Part 3 ~ Siap-siap

Kantin siang ini terlihat ramai seperti biasanya. Aku bingung dengan pilihan menu makan siang kali ini. Setiap tenant antri, seharusnya aku datang sepuluh menit lebih awal agar bisa bebas pilih menu yang berselera dibandingkan pilih tenant yang tidak antri.

Makan apa yang enak ya?

Pilihanku jatuh pada Ayam goreng kremes dengan nasi dan es jeruk potongan timun tanpa sambal. Bukan karena aku tidak suka pedas, tapi aku tidak suka dengan bentuk cabai. Jadi makanan pedas oke saja selama bentuk cabai atau biji cabainya tidak terlihat.

Aneh? Memang aku aneh.

“Ayam kremes lagi?”

Anik sudah duduk di kursi berhadapan denganku. Pertanyaannya membuat dahiku berkerut. Memang kapan ya aku makan ayam kremes sebagai menu makan siang.

 “Kemarin lo makan ayam kremes, kemarinnya lagi juga.”

“Kok kamu hafal sih?”

“Ya iyalah, kemarin aku makan itu juga. Lo nggak bosan? Gue khawatir lo jadi kremesan, gara-gara makan ayam kremes seminggu berturut-turut,” ujar Anik sambil terbahak.

Konyol memang teman yang satu ini. Anik adalah teman sejak pertama kali aku bekerja di stasiun TV ini. Kami adalah karyawan magang saat itu, dengan penampilan polos dan lugu. Bahkan bodohnya pun sama, karena sama-sama tersesat ke ruangan meeting manajemen sedangkan kami seharusnya datang ke divisi HRD di hari pertama bekerja. Dia berada di bagian keuangan, satu tim dengan Bu Ita yang judes.

“Kenapa lagi? Muka lo nggak enak, pahit kayak ini pare.” Anik bicara sambil mengunyah siomaynya.

“Nggak apa-apa, Cuma kayaknya Tuhan lagi bercanda aja. karena dari pagi dapat situasi nggak enak terus.”

“Mbak Ajeng, dicariin Pak Fabian. Katanya sekalian bawakan ini makan siangnya.”

Jojo mengulurkan plastik berisi box yang dari kemasannya sudah bisa dipastikan kalau itu nasi padang. Karena ada gambar rumah gadang di kemasannya.

“Tapi kan sekarang masih jam istirahat Jo, terus kenapa nggak kamu antar sendiri aja.”

“Wah, intruksi Pak Fabiannya begitu Mbak. Nggak berani melawan saya.”

Aku menghela pelan. Sedangkan Jojo sudah undur diri setelah meletakan makan siang yang harus aku bawa, sepertinya dia takut aku marah dan mengeluarkan ilmu kanuragan.

“Udah sana anterin tuh makan siang. Siapa tahu kalau lo patuh, Pak Fabian rekomendasi untuk lo naik jabatan atau naik gaji.”

Aku berdecak mendengar nasihat Anik yang sok bijak, padahal biasanya dia yang suka curhat berapi-api karena Bu Ita kasih tugas enggak pakai titik, nggak ada akhirnya.

“Jangan lupa kumur-kumur, bumbu kacang pada nyangkut di sela gigi.” Kayaknya nggak afdol kalau kami tidak saling ejek setiap bertemu.

Akhirnya aku sudah berada di lantai di mana divisiku berada dan ternyata meja Fabian kosong melompong. Sepi kayak kuburan malam jumat kliwon. Lalu aku harus antar makan siang dia ke mana.

“Halo Pak, ini makan siang mau diantar ke mana?”

“Ah iya, taruh di meja aja dulu. Aku sedang bersama Natasha.”

“Hm.”

Palingan dia tebar pesona dulu sama Natasha, model yang akan menjadi bintang tamu acara KATA NETIZEN. Natasha model sabun mandi dan pernah menjadi brand ambassador produk kecantikan dan katanya sudah merambah internasional.

Aku sudah tidak peduli dengan makan siang Fabian masih ada atau sudah dibawa kucing garong. Karena sudah waktunya syuting “Kata Netizen”. Aku sudah berada di studio lima, semua kru terlibat sudah standby. 

Sebagai bagian dari tim kreatif, tentu saja aku harus stand by karena bisa saja ada kendala dan aku harus siap dengan rencana cadangan. Yang unik dari acara ini adalah presenter atau pembawa acara selalu berganti dan Natasha adalah bintang tamu dan yang serunya akan ditampilkan video wawancara mengenai Natasha baik dari masyarakat, keluarga juga rekan kerja. Tentu saja dengan penyeleksian yang ketat agar layak disiarkan. Padahal kalau tanpa penyaringan mungkin akan lebih seru ketika masyarakat memaki tokoh yang dibahas atau bahkan tidak kenal dengan tokoh tersebut.

“Semua stand by, one, two  ….”

“Tunggu,” teriak Natasha.

Aku yang menunduk membaca script memastikan sudah sesuai  dengan teman dan ide yang sudah direncanakan pun menoleh.

“Apa lagi sih,” gumamku.

“Wawancara dengan masyarakat sudah dipastikan  isinya positif ‘kan? Nggak ada penghinaan atau pencemaran nama baik aku.” Natasha bertanya sambil bercekak pinggang, asistennya menghampiri memperbaiki tatanan rambutnya.

Beberapa kru terdengar menghela nafas.

“Dia artis apaan sih? Tahu konsep acara nggak sih,” gumam sutradara yang berada tidak jauh dari aku.

Aku hanya tersenyum.

“Ajeng, ini gimana Jeng?”

“Lanjut aja Mas,” teriakku. “Mbak Natasha sudah baca kontraknya ‘kan? Harusnya sih sudah, karena kalau belum mana mungkin tanda tangan dan mana mungkin sudah ada di sini. Kalau hasilnya tidak sesuai dengan isi kontrak, silahkan tuntut aja ke bagian legal.”

Aku malas berdebat dan jelas hanya akan membuat jadwal syuting mundur.

“Aman, pokoknya aman. Kamu nggak usah khawatir," ujar Fabian yang baru bergabung.

Natasha tersenyum lalu kembali ke kursinya.

Oh, si kampret akhirnya datang juga.

“Babe, makan siang aku di mana?” tanya Fabian sudah duduk di sampingku.

Meneketehe, inginnya jawab begitu tapi aku masih punya adab dan etika.

“Katanya tadi suruh taruh di meja Bapak, ya di sana dong. Masa saya bawa-bawa.”

Dia terkekeh, “Udah aku makan kok.”

Wah, bener kampret kan. Kalau kurang ajar diperbolehkan baik di dunia kerja atau di mana pun, berkas yang aku pegang rasanya ingin aku gulung dan pukulkan ke kepalanya. Siapa tahu otaknya yang geser bisa kembali ke tempatnya.

“Udah minum belum Pak? Makan nggak minum, seret loh.”

“Kamu perhatian banget sih, nanti malam kita nonton yuk.” Fabian kembali menggoda dan mengajakku jalan, entah sudah keberapa kalinya. Tentu saja kali ini pun aku … tolak.

“Makasih Pak, tapi hari ini saya sibuk. Sibuk menghayal kapan Lee Min Ho mengungkapkan cinta,” ujarku sambil memandang jalannya syuting.

“Eh, kalau menjelaskan ke artis itu jangan kayak tadi. Kadang mereka memang nggak baca kontrak, karena urusan manajemennya.”

“Lah katanya dia terkenal, masa konsep acara begini nggak paham. Ini acara semua umur Pak, sudah pasti sortingnya berlapis-lapis. Standar banget ‘kan?”

“Hm. Satu jam lagi kita briefing dengan GM yang baru. Siap-siap ya.” Fabian menepuk bahuku lalu beranjak pergi.

“Siap-siap ke mana, perang?”

Terpopuler

Comments

Dewi Sri

Dewi Sri

cerita yg bagus kayak beneran kehidupan sehari hari

2024-05-24

0

poltak raja sinaga

poltak raja sinaga

pak fabiian caper sama ajeng /Chuckle//Chuckle/

2024-05-13

0

🌸 Airyein 🌸

🌸 Airyein 🌸

Mang anjim nih atasan 😭😭

2024-03-03

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1 ~ Bertemu Om-Om
2 Part 2 ~ New GM
3 Part 3 ~ Siap-siap
4 Part 4 ~ Surat Peringatan
5 Part 5 ~ Pesona Fabian
6 Part 6 ~ Konflik Di Rumah
7 Part 7 ~ Tidak Boleh Bersama
8 Part 8 ~ Ikut Gentala
9 Dapat Berapa ?
10 Karena Ajeng
11 Part 11 ~ Bunga Bangkai
12 Part 12 ~ Kaburrr
13 Part 13 ~ Serammm
14 Part 14 ~ Masih Ada Urusan
15 Part 15 ~ Aku Mau
16 Part 16 ~ Bersama Fabian
17 Part 17 ~ Kalau Denganku?
18 Part 18 ~ Ajakan Fabian (Lagi)
19 Part 19 ~ Dalam Bahaya
20 Part 20 ~ Saya Bisa Jelaskan
21 Part 21 ~ Ulah Apa?
22 Part 22 ~ Ikut Aku
23 Part 23 ~ Serangan ....
24 Part 24 ~ Rencana Gentala
25 Part 25 ~ Gentala Vs Fabian
26 Part 26 ~Terungkap (1)
27 Part 27 ~ Terungkap (2)
28 Part 28 ~ Resign
29 Part 29 ~ SAH
30 Part 30 ~ SAH (2)
31 Part 31 ~ Mau Lanjut
32 Part 32 ~ Pisau Atau Golok
33 Part 33 ~ Pelukan Ibu
34 Part 34 ~ Tidak Tertarik
35 Part 35 ~ Hilang Selera
36 Part 36 ~ Belum Ada Judul
37 Part 37 ~ Tak Sadarkan Diri
38 Part 38 ~ Tak Sadarkan Diri (Lagi)
39 Part 39 ~ Gentala Junior
40 Part 40 ~ Super Hero
41 Part 41 ~ Pernyataan Cinta Si Playboy
42 Part 42 ~ Tidak Tertarik
43 Part 43 ~ So Sweet
44 Part 44 ~ Masa Lalu
45 Part 45 ~ Dua Keluarga
46 Part 46 ~ I Love You
47 Part 47 ~ Kondisi Ayah
48 Part 48 ~ Tidak Romantis
49 Part 49 ~ Gawat
50 Part 50 ~ Arogan Jadi Bucin
51 Part 51 ~ Pembukaan
52 Part 52 ~ Gentala Junior
53 Part 53 ~ Masa Sih
54 Part 54 ~ Bahaya
55 Part 55 ~ Buka Puasa
56 Part 56 ~ Godaan
57 Part 57 ~ Posesif
58 Part 58 ~ Macam-macam
59 Part 59 ~ Rencana
60 Part 60 ~
61 Part 61 ~ Baby Born
62 Part 62 ~ Baby Girl
63 Part 63 ~ Gentala Family (End)
64 Terjebak Cinta Bima
65 SUAMIKU BUJANG LAPUK
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Part 1 ~ Bertemu Om-Om
2
Part 2 ~ New GM
3
Part 3 ~ Siap-siap
4
Part 4 ~ Surat Peringatan
5
Part 5 ~ Pesona Fabian
6
Part 6 ~ Konflik Di Rumah
7
Part 7 ~ Tidak Boleh Bersama
8
Part 8 ~ Ikut Gentala
9
Dapat Berapa ?
10
Karena Ajeng
11
Part 11 ~ Bunga Bangkai
12
Part 12 ~ Kaburrr
13
Part 13 ~ Serammm
14
Part 14 ~ Masih Ada Urusan
15
Part 15 ~ Aku Mau
16
Part 16 ~ Bersama Fabian
17
Part 17 ~ Kalau Denganku?
18
Part 18 ~ Ajakan Fabian (Lagi)
19
Part 19 ~ Dalam Bahaya
20
Part 20 ~ Saya Bisa Jelaskan
21
Part 21 ~ Ulah Apa?
22
Part 22 ~ Ikut Aku
23
Part 23 ~ Serangan ....
24
Part 24 ~ Rencana Gentala
25
Part 25 ~ Gentala Vs Fabian
26
Part 26 ~Terungkap (1)
27
Part 27 ~ Terungkap (2)
28
Part 28 ~ Resign
29
Part 29 ~ SAH
30
Part 30 ~ SAH (2)
31
Part 31 ~ Mau Lanjut
32
Part 32 ~ Pisau Atau Golok
33
Part 33 ~ Pelukan Ibu
34
Part 34 ~ Tidak Tertarik
35
Part 35 ~ Hilang Selera
36
Part 36 ~ Belum Ada Judul
37
Part 37 ~ Tak Sadarkan Diri
38
Part 38 ~ Tak Sadarkan Diri (Lagi)
39
Part 39 ~ Gentala Junior
40
Part 40 ~ Super Hero
41
Part 41 ~ Pernyataan Cinta Si Playboy
42
Part 42 ~ Tidak Tertarik
43
Part 43 ~ So Sweet
44
Part 44 ~ Masa Lalu
45
Part 45 ~ Dua Keluarga
46
Part 46 ~ I Love You
47
Part 47 ~ Kondisi Ayah
48
Part 48 ~ Tidak Romantis
49
Part 49 ~ Gawat
50
Part 50 ~ Arogan Jadi Bucin
51
Part 51 ~ Pembukaan
52
Part 52 ~ Gentala Junior
53
Part 53 ~ Masa Sih
54
Part 54 ~ Bahaya
55
Part 55 ~ Buka Puasa
56
Part 56 ~ Godaan
57
Part 57 ~ Posesif
58
Part 58 ~ Macam-macam
59
Part 59 ~ Rencana
60
Part 60 ~
61
Part 61 ~ Baby Born
62
Part 62 ~ Baby Girl
63
Part 63 ~ Gentala Family (End)
64
Terjebak Cinta Bima
65
SUAMIKU BUJANG LAPUK

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!