Part 13 ~ Serammm

“Anik, ini sudah acc Pak Gentala. Tim udah mau berangkat, cepet ya,” ujarku sambil memberikan berkas tadi pada Anik.

“Sabar bos. Bu Ita lagi meeting loh.”

Masalah lagi aja, gara-gara si playboy lupa sama tugasnya. Kalau sampai tim yang mau berangkat ditunda, pasti aku yang kena omel.

“Bu Ita sudah tahu, ini sudah diajukan Pak Fabian. Tapi lupa di paraf Pak Gentala. Ayo ah, cepet.”

“Serius?”

“Hooh, kalau nggak percaya nanti konfirm aja ke bu Ita dan Pak Fabian tapi uangnya cairkan dulu. Kalau gagal berangkat, aku nggak tanggung jawab ya,” ancamku.

“Iya, iya, bentar.”

Setelah urusan dengan divisi keuangan selesai, aku tidak kembali ke meja kerjaku. Pantry pilihanku kali ini. Ada Jojo sang penguasa ruangan yang sedang memasang galon.

“Tumben Mbak, mampir ke sini,” kata Jojo.

Antara benar-benar menyapa dan mengejek bedanya tipis. Aku hanya berdehem daripada menyahut, mengambil cangkir dan mengisi dengan kopi sachet.

“Mau ngopi, sini Mbak biar saya yang buat."

“Nih, jangan kebanyakan air apalagi pake sianida. Hidup saya sudah berat tapi di akhirat belum tentu bekal saya sudah cukup.”

“Mbak Ajeng bisa aja.” Jojo mengaduk kopi lalu meletakkan cangkir di depanku yang sudah duduk manis di salah satu kursi meja pantry.

Aku sedang menghisap kopiku dan Jojo mencuci gelas dan cangkir kotor saat Mbak Nella datang.

“Jo, kopi untuk Pak Gentala antar ke ruangannya,” titah wanita yang menjadi sekretaris orang nomor satu di Go TV.

Kebetulan sekali, ruang kerjaku berada satu lantai dengan para manajer dan pejabat tinggi perusahaan lainnya termasuk Pak Gentala. Bisa dikatakan lantai ini khusus manajemen termasuk para asistennya.

“Ajeng, kamu tadi dicari oleh Pak Gentala.”

Aku tersedak, rasanya kopi yang aku sesap masuk ke hidung.

“Salah kali Mbak, bukan saya yang dicari tapi Pak Fabian.”

Ngeles mulu kayak bajaj. Aku mengelap mulutku dengan tisu karena air kopi sempat muncrat, sungguh tidak elegan.

“Benar. Kamu ke ruangan Pak Gentala ‘kan? Dia cari kamu tapi nggak minta dipanggilkan sih,” ujar Mbak Nella lalu beranjak pergi.

Aku mengusap dadaku, lega karena Pak Gentala tidak panggil aku. malas juga ketemu Pak Gentala setelah menyaksikan adegan silaturahmi kedua mulut tadi.

“Mau ke mana Mbak?” tanya Jojo saat aku meletakan gelas di wastafel.

“Ke studio. takut Mbak Nella cari aku lagi.”

...***...

Sudah beberapa hari ini aku tidak bertemu dengan GM, katanya sibuk dengan rapat pemegang saham juga dengan perusahaannya di Singapura. Hasil curi dengar dari para sekretaris. Fabian juga sempat cuti dua hari kemarin karena urusan keluarga.

Aku tidak pulang ke rumah melainkan menginap di tempat Anik dengan alasan ada tugas syuting ke luar kota dan malam ini aku harus pulang, nggak enak juga numpang kelamaan. Kenapa tidak pulang? Tentu saja menghindar dari keluarga toxic.

Aku sedang membaca ulang konsep acara “Mari Dukung Mereka” untuk episode perdana. Menoleh ke meja di sebelahku, kosong. Walaupun kami sering berdebat tapi ada yang hilang tidak melihat si playboy beberapa hari ini.

“Masa sih aku kangen Pak Fabian,” gumamku dengan wajah bertumpu pada telapak tangan kiri sedangkan tangan kanan masih memegang mouse menscroll pelan layar laptop.

Fabian adalah pria tergombal dan pintar merayu. Bahkan kalimat biasa saja bisa buat wanita baper dan klepek-klepek. Aku bukan benci pria itu, lebih tepatnya menahan. Siapa tahan dengan godaan dan tampang si playboy.

Jadi, kalau ditanya aku suka atau tidak dengan Pak Fabian. Suka dalam konteks hubungan pria dan wanita, jawabnya aku nggak tahu.

Aku menghela nafas dan ….

“Hai, sayang.”

Aku menoleh. Mampus, kenapa bisa dari pikiran langsung menjelma ada di sini. Aku menatap makhluk Tuhan paling ganteng di ruangan ini, dari kepala sampai kaki. Menapak, berarti dia benar manusia.

“Pak Fabian,” ujarku tergagap.

“Sejak kapan kamu jadi Ajeng gagap?”

“Bapak sejak kapan duduk di situ?”

Dia melirik sekilas lalu bersedekap. Nyebelin banget, jual mahal. Biasanya dia yang nempel atau dekat-dekat.

“Sejak kamu scroll nggak jelas layar laptop kamu,” ujarnya.

Aku manggut-manggut. Tunggu … itu artinya dia dengar dong. Aku menatapnya lagi dan berkata, “Pak Fabian nggak dengar isi pikiran aku ‘kan?”

“Isi pikiran kamu?” tanyanya. Sekarang dia memutar kursi dan kami saling berhadapan. “Aku Cuma dengar gumaman kamu aja,” sahutnya. Aku menghela nafas lega.

Aman, dia nggak dengar.

“Gumaman, kalau kamu kangen aku.”

“Hahh.”

Fabian semakin mendekatkan kursinya. “Kalau suka bilang dong, biar aku nggak ngerasa bertepuk sebelah tangan.” Fabian berdiri dan mengusap kepalaku, aku menengadah menatapnya. Senyum di wajah Fabian, dia senyum dan bikin hati rasanya melting gaes.

Jantung berdetak tidak karuan. Gawat, jangan terlena Ajeng.  Jatuh cinta sama si playboy harus siap menghadapi fans dan wanita-wanitanya.

“Ayo.” Fabian mengulurkan tangan kanannya.

“Ke mana?”

“KUA. Mau nggak?”

Demi apa, aku yakin wajahku kali sudah merah. Mau jingkrak-jingkrak malu, diam saja malah pengen ,kentut. Dia serius nggak sih? Kayaknya serius deh, Pak Fabian jarang bicara formal begini denganku.

“Kalau belum siap, makan siang dulu deh. Aku siap tunggu sampai kamu siap kok,” ujarnya lagi.

Oh, Tuhan kenapa ciptakan tubuh mudah mleyot begini. Kedua lututku terasa terbuat dari jelly, lembek dan sulit untuk berdiri.

...***...

Saat ini aku sedang memperhatikan jalannya syuting Kata Netizen. Tubuhku masih selembut jelly mengingat adegan makan siang bersama Fabian. Pria itu memang sering merayuku tapi rayuan kali ini beda, dari tatapannya terlihat serius dan tidak ada keraguan atau kebohongan di sana.

“Mbak … Mbak Ajeng,” panggil salah satu kru menyadarkan lamunanku.

“Kenapa?”

“Dipanggil Pak Fabian.”

Aku menatap sekeliling dan tidak ada Fabian, yang ada malah debaran jantungku. Untungnya studio dalam keadaan ramai dan bising, jadi suara debar jantungku pun samar.

“Di depan studio empat Mbak.”

“Oke.”

Aku menoleh kembali ke arah stage, lalu keluar studio dan menuju studio empat. Studio empat berada satu lantai di mana aku berada. Entah apa yang Fabian lakukan di sana, padahal di sini sedang berlangsung program acara tanggung jawab kami.

Saat pintu lift terbuka dan aku melangkah keluar. Sudah terlihat Fabian sedang bicara dengan seseorang yang berdiri membelakangi arah di mana  aku berjalan. Seorang pria dan tinggi, aku memperlambat langkahku.

“Pak Genta.”

Sejak kejadian aku melihat Pak Gentala dan Natasha memagut bibir, kali ini aku baru melihatnya lagi. Sebelumnya aku sempat menghindar saat Mbak Nella mengatakan Pak Gentala mencari aku.

Kalau Pak Gentala marah dan menagih tanggung jawab masalah mobil, gimana ya?

“Ajeng, kemari!” Fabian memanggilku dengan senyumannya. Aku harus bersiap kena diabetes, karena senyum Fabian sungguh … manis.

Pria itu menoleh saat aku berdiri menghadap mereka dan tatapannya ….

Tahu Lord Voldemort, musuhnya Harry Potter? Pak Gentala sebelas dua belas dengan Lord Voldemort, seraaammm.

 

Terpopuler

Comments

Nendah Wenda

Nendah Wenda

lanjut

2024-09-01

0

Bunga Nirwana

Bunga Nirwana

males baca krakter Ajeng jelek terlalu ga sopan sama bos... bay

2024-08-30

0

my name

my name

ajeng kenapa ngak ngekos aja sih daripada pulang dan kumpul keluarga yg ngeselin

2024-07-28

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1 ~ Bertemu Om-Om
2 Part 2 ~ New GM
3 Part 3 ~ Siap-siap
4 Part 4 ~ Surat Peringatan
5 Part 5 ~ Pesona Fabian
6 Part 6 ~ Konflik Di Rumah
7 Part 7 ~ Tidak Boleh Bersama
8 Part 8 ~ Ikut Gentala
9 Dapat Berapa ?
10 Karena Ajeng
11 Part 11 ~ Bunga Bangkai
12 Part 12 ~ Kaburrr
13 Part 13 ~ Serammm
14 Part 14 ~ Masih Ada Urusan
15 Part 15 ~ Aku Mau
16 Part 16 ~ Bersama Fabian
17 Part 17 ~ Kalau Denganku?
18 Part 18 ~ Ajakan Fabian (Lagi)
19 Part 19 ~ Dalam Bahaya
20 Part 20 ~ Saya Bisa Jelaskan
21 Part 21 ~ Ulah Apa?
22 Part 22 ~ Ikut Aku
23 Part 23 ~ Serangan ....
24 Part 24 ~ Rencana Gentala
25 Part 25 ~ Gentala Vs Fabian
26 Part 26 ~Terungkap (1)
27 Part 27 ~ Terungkap (2)
28 Part 28 ~ Resign
29 Part 29 ~ SAH
30 Part 30 ~ SAH (2)
31 Part 31 ~ Mau Lanjut
32 Part 32 ~ Pisau Atau Golok
33 Part 33 ~ Pelukan Ibu
34 Part 34 ~ Tidak Tertarik
35 Part 35 ~ Hilang Selera
36 Part 36 ~ Belum Ada Judul
37 Part 37 ~ Tak Sadarkan Diri
38 Part 38 ~ Tak Sadarkan Diri (Lagi)
39 Part 39 ~ Gentala Junior
40 Part 40 ~ Super Hero
41 Part 41 ~ Pernyataan Cinta Si Playboy
42 Part 42 ~ Tidak Tertarik
43 Part 43 ~ So Sweet
44 Part 44 ~ Masa Lalu
45 Part 45 ~ Dua Keluarga
46 Part 46 ~ I Love You
47 Part 47 ~ Kondisi Ayah
48 Part 48 ~ Tidak Romantis
49 Part 49 ~ Gawat
50 Part 50 ~ Arogan Jadi Bucin
51 Part 51 ~ Pembukaan
52 Part 52 ~ Gentala Junior
53 Part 53 ~ Masa Sih
54 Part 54 ~ Bahaya
55 Part 55 ~ Buka Puasa
56 Part 56 ~ Godaan
57 Part 57 ~ Posesif
58 Part 58 ~ Macam-macam
59 Part 59 ~ Rencana
60 Part 60 ~
61 Part 61 ~ Baby Born
62 Part 62 ~ Baby Girl
63 Part 63 ~ Gentala Family (End)
64 Terjebak Cinta Bima
65 SUAMIKU BUJANG LAPUK
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Part 1 ~ Bertemu Om-Om
2
Part 2 ~ New GM
3
Part 3 ~ Siap-siap
4
Part 4 ~ Surat Peringatan
5
Part 5 ~ Pesona Fabian
6
Part 6 ~ Konflik Di Rumah
7
Part 7 ~ Tidak Boleh Bersama
8
Part 8 ~ Ikut Gentala
9
Dapat Berapa ?
10
Karena Ajeng
11
Part 11 ~ Bunga Bangkai
12
Part 12 ~ Kaburrr
13
Part 13 ~ Serammm
14
Part 14 ~ Masih Ada Urusan
15
Part 15 ~ Aku Mau
16
Part 16 ~ Bersama Fabian
17
Part 17 ~ Kalau Denganku?
18
Part 18 ~ Ajakan Fabian (Lagi)
19
Part 19 ~ Dalam Bahaya
20
Part 20 ~ Saya Bisa Jelaskan
21
Part 21 ~ Ulah Apa?
22
Part 22 ~ Ikut Aku
23
Part 23 ~ Serangan ....
24
Part 24 ~ Rencana Gentala
25
Part 25 ~ Gentala Vs Fabian
26
Part 26 ~Terungkap (1)
27
Part 27 ~ Terungkap (2)
28
Part 28 ~ Resign
29
Part 29 ~ SAH
30
Part 30 ~ SAH (2)
31
Part 31 ~ Mau Lanjut
32
Part 32 ~ Pisau Atau Golok
33
Part 33 ~ Pelukan Ibu
34
Part 34 ~ Tidak Tertarik
35
Part 35 ~ Hilang Selera
36
Part 36 ~ Belum Ada Judul
37
Part 37 ~ Tak Sadarkan Diri
38
Part 38 ~ Tak Sadarkan Diri (Lagi)
39
Part 39 ~ Gentala Junior
40
Part 40 ~ Super Hero
41
Part 41 ~ Pernyataan Cinta Si Playboy
42
Part 42 ~ Tidak Tertarik
43
Part 43 ~ So Sweet
44
Part 44 ~ Masa Lalu
45
Part 45 ~ Dua Keluarga
46
Part 46 ~ I Love You
47
Part 47 ~ Kondisi Ayah
48
Part 48 ~ Tidak Romantis
49
Part 49 ~ Gawat
50
Part 50 ~ Arogan Jadi Bucin
51
Part 51 ~ Pembukaan
52
Part 52 ~ Gentala Junior
53
Part 53 ~ Masa Sih
54
Part 54 ~ Bahaya
55
Part 55 ~ Buka Puasa
56
Part 56 ~ Godaan
57
Part 57 ~ Posesif
58
Part 58 ~ Macam-macam
59
Part 59 ~ Rencana
60
Part 60 ~
61
Part 61 ~ Baby Born
62
Part 62 ~ Baby Girl
63
Part 63 ~ Gentala Family (End)
64
Terjebak Cinta Bima
65
SUAMIKU BUJANG LAPUK

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!