Aksi

Haven buru-buru bangkit dari duduknya saat pandangannya tak sengaja menatap Khaya yang keluar dari Caffe Shop, ia pun berlari menghampiri Khaya sebelum gadis itu pergi jauh. Kemudian, Haven melihat Khaya yang berjalan menuju halte bus.

"Khay," panggil Haven sambil memegang pergelangan tangan gadis itu, berniat ingin menahannya, tetapi ia segera melepaskannya takut gadis itu risih atau marah padanya.

Khaya menoleh pada Haven, ia kembali menghela napas. "Ada apa?" tanya Khaya. Lain kali ia akan jauh-jauh dari Haven, harus.

"Ayo, gue antar pulang. Itung-itung hemat biaya bus," kata Haven dengan ramah jangan lupakan senyumannya yang tak pernah lepas saat bersama Khaya.

Khaya menaikkan satu alisnya. "Makasih, tapi gue belum mau pulang, lagipula biaya naik bus cuma empat ribu doang, nggak akan buat gue bangkrut kok." Khaya tidak mau lagi menaiki motor Haven, ia belum ingin mati soalnya.

Haven pun memilih untuk diam.

Sebenarnya, Haven kembali ingin membujuk Khaya untuk pulang bersama, tetapi tidak jadi, laki-laki itu lebih memilih naik angkutan umum juga dan ini untuk pertama kalinya ia mau naik kendaraan umum.

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya bus yang ditunggu-tunggu pun datang juga. Haven berdiri sambil menggenggam tangan Khaya dengan erat. "Ya udah, karena lo nggak mau gue antar, jadi gue temani aja kalau gitu," ujarnya santai tanpa peduli reaksi Khaya karena sudah berani menggenggam tangan gadis itu.

Mereka berdua pun menaiki busnya, tetapi Haven lupa bahwa ia tidak punya kartu khusus untuk membayar ongkos bus jadi ia dengan malu-malu meminta Khaya membayarnya, dan Khaya hanya bisa mencibir laki-laki itu. Ia tak keberatan membayar untuk dua orang, tetapi Khaya mencibir Haven sebab laki-laki itu yang kurang persiapan dan jatuhnya jadi sok tahu.

Namun, tiba-tiba seorang laki-laki dengan jaket kulit beserta topi berwarna hitam berlari keluar dari bus bersamaan dengan seorang wanita yang berteriak kalau laki-laki itu adalah pencuri, dan wanita itu adalah Lena.

Khaya yang berdiri di samping pintu keluar bus pun ikut berlari keluar sebelum pintunya tertutup. Khaya berlari mengejar pencuri tersebut, sementara busnya sudah jalan tepat saat dirinya berhasil keluar, penumpang yang ada di dalam bus takjub melihat aksinya yang berani mengejar pencuri itu.

"Hei, berhenti! Sial!" umpatnya, ia terus saja berlari mengejar pencuri itu tanpa merasa lelah sedikit pun.

Kemudian, Khaya berhenti sejenak, ia mengambil tas ranselnya yang berisi beberapa buku tebal, lalu memutar tas dengan tangannya kemudian ia lemparkan pada si pencuri dan lemparannya tepat sasaran. Tas itu mengenai kepala si pencuri yang membuat pencuri tersebut terjatuh dengan memegangi kepalanya.

Khaya buru-buru berlari kembali sebelum pencuri itu berhasil kabur lagi. Saat Khaya sudah berada di hadapan si pencuri yang berusaha bangkit, gadis itu mencengkeram kerah jaket si pencuri—membantunya untuk berdiri—kemudian Khaya memberinya bogeman mentah lalu memelintir tangannya ke belakang dan terakhir menendang lutut si pencuri sampai pencuri bertekuk lutut meminta ampun. Pencuri itu juga dengan sukarela memberikan hasil curiannya pada Khaya yang ternyata bukan hanya dompet Lena yang dicuri, tetapi dompet penumpang lainnya juga.

"Rasain tuh, kalau butuh uang itu ya kerja, jangan nyuri!" maki Khaya sambil menormalkan napasnya yang sempat sesak akibat terlalu lama berlari.

Tak lama, dua orang polisi pun datang menangkap si pencuri dan busnya juga sudah berhenti di halte tak jauh dari tempat Khaya berada.

Haven segera menyadarkan dirinya yang sempat takjub melihat aksi Khaya, yang tak kenal takut ia juga yang tadi menelepon polisi. Laki-laki itu keluar dari bus dan berlari menghampiri Khaya yang tengah kewalahan memegang beberapa dompet hasil curian tersebut.

Haven memegang kedua bahu Khaya, lalu ia memutar-mutar tubuh gadis di depannya. "Lo nggak papa kan? Nggak ada yang luka kan?" tanyanya tampak khawatir. "Tadi itu bahaya banget loh, gimana kalau pencurinya bawa senjata? Kan urusannya jadi panjang nanti," ujar Haven dengan nada suara yang naik satu oktaf.

Khaya risih, ia melepaskan dirinya dari pegangan tangan Haven. "Apaan sih, gue nggak apa-apa juga, nggak usah sok khawatir ya lo!" kata Khaya sambil berjalan meninggalkan Haven menuju bus yang masih menunggu di halte depan sana.

Khaya mengembalikan semua dompet korban dan ia mendapatkan banyak ucapan terima kasih dari mereka semua. Ini yang Khaya suka, dirinya bisa bermanfaat untuk orang banyak.

Haven kembali menghampiri Khaya, ia benar-benar tidak peduli kalau gadis itu akan memakinya kembali. Haven menarik tangan Khaya dengan lembut untuk keluar dari bus tersebut.

Khaya semakin kesal dengan tingkah Haven yang berbuat semena-mena terhadap dirinya. "Apa lagi, Haven?!" tanya Khaya yang sudah tidak bisa menahan dirinya untuk bersabar menghadapi laki-laki di depannya ini. Matanya melotot menatap Haven.

Haven tidak peduli pada Khaya yang marah, ia pun dengan hati-hati menggenggam tangan kanan Khaya yang lecet dan mengeluarkan darah akibat gadis itu terlalu keras meninju si pencuri. "Lo lihat? Lo terluka juga." Haven dengan perhatian meniup-niup pelan punggung tangan Khaya.

Sementara, Khaya hanya bisa tertegun dengan perlakuan Haven padanya. Ia juga tak berkata apa-apa saat laki-laki itu menuntunnya untuk duduk di kursi halte dan memintanya menunggu. Sementara Haven pergi untuk membeli sesuatu di apotek.

Beberapa menit kemudian, Haven datang dengan membawa sebotol air mineral. Laki-laki itu membuka tutup botolnya, lalu memberikannya pada Khaya, dan gadis itu tak berkomentar sama sekali ia juga tak menolak apa pun yang Haven berikan.

Haven duduk di samping Khaya, ia mengambil tangan gadis itu yang terluka lalu mengambil botol kecil dalam kresek, itu adalah alkohol kemudian menuangkannya pada punggung tangan Khaya, setelah itu ia mengambil kapas untuk mengusap-usapnya sedikit. Namun, anehnya, Khaya tak meringis atau mengadu kesakitan sedikit pun.

Haven memandang Khaya yang hanya terdiam, tatapan mata gadis itu tampak kosong. "Sakit nggak?" tanya Haven, tetapi Khaya tak menanggapi. "Khay? Are you ok?" Sepertinya Khaya sedang melamun, ia pun mengguncang lengan Khaya yang tak sakit.

Seketika, Khaya tersadar dari lamunannya. "Apa?" tanya Khaya seraya menatap pada Haven dengan raut wajah kaget.

Haven memberi plaster obat di punggung tangan Khaya setelah ia selesai membersihkan luka tersebut. "Sakit nggak?" tanyanya lagi memastikan.

Khaya menggeleng. "Nggak, batin gue lebih sakit daripada luka fisik apa pun yang gue terima" kata Khaya ambigu dengan raut wajah sedih. Ia sedikit bercerita tentang isi hatinya karena Khaya merasa ia tak mengenal Haven dan begitu pun sebaliknya. Khaya menatap pada pergelangan tangan yang terdapat jamnya di sana. "Makasih ya, Ven! Gue harus pergi nih, gue udah terlambat." Setelah mengatakan kalimat terakhirnya, Khaya pun buru-buru pergi dari sana tanpa mau mendengarkan jawaban atau kata lainnya lagi dari Haven

Bersambung ....

Kayak ada yang kurang nggak sih? komen ya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!