Part 12 ~ Kaburrr

“Hai Gentala.”

“Natasha, kami sedang rapat.”

“Kita harus bicara, penting! Aku tidak akan ke sini kalau kami merespon pesan atau panggilan aku.”

Rasanya aku ingin mencibir di depan model yang katanya papan atas itu. Jelas banget diabaikan si bos malah harus nyamperin bahkan sampai ke ruang rapat.

“Eh, ada Fabian. Apa kabar kamu?” tanya Natasha yang sudah bisa diduga hanya basa-basi.

Fabian diam saja, hanya melirik sebal ke arah Natasha. Oh, ada apa ini. Apa si playboy ini cemburu?

“Kita bicara di ruanganku.” Gentala beranjak dari kursinya sempat melirik ke arahku sesaat lalu aku membuang pandanganku, takut dipanggil Pak Gentala untuk bayar hutang atau ganti rugi sepatunya yang aku injak.

“Loh, Pak Fabian nggak ikut?” tanyaku sudah siap pergi dari ruang meeting.

“Ikut ke mana?” kali ini dia bertanya serius, dahinya berkerut dan tampangnya agak cupu, tapi masih aja tampan.

“Itu ada Natasha, ‘kan bisa main bertiga,” ujarku lalu terbahak.

Entah bagaimana tampang Fabian aku tidak melihatnya, yang penting sukses membalas ejekannya tadi.

“Apanya bertiga?” bisik Fabian yang entah sejak kapan sudah ada di sampingku.

Gawat, Fabian marah atau gimana sih?

Tatapan matanya beda, seperti tatapan copet melihat dompet. Cepat Jeng, sepertinya harus menghindar dan benar saja Fabian malah menghalangi langkahku.

“Minggir Pak!” titahku berusaha tenang.

“Minggir ke mana? Dari pada main bertiga, lebih baik kita aja yang main. Kamu ngerti ‘kan?”

“Ck, Bapak kalau bercanda nggak inget finish. Bentar lagi kita syuting di luar Pak. Di Mall, aku mau siap-siap dulu.”

Brak.

“Aaaa.”

Fabian malah mendorong tubuhnya ke dinding dan dia merapatkan tubuhnya dengan kedua tangan di sisi kiri dan kananku seakan mengungkungku agar tidak bisa menghindar. Sumpah, jantungku sudah berdetak disko tapi aku berusaha tidak panik.

“Pak Fabian bercanda mulu sih,” rengekku sambil lebih erat memeluk laptop di dadaku.

“Aku pikir kamu polos tapi kamu tahu konsep main bertiga,” ujarnya lagi.

Punya asisten bener-bener mesum. Pengen banget mendaratkan laptop yang kupegang ke jidatnya agar sadar kalau ….

Dia terbahak, lalu menjauhkan tubuhnya.

“Kamu serius amat sih, dipikir aku bakal cium kamu ya?” ejeknya.

Serius? Cium aku? Justru dari tadi aku takut.

Di rumah aku selalu menghindar dari Tony yang isinya otaknya sudah pasti adegan delapan belas ke atas semua. Itulah mengapa kunci kamarku sampai triple dengan slot atas bawah.

Sekarang si playboy cap kodok ini seenak perutnya membuat aku teringat lagi ulah Tony yang hampir menyentuhku waktu rumah sepi dan saat aku adukan ke Ibu, malah aku yang dituduh menggoda si bangs4t.

“Bercanda Bapak nggak lucu,” ujarku lirih dan beranjak pergi.

“Eh, Ajeng,” panggil Fabian tapi aku tahu dia tidak mengejarku.

Aku berlari ke toilet terdekat setelah keluar dari ruang meeting. Masuk ke dalam salah satu bilik dan duduk di atas toilet yang tertutup.

“Nggak mungkin Tony sampai berani begitu kalau kamu tidak menggodanya.”

“Lagian ya Bu, aku juga punya selera. Mana mungkin mau yang kayak dia.”

“Yaelah Jeng, pantesan Gio malah pilih aku dan menduakan kamu. Murahan sih.”

Cacian Ibu, Tony dan Vina kembali terngiang di telingaku. Aku sudah takut setengah mati saat itu dan butuh perlindungan dan kekuatan, yang aku dapat malah cacian dan tuduhan aku menggodanya.

Apa seperti ini yang dirasakan para korban pelecehan, yang malah mendapat tuduhan dari lingkungan sekitar kalau kejadian terjadi karena ulah korban sendiri. Padahal Tony belum sempat macam-macam tapi takutnya sampai ubun-ubun.

Aku berusaha menahan tangis, karena tangisanku ada dua jenis. Meraung agak melengking atau menangis tersedu dengan nada suara paling rendah dan pasti fals. Beruntungnya toilet di perusahaanku selalu steril dan wangi, jadi salah satu tempat aku bersembunyi atau menghindar dari sesuatu adalah toilet dan rooftop.

Lima menit berada di toilet, akhirnya aku keluar dari bilik. Merapikan penampilanku dan memastikan tidak terlihat kalau aku baru saja menangis.

“Hahh. Semangat Ajeng.”

Baru saja aku sampai di meja kerjaku dan mengabaikan Fabian.

“Babe, kamu minta paraf Pak Gentala. Cost nggak cair karena ini lupa di tanda tangan beliau, cepat ya! Aku ke studi dua,” ujarnya lalu pergi.

Oke, kelakuan Fabian hari ini menambah daftar kekesalan aku dengannya. Boleh nggak sih, tukar atasan. Aku mau deh jadi asisten manager SDM, kelihatan cool dan bersahaja daripada yang ini tebar pesona ke mana-mana dan nggak ada empatinya.

Aku membawa berkas yang harus dibubuhi oleh tanda tangan si jutek. Sukses acara ada ditanganku, budget syuting bisa cair karena berkas ini. Sampai di depan ruang GM, aku tidak melihat Mbak Nella di mejanya.

“Pak Gentanya ada nggak ya,” gumamku.

Gawat kalau si Natasha malah ajak Pak Gentala ke luar, aku pun melangkah mendekat ke pintu yang ternyata tidak tertutup rapat. Terdengar suara, berarti Pak Gentala ada di dalam.

Aman dong, tapi … suaranya bukan obrolan melainkan dessahan.

Mungkin suara televisi. Masa sih Pak Gentala nonton drama atau sinetron.

Aku berjalan semakin dekat dengan pintu, suara dessahan semakin terdengar. Saat aku semakin menempelkan telinga, pintunya tidak bisa diajak kompromi malah terdorong ke dalam karena sentuhan tanganku yang tidak tersadar mendorong pintu tersebut.

Terpampanglah situasi paling awkward di Go Tv saat ini. Aku mematung menyaksikan Natasha berada dalam pangkuan Gentala dan posisinya mereka sedang beradu bibir. Aku hanya bisa mematung tanpa bersuara dan Gentala menyadari kehadiranku. Dia mendorong bahu Natasha dan menatapku tajam seperti biasa.

“Karyawan kamu nggak punya attitude banget sih.”

Nggak punya attitude? Maksudnya aku, bukannya dia nggak ada attitude duduk di pangkuan pria yang bukan berstatus suami atau pacarnya bahkan melummat bibir pria itu. Kalau bibir Pak Gentala terbuat dari marshmallow sudah pasti somplak dimakan olehnya.

“Ada apa?” tanya si jutek.

Aku berjalan mendekat ke mejanya dan menyerahkan berkas yang aku bawa ke hadapan sang prabu yang tatapan bikin merinding, bahkan aura mistis di studio tujuh yang terkenal angker juga kalah dengan aura Pak Gentala.

“Tolong di tanda tangan Pak. Pak Fabian lupa mengusulkan ini ke Bapak, untuk pencairan cost syuting outdoor.”

Gentala membuka lembaran berkas sekilas lalu memberikan tanda dirinya sebagai General Manager, kemudian menyerahkannya padaku.

Aku menerima tanpa menatapnya dan melirik model yang berdiri sambil bersedekap di samping Pak Gentala.

“Maaf ya Tante, eh Mbak Natasha. Saya punya attitude kok, salahin aja pintunya yang malah terbuka padahal belum saya ketuk. Mbak tuh yang gak ada attitude, kalau duduk itu di kursi bukan di pangkuan orang.”

“Kamu ….”

“Permisi Pak, terima kasih. Silahkan di lanjutkan,” ujarku lalu berbalik dan bergegas pergi bahkan agak berlari.

“Ajeng,” teriak Pak Gentala.

“Gawat, mending kabur.”

Terpopuler

Comments

Hamimah Jamal

Hamimah Jamal

semangat hidup ajeng

2025-03-10

0

Alanna Th

Alanna Th

aq tuh baru denger cln pcrq dekat cewe lain aja udeh jijik, gmn spt ajeng mergokin 2org lagi on? sungguh mnjijikkn n mngerikn

2024-10-14

0

Nendah Wenda

Nendah Wenda

ngakak bener kelakuan Ajeng sampai lari gentala udah mengepul tuh asap di kepala karena marah🤣🤣🤣

2024-09-01

1

lihat semua
Episodes
1 Part 1 ~ Bertemu Om-Om
2 Part 2 ~ New GM
3 Part 3 ~ Siap-siap
4 Part 4 ~ Surat Peringatan
5 Part 5 ~ Pesona Fabian
6 Part 6 ~ Konflik Di Rumah
7 Part 7 ~ Tidak Boleh Bersama
8 Part 8 ~ Ikut Gentala
9 Dapat Berapa ?
10 Karena Ajeng
11 Part 11 ~ Bunga Bangkai
12 Part 12 ~ Kaburrr
13 Part 13 ~ Serammm
14 Part 14 ~ Masih Ada Urusan
15 Part 15 ~ Aku Mau
16 Part 16 ~ Bersama Fabian
17 Part 17 ~ Kalau Denganku?
18 Part 18 ~ Ajakan Fabian (Lagi)
19 Part 19 ~ Dalam Bahaya
20 Part 20 ~ Saya Bisa Jelaskan
21 Part 21 ~ Ulah Apa?
22 Part 22 ~ Ikut Aku
23 Part 23 ~ Serangan ....
24 Part 24 ~ Rencana Gentala
25 Part 25 ~ Gentala Vs Fabian
26 Part 26 ~Terungkap (1)
27 Part 27 ~ Terungkap (2)
28 Part 28 ~ Resign
29 Part 29 ~ SAH
30 Part 30 ~ SAH (2)
31 Part 31 ~ Mau Lanjut
32 Part 32 ~ Pisau Atau Golok
33 Part 33 ~ Pelukan Ibu
34 Part 34 ~ Tidak Tertarik
35 Part 35 ~ Hilang Selera
36 Part 36 ~ Belum Ada Judul
37 Part 37 ~ Tak Sadarkan Diri
38 Part 38 ~ Tak Sadarkan Diri (Lagi)
39 Part 39 ~ Gentala Junior
40 Part 40 ~ Super Hero
41 Part 41 ~ Pernyataan Cinta Si Playboy
42 Part 42 ~ Tidak Tertarik
43 Part 43 ~ So Sweet
44 Part 44 ~ Masa Lalu
45 Part 45 ~ Dua Keluarga
46 Part 46 ~ I Love You
47 Part 47 ~ Kondisi Ayah
48 Part 48 ~ Tidak Romantis
49 Part 49 ~ Gawat
50 Part 50 ~ Arogan Jadi Bucin
51 Part 51 ~ Pembukaan
52 Part 52 ~ Gentala Junior
53 Part 53 ~ Masa Sih
54 Part 54 ~ Bahaya
55 Part 55 ~ Buka Puasa
56 Part 56 ~ Godaan
57 Part 57 ~ Posesif
58 Part 58 ~ Macam-macam
59 Part 59 ~ Rencana
60 Part 60 ~
61 Part 61 ~ Baby Born
62 Part 62 ~ Baby Girl
63 Part 63 ~ Gentala Family (End)
64 Terjebak Cinta Bima
65 SUAMIKU BUJANG LAPUK
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Part 1 ~ Bertemu Om-Om
2
Part 2 ~ New GM
3
Part 3 ~ Siap-siap
4
Part 4 ~ Surat Peringatan
5
Part 5 ~ Pesona Fabian
6
Part 6 ~ Konflik Di Rumah
7
Part 7 ~ Tidak Boleh Bersama
8
Part 8 ~ Ikut Gentala
9
Dapat Berapa ?
10
Karena Ajeng
11
Part 11 ~ Bunga Bangkai
12
Part 12 ~ Kaburrr
13
Part 13 ~ Serammm
14
Part 14 ~ Masih Ada Urusan
15
Part 15 ~ Aku Mau
16
Part 16 ~ Bersama Fabian
17
Part 17 ~ Kalau Denganku?
18
Part 18 ~ Ajakan Fabian (Lagi)
19
Part 19 ~ Dalam Bahaya
20
Part 20 ~ Saya Bisa Jelaskan
21
Part 21 ~ Ulah Apa?
22
Part 22 ~ Ikut Aku
23
Part 23 ~ Serangan ....
24
Part 24 ~ Rencana Gentala
25
Part 25 ~ Gentala Vs Fabian
26
Part 26 ~Terungkap (1)
27
Part 27 ~ Terungkap (2)
28
Part 28 ~ Resign
29
Part 29 ~ SAH
30
Part 30 ~ SAH (2)
31
Part 31 ~ Mau Lanjut
32
Part 32 ~ Pisau Atau Golok
33
Part 33 ~ Pelukan Ibu
34
Part 34 ~ Tidak Tertarik
35
Part 35 ~ Hilang Selera
36
Part 36 ~ Belum Ada Judul
37
Part 37 ~ Tak Sadarkan Diri
38
Part 38 ~ Tak Sadarkan Diri (Lagi)
39
Part 39 ~ Gentala Junior
40
Part 40 ~ Super Hero
41
Part 41 ~ Pernyataan Cinta Si Playboy
42
Part 42 ~ Tidak Tertarik
43
Part 43 ~ So Sweet
44
Part 44 ~ Masa Lalu
45
Part 45 ~ Dua Keluarga
46
Part 46 ~ I Love You
47
Part 47 ~ Kondisi Ayah
48
Part 48 ~ Tidak Romantis
49
Part 49 ~ Gawat
50
Part 50 ~ Arogan Jadi Bucin
51
Part 51 ~ Pembukaan
52
Part 52 ~ Gentala Junior
53
Part 53 ~ Masa Sih
54
Part 54 ~ Bahaya
55
Part 55 ~ Buka Puasa
56
Part 56 ~ Godaan
57
Part 57 ~ Posesif
58
Part 58 ~ Macam-macam
59
Part 59 ~ Rencana
60
Part 60 ~
61
Part 61 ~ Baby Born
62
Part 62 ~ Baby Girl
63
Part 63 ~ Gentala Family (End)
64
Terjebak Cinta Bima
65
SUAMIKU BUJANG LAPUK

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!