kali.
Tapi ini gue nggak terlalu agresif deketin dia kan? batinnya kembali bimbang.
Eh, oh, aja deh, batinnya lagi tak peduli.
Ia kembali mengetikkan pesan tambahan pada Khaya lalu mengirimkannya, tetapi hanya ada centang satu padahal ia sangat yakin kalau Khaya tadi masih aktif. Setelah ia cek, ternyata nomornya diblokir.
Astaga, Khaya benar-benar tidak bisa diganggu, padahal niatnya baik loh, ia ingin mengantar gadis itu ke mana saja agar Khaya tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun untuk transportasi.
Gue samperin ke rumahnya kali, ya?
Eh, nggak usah deh, nanti gue malah dijuluki lintah lagi
Haven berdebat dengan dirinya sendiri, ia ragu antara ke rumah Khaya atau tidak. Lalu, ia pun meletakkan handphone-nya di atas meja lalu mulai meminum kopinya serta memakan waffle-nya sampai habis. Kemudian, ia pun meninggalkan balkon kamarnya untuk mengambil laptop.
"Mending gue selesaiin pekerjaan dulu, nanti baru samperin Khaya di Caffe shop." Haven mengangguk-angguk menyetujui usul dirinya sendiri.
Haven itu sudah punya pekerjaan, dia adalah seorang programmer, ia juga sering trading saham. Serta ia juga ingin mengembangkan sebuah AI face mask, yang bisa merubah wajah kita menjadi wajah orang lain.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments