Seorang gadis tengah menatap dirinya di depan cermin. Hari ini Khaya tidak ada kelas jadi ia free sampai sore nanti, tetapi setelah ini ia akan bertemu dengan Haven untuk mengembalikan jaket laki-laki itu di cafe tempatnya bekerja.
Khaya dengan kelakukannya yang random bertanya pada dirinya sendiri, anggap saja pertanyaan ini dari Khaya yang ada di dalam cermin. "Good morning, Khaya? Are you okay today?"
"Yeah, im okay," jawabnya sambil tersenyum manis pada cermin tersebut lalu ia menertawakan dirinya sendiri yang bertingkah konyol. Ia biasa begitu karena menanyakan tentang keadaan pada diri sendiri itu rasanya lebih menyenangkan, seakan-akan kita perhatian pada diri kita sendiri.
Khaya mengambil tasnya, lalu keluar dari rumah, sebelumnya ia mengunci pintu dulu. Tidak ada orang di rumah karena sang ibu pergi bekerja dan adiknya ke sekolah, Khaya punya adik laki-laki yang sekarang ini masih duduk di bangku kelas tiga SMA, namanya Pradipta Yuda.
Khaya sudah duduk di dalam bis yang akan membawanya ke cafe shop tempatnya bekerja, juga tempat di mana gadis itu akan bertemu dengan Haven. Hari ini ia masuk shift pagi.
Sesampainya ia di Cafe shop tempatnya bekerja, ia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan dan menghampiri Haven yang ternyata memilih duduk di pojok ruangan. Khaya sudah berdiri di depan Haven, laki-laki itu tengah asik memakan waffle-nya, lalu tanpa basa-basi gadis itu meletakkan tote bag berisi jaket di atas meja.
"Ini jaket lo, lain kali nggak usah deketin gue lagi," kata Khaya ketus, tetapi ia baru menyadari dengan kata-katanya yang seakan menyiratkan bahwa Haven akhir-akhir ini berniat mendekatinya, padahal mereka baru bertemu seminggu lalu waktu di halte bus, lalu besoknya di kelas, setelah itu di cafetaria, sebab laki-laki itu kalau di kampus dan mereka tak sengaja berpapasan hanya menatapnya tak mendekatinya walaupun sering mengirimkannya spam chat yang random.
Khaya memang sudah memblokir nomor laki-laki itu, tetapi Haven tetap saja bisa mengiriminya chat lewat dm stagram.
Karena malu sendiri dengan perkataannya, Khaya segera berbalik arah ingin meninggalkan Haven, tetapi laki-laki itu menahannya.
"Tunggu dulu dong." Haven menuntun Khaya untuk duduk, lalu ia sendiri kembali duduk di tempatnya. "Maafin gue yang sudah nyium lo kemarin," kata Haven serius, lalu ia menundukkan kepalanya seakan-akan menyesal dengan perbuatannya, mendalami peran yang tengah ia mainkan sekarang. Ya, itu hanya akting saja, sebab untuk mencium Khaya kemarin karena keinginannya sendiri dan ia tidak merasa menyesal sedikit pun.
Haven Stewart mendongakkan kepalanya, menatap Khaya serius. "Jujur, saat pertama kali pandangan kita nggak sengaja papasan, disitu gue udah suka sama lo," kata Haven dengan raut wajah serius, tetapi Khaya tidak bisa percaya begitu saja walaupun ia sempat tercengang sebentar.
Ingat kata psikolog cinta kalau seseorang mengatakan mencintaimu pada pandangan pertama jangan percaya karena cinta pada pandangan pertama itu bukan cinta, tetapi dipengaruhi oleh suatu hal yaitu gairah.
Khaya seketika berdecih, sempat ingin tertawa tapi tidak jadi. "Gue nggak percaya dan nggak peduli," ucap Khaya cuek dan keras kepala.
Haven hanya tersenyum, laki-laki itu suka dengan sifat Khaya yang tidak mudah didekati. Sikap Khaya yang seperti tadi malah membuatnya semakin ingin mendapatkan gadis di depannya ini.
"Gue nggak peduli, mau lo percaya atau nggak itu urusan lo. Yang pasti gue akan tetap ngejar-ngejar lo sampai dapat," ujar Haven gamblang lalu ia tersenyum, kemudian berdiri dari duduknya. "Oiya jaket itu buat lo aja, atau terserah lo mau lo apain itu jaket," kata Haven lalu pergi dari sana.
Namun, ia berhenti dan menoleh kembali pada Khaya. "Awalnya gue mau ajak lo ke suatu tempat tapi nggak jadi. Nanti gue jemput ya." Kemudian, Haven benar-benar pergi dari sana tanpa mau mendengar jawaban gadis itu.
Khaya menaikkan kedua bahunya. "Siapa juga yang mau dijemput." Ia berencana ingin pulang lebih awal hari ini, untuk menghindari Haven nanti. Kemudian ia mengambil jaket milik Haven, tetapi sudah menjadi miliknya sekarang. Sayang kalau jaket itu ia buang atau dikasih ke orang lain karena jaket itu adalah jaket bermerk ia bisa menjualnya nanti, hehe.
Namun, ia juga penasaran dengan tempat yang mau didatangi oleh Haven nanti.
***
Khaya keluar dari cafe shop tempat ia bekerja, karena hari ini ia yang bekerja shift pagi maka gadis itu pulang di jam dua siang ini dan semoga Haven tak menyadarinya. Setelah itu ia hanya akan pergi ke rumah Freya untuk membantu pekerjaan ibunya.
Namun, tiba-tiba saja laki-laki yang Khaya tak harapkan untuk datang malah muncul di depannya.
"Khay, ayo pergi," ajak Haven percaya diri seakan-akan Khaya mau ikut dengannya.
"Arggggghh ... Kenapa sih lo terus gangguin gue, hah?!" Khaya frustrasi, ia tidak nyaman karena selalu diganggu dan didekati oleh laki-laki di hadapannya ini, apakah dia tidak tahu kalau Khaya ini sibuk, super sibuk malah. Ia sangat kesal, rasanya ia ingin meninju Haven sampai babak belur.
Dan sekarang Haven malah sibuk mendekati serta mengganggunya, laki-laki itu benar-benar tidak ada pekerjaan, kah?
"Udah, ikut gue aja nggak usah banyak protes." Haven menarik tangan Khaya lalu berjalan menuju motornya yang ia parkir di pinggir jalan.
Haven mengambil helm untuk Khaya, ingin memakaikannya pada gadis itu, tetapi Khaya tidak mau dan malah memakainya sendiri tanpa bantuan Haven.
"Gue janji lo nggak akan nyesel ikut gue," kata Haven saat mereka sudah berada di atas motor.
"Awas ya, kalau kita ke sana cuma buang-buang waktu doang," ancam Khaya. "Jangan ngebut bawa motornya!" teriak Khaya histeris, tangannya sudah ia gunakan untuk memeluk erat perut Haven.
"Nggak bakalan," jawab Haven pada ancaman Khaya, tetapi ia tak menggubris teriakan gadis itu yang ketakutan, Haven modus, pengen dipeluk terus.
***
"Kita mau ngapain ke mall?" tanya Khaya heran, ia tidak akan menyangka Haven akan membawanya ke sini.
Saat ini mereka sedang berada di parkiran khusus untuk motor mall terbesar di Jakarta.
"Ke timezone," jawab Haven enteng.
"Ngapain?"
"Ya main lah." Haven gemas sendiri dengan pertanyaan Khaya yang tidak berguna itu, apakah gadis itu tidak tahu tentang timezone?
"Iya, gue tahu ke timezone itu emang buat main. Tapi lo tahu nggak, ini sama aja kalo gue buang-buang waktu?" balas Khaya. "Udah ah, gue pulang aja. Kirain mau ke mana, eh ternyata ke sini," gerutunya, ia berjalan keluar dari parkiran.
Haven menghela napas dalam-dalam—ia harus bersabar menghadapi sikap Khaya yang keras kepala dan tidak menurut, sifat Khaya inilah yang tidak dipunyai oleh perempuan yang pernah ia dekati—lalu ia pun mengejar Khaya yang sudah berada di luar parkiran.
Haven mencekal lengan Khaya. "Oke-oke, lo anggap aja lo lagi kerja sama gue, tinggal nemanin doang nanti gue kasih gaji, gimana?" tanya Haven seraya menaik-turunkan satu alisnya, ada untungnya juga ia tahu kalau Khaya itu pencinta uang, eh, ralat, suka bekerja.
Khaya tampak berpikir ditandai dengan dahinya yang mengernyit dalam. Kemudian ia pun menyetujui tawaran dadakan dari Haven. "Deal." Khaya tersenyum senang lalu menjabat tangan Haven sebagai tanda mereka sudah resmi menjadi partner kerja, Haven bosnya dan ia yang menjadi kacung. Namun, ini hanya bersifat sementara.
Khaya menerima tawaran Haven karena kapan lagi ia bisa mendapat gaji hanya untuk menemani bermain? Apalagi ia nanti juga akan diajak bermain. Definisi kerja sambil bermain, sangat menguntungkan.
Hitung-hitung main-main tapi digaji.
"Ayo cepat!" Khaya menarik tangan Haven menuju lift, ia menekan nomor tiga, lantai di mana timezone berada.
Haven membiarkan dirinya dibawa oleh Khaya, ia tertawa kecil melihat gadis itu yang tiba-tiba bersemangat, seolah lupa bahwa tadi dia yang menolak keras ajakannya.
Mereka berdua sudah berada di timezone, di sana banyak sekali manusia yang berlalu lalang dan bermain, didominasi oleh anak-anak, terdapat raut bahagia serta senang di wajah mereka. Di sini juga banyak sekali permainan yang bisa dimainkan.
Khaya mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru lalu mulai bertanya pada laki-laki di sampingnya. "Mau main apa?" tanya Khaya, menoleh sambil mendongak menatap Haven. Tiba-tiba ia sudah merasa lelah hanya karena terus menatap Haven yang tinggi, tingginya saja sudah mencapai 164 sentimeter, tetapi tingginya masih sedada Haven.
Dasar tiang listrik!
"Lo mau main apa?" Haven bingung sendiri. "Lo yang pilih deh."
"Oke, ayo." Khaya berhenti memikirkan tentang tinggi Haven lalu kembali menarik tangan laki-laki itu dengan raut wajah semangat dan cerianya. Saat ini ia sedang merasa sangat bebas dan tidak punya beban hidup. Jadi, hari ini ia harus benar-benar memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya.
Khaya membawa Haven ke permainan pump it up yang merupakan mesin arcade berupa dance simulation machine yang akan mengajak untuk menari dengan lincah mengikuti musik yang bisa dipilih sendiri.
Mereka berdua menaiki permainan tersebut, Khaya menekan layar yang tertulis mau bermain dengan mode apa, seperti mode hard, normal, serta double, dan Khaya memilih mode double.
Haven melihat Khaya yang menekan tombol pump it up ke mode double, tiba-tiba ia tersenyum jahil, ingin mengerjai gadis di sampingnya ini.
"Siapa yang mau ajak lo main? Kan gue bilang lo cuma nemanin doang," kata Haven tak berperasaan (ia hanya bercanda) yang membuat Khaya cemberut dan ingin marah, tetapi ia tahan, sebab kacung harus selalu bersikap lembut dan hormat pada tuannya, kan?
Khaya dengan kesal menuruni permainan itu. "Ya kirain ...!" ucap Khaya ketus ia dengan kesal memalingkan pandangannya ke arah lain, tak ingin melihat wajah Haven yang menyebalkan. Seharusnya tadi ia tidak terlalu berharap pada laki-laki itu, jadi ia tak akan merasakan perasaan kecewa, malu, dan marah yang menjadi satu.
Haven tersenyum gemas melihat tingkah Khaya yang merajuk padanya, kemudian ia ikut turun dari pump it up itu dan mendekat pada Khaya yang sekarang ini malah membelakanginya. Haven pun membalik tubuh Khaya, ia tersenyum manis pada gadis itu lalu mengusap pipi Khaya dengan lembut.
"Maaf gue cuma bercanda tadi," ungkapnya.
Khaya masih diam, ia menepis tangan Haven dari pipinya.
"Maafin ya? Gue tadi benar-benar keterlaluan emang," kata Haven dengan raut wajah memelas, ia membujuk Khaya dengan cara meraih tangan gadis itu dan ia ayunkan ke kanan dan ke kiri, Haven saat ini seperti anak laki-laki yang sedang minta maaf pada ibunya karena sudah berbuat salah.
Khaya tersenyum kecil melihat tingkah Haven yang lucu dan seketika menjadi anak-anak itu. Kemudian ia dengan keras beberapa kali meninju dada Haven guna menghilangkan rasa kesalnya, tetapi laki-laki itu tidak merasa sakit sedikitpun dan malah tangan Khaya yang merasa sakit.
"Candaan lo itu keterlaluan banget tau nggak? Gue jadi malu dan geer," kata Khaya kesal. Seketika tanpa sadar menyembunyikan wajahnya—ia malu— di dada Haven yang membuat jantung laki-laki itu berdebar tak karuan.
Kemudian setelah beberapa detik, Khaya tersadar, ia pun menjauhkan wajahnya dari dada Haven, lalu berdehem karena canggung
"Iya, maaf ya," pinta Haven lagi setelah mengendalikan diri dari perlakuan Khaya yang tiba-tiba, lalu untuk mengusir kecanggungan di antara mereka, ia pun menarik tangan Khaya untuk menaiki permainan pump it up itu, ia menyuruh Khaya untuk memilih lagu yang akan mereka mainkan dan gadis itu memilih lagu stay dari The Kid Laroi.
Mereka berdua pun memainkan pump it up tersebut dengan sangat lihai, sesekali mereka saling pandang lalu tertawa senang. Selain lagu Stay, mereka juga memainkan lagu yang lain seperti ddu du ddu remix BP dan Kick It dari nct.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments