Dapat Berapa ?

Diajeng Sekar Ayu

 

Wahh, takjub? Iya.

Aku menatap keliling café di mana aku berada. Monansa Café, gaya dan interior terlihat mewah dan elegan. Jelas bukan untuk pengunjung kelas bawah macam aku ini. Kalau bukan karena Pak Gentala yang ajak, tidak mungkin aku ada di sini.

Malu sendiri, karena jalan dengan Pak Gentala udah kayak bumi dan langit. Gimana nggak, si jutek dari atas sampai bawah udah kelihatan brandednya. Sedangkan aku kalau dilihat dari baju sampai sepatu semuanya KW.

“Duduk!” titah sang prabu.

Eh, ini apa maksudnya ya. Kok Pak GM pilih meja agak sudut begini.

“Pesan yang kamu mau, aku ada janji dengan orang. Setelah itu baru kita bicarakan masalah ganti rugi lecetnya mobil saya.”

Dengar masalah ganti rugi, perut langsung mules. Boro-boro mau pesan makan atau minum, rasanya mau langsung lari ke parkiran terus meneriakkan Tuhan karena bercanda mulu. Mobil Pak Gentala itu Lexus LM350, yang biaya pajaknya aja bisa tiga bulan gaji aku. Lah, ini suruh ganti yang lecet. Berapa dolar gaes?

Pelayan datang dan Pak Gentala menyebutkan pesanannya, aku masih frustasi lalu membuka buku menu. Langsung melotot plus kucek-kucek mata, khawatir salah baca.

Harga tiap jenis di sini, luar biasa. Mehong, gaes. Aku garuk-garuk kepala karena si pelayan masih menunggu pesananku. Si jutek malah sampai nengok.

“Pesan, karena saya nggak tahu akan selesai lama atau cepat.” Pak Gentala kembali asyik dengan ponselnya.

Aku menggeser kursiku agar lebih dekat dengan nya. Hmm, wangi parfumnya bikin pengen nempel dan bergelayut manja.

“Pak Genta,” ujarku. Dia menoleh. “Harganya mahal-mahal, Bapak yang bayarin yak. ‘Kan Bapak yang minta saya ikut,”” ujarku sambil berbisik.

Dia menatapku aneh. Bodo amat harga diri, dari pada ga tahu diri.

“Hm.”

Makhluk di sampingku ini kembali fokus dengan ponselnya. Aku menunjuk satu jenis makanan dan satu jenis minuman pada pelayan, yang kelihatannya menggugah selera. Nggak berani sebut jenis makanannya karena takut salah sebut.

Biasa makan gorengan dan minum bajigur, eh disuguhkan dengan makanan internasional sudah jelas bikin nyali ciut.

Pak Genta duduk dengan bersilang kaki, salah satu tangan berada di pegangan kursi dan tangan lain mengusap dagunya. Aku mengalihkan pandangan, nggak berani menatap karena takut ngiler. Penampilan Pak Genta itu sempurna, sempurna banget malah. Untuk jomblo kayak aku, udah pasti semaput dan harumnya ….

Aku minder sendiri, jangan-jangan bauku nggak enak. Secara aku pakenya parfum boleh beli di minimarket yang setiap belokan buka cabang dan harganya lima puluh ribu. Kalau disemprot semakin banyak aromanya semakin menyengat bukan wangi.

“Kamu tunggu di sini.”

Pak Genta berdiri lalu berpindah ke meja tidak jauh dari meja ini. Ada pria dan wanita yang menghampiri, mereka bersalaman dan berbasa-basi lalu duduk.

Aku tidak bisa mendengar jelas apa yang dibicarakan, apalagi pesanan kami datang dan fokus ku langsung tertuju pada hidangan di meja. Sudah tidak sabar untuk menikmati, apalagi aku memang belum makan malam.

Ternyata pertemuan Pa Gentala tidak selama yang aku duga. Dia kembali ke kursi di sebelahku dan menatapku yang sudah berkali-kali menguap. Sudah pasti bukan menatap karena terpesona,tapi karena penampilanku sudah berantakan mungkin.

“Pak, sudah selesaikan ‘kan? Saya duluan ya,” pamitku berharap Pak Gentala lupa tujuanku diminta ikut dengannya.

“Duduk!” titahnya membuatku yang sudah berdiri kembali duduk.

“Saya sudah tanya kemungkinan biaya perbaikan mobil,” ujarnya membuka suara.

Aku tidak berani menatapnya, cukup telinga yang aku optimalkan fungsinya. Benar saja, ketika aku mendengar nominal yang disebutkan oleh Pak Gentala refleks tubuhku langsung terkejut. Seakan ada hantaman yang membuat raga ini kembali menegak, bahkan aku menggebrak meja.

“Pak Genta, bercanda ya?”

Dia mengedikkan bahu.

“Terus saya bayar pakai apa?” tanyaku bingung.

Pria itu berdiri dan beranjak pergi, meninggalkan aku yang masih setengah waras memikirkan nominal yang disebutkan si jutek.

“Eh, Pak Genta,” panggilku langsung bergegas mengikutinya. Kalau tagihan pesanan dilimpahkan kepadaku, semakin komplit penderitaan yang berhubungan dengan Gentala.

Ternyata pria itu cukup bertanggung jawab, dia mampir ke kasir dan membayar semua tagihan. Aku berdiri di belakangnya, tidak berani mendahului pergi khawatir diminta bayar valet parkir.

“Pulanglah! Terserah kamu akan bayar seperti apa, lewat bagian keuangan juga tidak masalah. Sampaikan saja dengan Nella, biar dia yang urus,” tutur Pak Gentala yang sudah berdiri di samping mobilnya.

Aku menghentakan kaki karena kesal, mendengar si jutek serius.

“Pak Genta, nggak ada niat sedekah?”

Dia mengernyitkan dahinya.

“Anggap aja lagi beramal, jadi nggak usah minta ganti. Berbuat baik itu pahalanya besar loh pak. Tinggal Bapak maafkan saya terus anggap saja biaya perbaikan dengan sedekah dan nggak ada yang tahu, beres ‘kan?”

“Otak kamu yang nggak beres.”

Aku berdecak mendengar Pak Gentala lagi-lagi mengeluarkan kata pedas untuk menegurku. Padahal dia bisa pakai bahasa lain yang lebih halus, jadi penampilannya akan lebih sempurna di mataku.

“Saya tunggu detail pengajuan program, besok. Kalau berhasil di episode pertama, saya anggap hutang kamu lunas.”

“Hahh, itu namanya nggak adil.”

“Nama saya Gentala, bukan adil.”

Sumpah demi apa, ini maksudnya Pak Gentala sedang melucu atau bagaimana sih. Aku hanya bisa melongo, bingung ingin merespon apa.

“Masuk!” titahnya lagi.

Masuk, maksudnya masuk ke mana ya? Aku menggaruk kepala ku yang tidak gatal. Sedangkan Pak Gentala sudah membuka pintu mobilnya.

“Cepat naik, nggak usah berpikir yang aneh-aneh karena ada supir dan saya lakukan ini demi program acara baru. Bukan yang lain,” ujar Pak Gentala.

Aku pun masuk ke mobilnya dan … nyaman. Mobil mewah memang benar-benar nyaman, beda dengan pan_tatku yang sering duduk di jok angkot, bajaj atau paling bagus di mobilnya Fabian. Rasa kantuk datang lagi dan tidak kompromi.

Aku menguap sambil menutup mulut dengan tanganku. Pak Gentala duduk nyaman lagi-lagi dan fokus pada gadget. Sempat ada interaksi dengan supirnya dan aku tidak paham maksud pembicaraan mereka.

“Mbaknya tinggal di mana?” tanya Pak supir yang sedang bekerja, mengendarai mobil supaya baik jalannya.

Aku menyebutkan alamat rumahku dan khawatir. Khawatir mobil mewah Pak Gentala masuk ke komplek perumahan tempat tinggalku nanti malah lebih tambah banyak lecetnya. Saat ini hampir jam sepuluh malam, suasana Jakarta sudah tidak semacet tadi sore.

“Berhenti di mini market saja Pak,” ujarku pada pak supir yang ternyata bernama Pak Budi. Mungkinkan adiknya bernama Iwan, seperti dalam buku-buku pelajaran kelas satu SD.

“Bukannya masih di depan ya, Mbak?” tanya Pak Budi.

“Di sini saja Pak, takutnya mobil Pak Gentala nggak biasa lewat daerah ….”

“Berhenti di depan Pak,” titah Pak Gentala.

Aku menghela lega. Jangan sampai Pak Gentala tahu persis tempat tinggalku yang masih dua blok di depan. Bukan gang yang tadi aku tunjuk pada Pak Budi.

“Jangan lupa, program acara.”

“Selamat malam, Pak. Terima kasih,” ujarku sebelum turun.

“Hm.”

Aku menatap roda empat itu perlahan menjauh, tidak langsung menuju blok tempat tinggalku.

“Ajeng.”

Aku menoleh, ternyata Tony. Aku lupa kalau daerah ini tempat nongkrong si pemalas. Dari pada menjawab dan urusan makin panjang, lebih baik aku bergegas pulang.

“Dapet berapa dari Om-om tadi?”

Hah, maksudnya?

 

Terpopuler

Comments

Rose 19

Rose 19

❤❤❤❤

2024-05-13

0

Fenty Dhani

Fenty Dhani

👍👍👍🌹🌹🌹

2024-02-11

0

Miss Typo

Miss Typo

keluarga Ajeng bikin emosi

2024-01-29

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1 ~ Bertemu Om-Om
2 Part 2 ~ New GM
3 Part 3 ~ Siap-siap
4 Part 4 ~ Surat Peringatan
5 Part 5 ~ Pesona Fabian
6 Part 6 ~ Konflik Di Rumah
7 Part 7 ~ Tidak Boleh Bersama
8 Part 8 ~ Ikut Gentala
9 Dapat Berapa ?
10 Karena Ajeng
11 Part 11 ~ Bunga Bangkai
12 Part 12 ~ Kaburrr
13 Part 13 ~ Serammm
14 Part 14 ~ Masih Ada Urusan
15 Part 15 ~ Aku Mau
16 Part 16 ~ Bersama Fabian
17 Part 17 ~ Kalau Denganku?
18 Part 18 ~ Ajakan Fabian (Lagi)
19 Part 19 ~ Dalam Bahaya
20 Part 20 ~ Saya Bisa Jelaskan
21 Part 21 ~ Ulah Apa?
22 Part 22 ~ Ikut Aku
23 Part 23 ~ Serangan ....
24 Part 24 ~ Rencana Gentala
25 Part 25 ~ Gentala Vs Fabian
26 Part 26 ~Terungkap (1)
27 Part 27 ~ Terungkap (2)
28 Part 28 ~ Resign
29 Part 29 ~ SAH
30 Part 30 ~ SAH (2)
31 Part 31 ~ Mau Lanjut
32 Part 32 ~ Pisau Atau Golok
33 Part 33 ~ Pelukan Ibu
34 Part 34 ~ Tidak Tertarik
35 Part 35 ~ Hilang Selera
36 Part 36 ~ Belum Ada Judul
37 Part 37 ~ Tak Sadarkan Diri
38 Part 38 ~ Tak Sadarkan Diri (Lagi)
39 Part 39 ~ Gentala Junior
40 Part 40 ~ Super Hero
41 Part 41 ~ Pernyataan Cinta Si Playboy
42 Part 42 ~ Tidak Tertarik
43 Part 43 ~ So Sweet
44 Part 44 ~ Masa Lalu
45 Part 45 ~ Dua Keluarga
46 Part 46 ~ I Love You
47 Part 47 ~ Kondisi Ayah
48 Part 48 ~ Tidak Romantis
49 Part 49 ~ Gawat
50 Part 50 ~ Arogan Jadi Bucin
51 Part 51 ~ Pembukaan
52 Part 52 ~ Gentala Junior
53 Part 53 ~ Masa Sih
54 Part 54 ~ Bahaya
55 Part 55 ~ Buka Puasa
56 Part 56 ~ Godaan
57 Part 57 ~ Posesif
58 Part 58 ~ Macam-macam
59 Part 59 ~ Rencana
60 Part 60 ~
61 Part 61 ~ Baby Born
62 Part 62 ~ Baby Girl
63 Part 63 ~ Gentala Family (End)
64 Terjebak Cinta Bima
65 SUAMIKU BUJANG LAPUK
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Part 1 ~ Bertemu Om-Om
2
Part 2 ~ New GM
3
Part 3 ~ Siap-siap
4
Part 4 ~ Surat Peringatan
5
Part 5 ~ Pesona Fabian
6
Part 6 ~ Konflik Di Rumah
7
Part 7 ~ Tidak Boleh Bersama
8
Part 8 ~ Ikut Gentala
9
Dapat Berapa ?
10
Karena Ajeng
11
Part 11 ~ Bunga Bangkai
12
Part 12 ~ Kaburrr
13
Part 13 ~ Serammm
14
Part 14 ~ Masih Ada Urusan
15
Part 15 ~ Aku Mau
16
Part 16 ~ Bersama Fabian
17
Part 17 ~ Kalau Denganku?
18
Part 18 ~ Ajakan Fabian (Lagi)
19
Part 19 ~ Dalam Bahaya
20
Part 20 ~ Saya Bisa Jelaskan
21
Part 21 ~ Ulah Apa?
22
Part 22 ~ Ikut Aku
23
Part 23 ~ Serangan ....
24
Part 24 ~ Rencana Gentala
25
Part 25 ~ Gentala Vs Fabian
26
Part 26 ~Terungkap (1)
27
Part 27 ~ Terungkap (2)
28
Part 28 ~ Resign
29
Part 29 ~ SAH
30
Part 30 ~ SAH (2)
31
Part 31 ~ Mau Lanjut
32
Part 32 ~ Pisau Atau Golok
33
Part 33 ~ Pelukan Ibu
34
Part 34 ~ Tidak Tertarik
35
Part 35 ~ Hilang Selera
36
Part 36 ~ Belum Ada Judul
37
Part 37 ~ Tak Sadarkan Diri
38
Part 38 ~ Tak Sadarkan Diri (Lagi)
39
Part 39 ~ Gentala Junior
40
Part 40 ~ Super Hero
41
Part 41 ~ Pernyataan Cinta Si Playboy
42
Part 42 ~ Tidak Tertarik
43
Part 43 ~ So Sweet
44
Part 44 ~ Masa Lalu
45
Part 45 ~ Dua Keluarga
46
Part 46 ~ I Love You
47
Part 47 ~ Kondisi Ayah
48
Part 48 ~ Tidak Romantis
49
Part 49 ~ Gawat
50
Part 50 ~ Arogan Jadi Bucin
51
Part 51 ~ Pembukaan
52
Part 52 ~ Gentala Junior
53
Part 53 ~ Masa Sih
54
Part 54 ~ Bahaya
55
Part 55 ~ Buka Puasa
56
Part 56 ~ Godaan
57
Part 57 ~ Posesif
58
Part 58 ~ Macam-macam
59
Part 59 ~ Rencana
60
Part 60 ~
61
Part 61 ~ Baby Born
62
Part 62 ~ Baby Girl
63
Part 63 ~ Gentala Family (End)
64
Terjebak Cinta Bima
65
SUAMIKU BUJANG LAPUK

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!