Kelvin keluar dari mobilnya, lalu segera membuka pintu mobil yang berada di samping kursi pengemudi. Dengan pelan ia membuka pintu itu, menaikkan satu tangan di atas pintu guna untuk melindungi kepala sang penumpang, dan si penumpang ternyata adalah seorang gadis cantik dan pintar yaitu Khaya Cantika.
Banyak mahasiswa yang memperhatikan mereka, ada yang iri karena Kelvin Stewart selalu terlihat terlalu perhatian pada Khaya. Namun, ada juga yang cuek sebab sudah biasa melihat sikap Kelvin pada Khaya yang seperti itu.
Para mahasiswa fakultas ekonomi banyak yang mengira kalau mereka berdua itu pacaran, tetapi Khaya menyangkal kalau ia dan Kelvin hanya berteman, tetapi masih ada yang tidak bisa percaya karena sikap Kelvin pada Freya sangatlah berbeda daripada ke Khaya Cantika.
"Andai gue yang jadi Khaya, bisa tiap hari dekat sama Kelvin," ujar salah satu mahasiswi yang sedang berkhayal. Namun, teman yang ada di sampingnya malah menyentil dahinya. "Gue juga bisa kok nemenin lo tiap hari," timpalnya.
Mahasiswi yang disentil keningnya mengadu kesakitan, ia juga menatap sinis pada temannya. "Sakit tau nggak?!" teriaknya lalu memukul dengan keras bahu temannya.
Haven yang mendengar perkataan dua mahasiswa tadi mendengkus kasar, Hardi berada di sampingnya karena laki-laki itu terus saja mengikutinya ke mana saja. Ia juga tadi sudah menyaksikan adegan bak dalam drama tersebut, menurutnya Kelvin itu terlalu perhatian kalau laki-laki itu hanya menganggap Khaya sebagai teman.
Atau apakah Kelvin punya rasa pada Khaya? Atau lebih buruknya, mereka berdua memang benar-benar pacaran, tetapi memilih untuk backstreet? Dan itu sebabnya Khaya selalu menolak laki-laki yang menembaknya? Oh, tidak bisa, taruhan yang ia lakukan dengan teman-temannya bisa gagal.
Lalu, kalau mereka memang benar-benar pacaran, Haven harus merebut Khaya dari Kelvin Stewart, bagaimanapun caranya. Kemudian Haven menoleh pada Hardi yang ada di sampingnya. "Hardi, gue tipsen, ya?" Haven berlari meninggalkan Hardi begitu saja tanpa mau mendengarkan jawaban dari laki-laki itu, ia mengikuti Kelvin dan Khaya menuju kelas.
Hardi hanya mengangguk saat melihat Haven yang berlari mengikuti Khaya dan Kelvin, sudah ia duga, Haven sangat suka dengan tantangan dan permainan. Jadi laki-laki itu pasti akan terus mendekati Khaya sampai mereka pacaran dan Haven akan meninggalkan gadis malang itu. Sifat Haven Stewart memang tidak pernah berubah dari dulu. Hardi bisa tahu karena sudah saling kenal satu tahun lalu saat mereka menduduki bangku kelas tiga SHS (Senior High School).
Haven berjalan mengendap-endap memasuki kelas yang sedang berlangsung, semoga si dosen tak menyadari keberadaannya. Ia duduk di kursi tepat di belakang Khaya. Ia menumpukan tangan pada dagunya, dan menatap pada Khaya dengan senyum manisnya, lalu kebetulan sekali Khaya menoleh padanya.
Khaya menatap heran pada Haven, kenapa laki-laki itu ada di sini? Sampai pamer senyum segala lagi, untung mahasiswi lainnya tidak melihat, mungkin mereka akan histeris.
Khaya mengerutkan keningnya bingung. "What are you doing here?" tanya Khaya dengan hanya menggerakkan bibir tanpa mengeluarkan suara, dan Haven mengerti itu.
"I love you," jawab Haven tak nyambung, tanpa mengeluarkan suara juga, laki-laki itu kembali tersenyum manis. Dia benar-benar konyol.
Khaya memilih menghadap ke depan lagi, tak mau meladeni Haven yang sudah tak jelas. Asal kalian tahu, Khaya ini lemah kalau sudah dihadapkan dengan laki-laki ganteng karena ia mudah baper, hanya dia yang tahu ini. Itu sebabnya ia tidak terlalu suka berdekatan dengan laki-laki lain, selain Kelvin.
Awalnya pun ia bisa berteman dengan laki-laki itu karena Freya yang mengenalkan Kelvin padanya, selain itu tidak ada lagi.
Namun, Haven Stewart si mahasiswa baru datang ke dalam hidupnya, mencoba memorak-porandakan hatinya yang lemah ini, juga mencoba mengisi kekosongan hati yang sudah lama tak berpenghuni. Namun, pertanyaannya apakah laki-laki itu bisa mengisinya? Sebab, keahlian lain Khaya adalah menghindar dan memendam perasaannya.
***
"Pesan aja, nanti Kelvin yang bayar kok," ujar Freya tak tahu diri, siapa yang menawar siapa yang membayar. Namun, Kelvin yang memang holang kaya mengangguk setuju begitu saja, tanpa berniat untuk protes.
"Nggak mau, gue bayar sendiri aja," kata Khaya, memang ia anak kurang mampu, tetapi ia tidak mau dianggap seperti itu, ia juga tidak mau dikasihani. Walaupun Khaya tahu Freya dan Kelvin tidak bermaksud begitu.
Ia berakhir di cafetaria sebab tidak sarapan dan tidak sempat membawa bekal.
Lalu ia memesan menu makanan seperti kemarin, itu sudah menjadi makanan kesukaannya dan tak pernah berubah, tetapi ia tak bisa memakan itu setiap hari.
Suasana Cafetaria yang sudah riuh dari tadi menjadi lebih riuh lagi karena kedatangan empat orang laki-laki populer, terutama Haven Stewart yang sudah menyandang gelar sebagai idola kampus menggantikan posisi Kelvin Stewart yang memang tak berminat menjadi idola kampus sebelumnya karena itu sangatlah merepotkan menurutnya.
Haven dkk berjalan menuju meja persis di samping meja Khaya, Freya, dan Kelvin duduk. Kelvin dan Haven saling menatap tajam, mereka memang saudara tapi saling membenci.
Haven duduk di kursinya, dan sesaat kemudian ada seorang perempuan primadona jurusan manajemen bisnis menghampirinya. "Gue suka sama lo, mau nggak jadi pacar gue, Haven?" ungkap gadis itu to the point dan percaya diri, sebab ia tidak mungkin ditolak, 'kan?
Seluruh penghuni cafetaria bersorak sesaat setelah mendengar ungkapan suka dari si primadona kampus, mereka tidak menyangka akan ada kejadian seperti ini siang hari ini, cuaca yang panas malah semakin panas akibat kejadian itu. Sebagian mahasiswa bersorak untuk Haven menerimanya dan sebagiannya lagi tak setuju.
Haven menaikkan satu alisnya, lalu menoleh pada Khaya yang terus melanjutkan acara makannya seolah tak peduli pada apa yang terjadi sekarang ini. Haven berdiri dari duduknya. "Sorry, gue udah punya pacar," jawab Haven yang membuat si gadis tercengang.
"Siapa?" tanya gadis primadona itu, ia seolah menantang Haven bahkan ia pun menaikkan satu alisnya, siapa tahu laki-laki itu hanya beralasan karena tidak mau menerimanya, kan? Namun, hatinya sedikit percaya sebab Haven itu ganteng, mungkin dia sudah punya pacar bahkan lebih? Tapi tidak ada salahnya kalau ia mencoba menembak laki-laki itu, kan?
Haven terlebih dahulu tersenyum kecil lalu berjalan ke samping Khaya yang masih sibuk pada makanannya. "Khaya Cantika." Ia merangkul Khaya, lalu dengan tak sopan mencium pipi gadis itu, membuat seluruh penghuni cafetaria tercengang.
Khaya yang dari tadi asik sendiri dengan makanannya, malah dibuat kaget saat mendengar jawaban beserta ciuman atau kecupan tiba-tiba dari Haven. Ia tersedak dan untung saja Kelvin lekas memberinya minum.
Kelvin yang awalnya tak peduli pun kini berdiri dari duduknya, ia tidak tahan lagi dengan tingkah laku Haven. Ternyata kisah lama yang pernah laki-laki itu lakukan terulang kembali, dan ia tidak mau Khaya menjadi korbannya. Kelvin meraih kerah baju Haven lalu memelintirnya, kemudian ia memposisikan mulutnya pada telinga Haven, ingin berbisik.
"Gue tau niat lo yang tiba-tiba ngedeketin Khaya, dan gue juga tau rencana lo dengan teman-teman bejat lo itu. Sebaiknya lo ngejauhin Khaya mulai sekarang sebelum gue bertindak," peringat Kelvin tajam dengan suara lirih, hanya mereka berdua yang bisa mendengarnya.
Haven tersenyum remeh. "Apa? Lo takut kalau Khaya benar-benar pacaran sama gue?" tanya Haven. "Lo nggak usah urusin urusan gue. Tenang aja, permainan ini cuma sampai sebulan kok." Haven tersenyum miring, ia sangat ingin menyulut emosi Kelvin yang biasanya terlihat terlalu tenang.
"Brengsek!" Kelvin meninju wajah Haven, sehingga laki-laki itu mundur beberapa langkah.
Haven mengusap sudut bibirnya yang berdarah, lalu ia pun menerjang pada Kelvin ingin membalas pukulan yang diterimanya. Kemudian, mereka berdua pun saling pukul, saling tendang dan mengumpati satu sama lain.
Khaya yang melihat mereka berdua sedang berantem terlihat panik, ia menengok pada Dimas untuk meminta laki-laki itu agar dia memisahkan Kelvin dan Haven, tetapi Dimas hanya diam saja menonton begitu pun Hardi dan Bima, serta para mahasiswa yang ada di sana.
"Khaya, itu mereka harus dipisahin," kata Freya ikutan panik juga karena saat ini, Haven memukul Kelvin di wajah dengan membabi buta.
Tak ada pilihan lain, Khaya yang akan turun tangan untuk memisahkan mereka berdua.
"Sudah cukup!" teriaknya menggelegar, ia dengan sekuat tenaga menarik tubuh Haven yang berada di atas tubuh Kelvin, setelah berhasil ia pun menghempaskan tubuh Haven lalu menampar dengan keras laki-laki itu. Ia sangat marah karena Haven menciumnya tadi. "Urusan kita belum selesai, ya!" kata Khaya sambil menatap tajam pada Haven dan laki-laki itu hanya terdiam, tidak merespon ataupun marah karena Khaya menamparnya.
Khaya menghampiri Kelvin lalu memapah laki-laki itu dibantu oleh Freya menuju ruang kesehatan yang tak jauh dari sini.
Freya dan Khaya mendudukkan tubuh Kelvin pada salah satu tempat tidur di ruangan kesehatan itu. Khaya tak melihat mahasiswa atau dokter yang biasa berjaga di ruangan ini, jadi ia pun berinisiatif mengambil kotak P3K.
Setelah mengambil kotak P3K-nya, Khaya duduk di hadapan Kelvin, lalu menatap wajah laki-laki itu yang sudah babak balur seketika ia menghela napas dan menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. Tak habis pikir saja pada Kelvin dan Haven yang berantem tadi padahal setahunya mereka itu saudara.
"Lain kali kalau lo nggak bisa berantem nggak usah maksain mukul orang, apalagi lo mukul adek sendiri, tapi nggak papa sih Haven pantas dapat itu." Khaya berkata sarkas sambil menyiapkan kapas dan alkohol serta obat lainnya untuk luka Kelvin.
Khaya menuangkan sedikit alkohol pada kapas lalu mulai menyeka luka yang ada di sudut bibir Kelvin beserta bagian wajah yang sudah mulai memar, Khaya meringis sendiri melihatnya.
Kelvin menggenggam tangan Khaya, berniat untuk menghentikan gadis itu mengobati lukanya, ia menatap Khaya lamat. "Lo jangan dekat-dekat sama Haven ya, Khay," pintanya serius, sebelum semuanya terlambat ia harus melarang Khaya untuk tidak berdekatan dengan Haven. Namun, salahnya, Kelvin tidak mau memberitahukan apa alasannya.
"Kenapa?" tanya Khaya kebingungan, tetapi rencananya memang setelah ini ia akan menjauhi laki-laki kurang ajar itu.
"Pokoknya nggak usah dekat-dekat sama dia," ujarnya serius lalu melepaskan tangan Khaya, yang membuat gadis itu kembali melanjutkan untuk mengobati luka Kelvin.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments