Part 11 ~ Bunga Bangkai

Tiba di kantor dengan kondisi mood ambyar sungguh awal bencana. Untungnya aku tidak terlambat ketika melakukan presensi. Menunggu giliran masuk lift di jam-jam begini juga cukup menyiksa. Aku menatap sepatuku yang tidak kalah mengenaskan dengan kisah hidupku. Entah kapan terakhir aku mencucinya.

Saat ini aku mengenakan jeans, kaos lengan panjang dan sepatu kets. Sepertinya aku melamun sampai tidak menyadari ada yang menyenggolku dan membuatku terhuyung bahkan hampir saja tersungkur kalau tidak di tahan oleh seseorang.

Tunggu, wanginya tidak asing.

Dosa apa yang sudah aku lakukan di masa lalu, kenapa sekarang selalu dihantui oleh makhluk ini. Pak Gentala menahan tubuhku agar tidak jatuh dan masalahnya adalah aku menginjak sepatunya. Aku menatap sepatunya yang mengkilap dan ada bagian kotor serta lecet karena terinjak olehku. 

“Pak Genta,” ujarku masih memandang ke bawah.

Sepatunya pasti bukan barang murahan.

“Pak, nggak sengaja. Bapak lihat sendiri ‘kan kita desak-desakan. Saya nggak sengaja injak sepatu Bapak, jangan suruh ganti ya,” ujarku menghiba bahkan sampai mengatupkan kedua lenganku di depan dada.

Namun, Pak Genta malah minta aku minggir. Ternyata lift di sebelah kiri terbuka, aku bergegas masuk begitupun Pak Gentala. Semakin penuh, posisi kami semakin dekat dan rapat. Sampai akhirnya … tubuhku menempel dengan tubuhnya.

Aku menutup mulut dengan tangan agar tidak bersuara. Bagaimana tidak, aku merasakan sesuatu di punggungku. Sesuatu yang terasa mengeras. Tangan Pak Genta menahan bahuku agar tubuhku tidak semakin menempel dengan tubuhnya.

Di lantai berikutnya pintu terbuka dan ada lagi yang masuk, kami semakin terdesak. Aku bahkan sempat oleng karena menahan agar tidak mengenai tubuh Pak Genta

“Aaaaa.” Aku memekik saat terdorong dan ….

Grap.

Aku berada dalam pelukan, pelukan Pak Genta.

Hmm, aroma parfumnya membuatku nyaman dan enggan melepaskan diri dari pelukannya.

“Sudah puas?”

Suara itu menyadarkan aku. Segera aku menjauhkan diri dan berlagak merapikan rambutku. Ternyata lift sudah longgar, hanya ada kami berdua. Saat pintu lift terbuka tepat di lantai yang aku tuju, aku berlari keluar.

“Bodohh,” gumamku. “Murahan banget sih, malah kesenengan di peluk sama om-om.”

Huft.

Aku menghela pelan saat mendaratkan tubuh di atas kursi kerja.

“Kenapa sih Babe, pagi-pagi udah bete?”

Tumben si kampret nggak datang telat, mana udah fokus di depan laptop dengan kaca mata membingkai wajah tambah maksimal kegantengannya.

“Pak Fabian,” panggilku sambil menggeser kursiku mendekat ke arahnya.

“Yupz.”

“Kalau ada perempuan yang nggak dekat dengan Pak Fabian, malah cenderung sering berdebat. Pokoknya nggak akurlah ya, tapi tiba-tiba dia peluk Pak Fabian. Pak Fabian akan lakukan apa dan menilai apa tentang perempuan itu?” tanyaku penasaran.

Sesama pria paling tidak Fabian bisa mewakili pandangan Gentala karena aku enggan melepaskan pelukan pada tubuh pria itu.

Gimana mau lepas, orang nyaman. Stop Ajeng, jangan keganjenan deh.

“Hm, dipeluk yah? Padahal nggak pernah akur?” gumam Fabian dengan posisi melipat kedua tangan di dada dan sedikit menunduk, sepertinya pertanyaanku cukup berat karena si playboy ini harus berpikir keras.

“Langsung aku ajak cek in,” sahutnya asal. Aku refleks melempar ransel yang masih ada di pangkuanku kearahnya.

Emang dasar otak selang ka ngan, bisa-bisanya dia jawab seenak jidatnya. Malah sekarang terbahak-bahak. Nggak bener, sepertinya aku salah menganggap Fabian bisa mewakili otaknya Pak Gentala.

“Memang siapa yang kamu peluk?” tanya Fabian kemudian kembali terkekeh. “Siapa pria  yang mendapatkan kesialan itu.” Fabian kembali mengejek membuatku ingin mengeluarkan sumpah serapah di depan wajahnya.

“Nggak lucu,” sahutku merebut ransel yang dipeluk olehnya.

Aku memilih membuka layar laptop dan menghidupkannya.

“Konsep kemarin sudah selesai?”

Nah, bener ‘kan. Habis rapat dia ngilang dan sekarang tanya udah selesai apa belum. Aku curiga kalau takdir kami sebenarnya tertukar, dia harusnya asisten dan aku manager. Udah mirip judul film, Gaji yang tertukar. Bagaimana bisa Manager nggak ada tanggung jawabnya kayak dia.

“Babe!”

“Belum Pak, lagian Bapak ngapain juga malah nggak balik lagi. saya nungguin sampai jam delapan malam. Udah lapar, pas pulang ketemu makhluk gaib pula. Malah saya harus ganti rugi karena kendaraan si gaib lecet sama saya.”

“Tapi makhluk gaibnya kasih kamu makan dan antar pulang.”

Alamakjang, lengkap pula penderitaanku. Ini mulut kenapa bisa asal bunyi. Entah sejak kapan Pak Gentala sudah berada di dekat kami, sudah tentu dia mendengar semua yang aku ucapkan.

“Pagi, Pak,” sapa Fabian.

Aku melorot dari kursiku dan bersembunyi di kolong meja, berharap saat ini terjadi gempa bumi dan Pak Gentala panik lalu berlari mencari keselamatan.

“Ajeng, jangan sembunyi.”

“Saya sedang cari sesuatu yang jatuh, Pak,” sahutku.

“Babe, kamu ngapain?” tanya Fabian menunduk melihat apa yang sedang aku lakukan. “Apaan yang jatuh?”

“Saya tunggu kalian di ruang meeting, sekarang!”

Untuk saat ini suara Pak Gentala melebihi suara guntur yang menggelegar. Bahkan lebih menakutkan dari teriakan debt collector yang menagih hutang.

“Ajeng, jangan bercanda ah. Pak Gentala udah tunggu kita di ruang meeting, kamu udah selesaikan konsep acaranya ‘kan?”

Aku pun keluar dari persembunyianku dan menatap tajam Pak Fabian. Yang ditatap malah mesam mesem nggak jelas.

“Ini semua gara-gara Pak Fabian. Kalau saya nggak nunggu Pak Fabian sampai malam, nggak bakal tuh saya bikin mobil Pak Genta lecet dan peluk dia di lift,” ujarku beralibi dengan bibir cemberut.

Bukannya merasa bersalah, Pak Fabian lagi-lagi tertawa bahkan lebih kencang dari sebelumnya. Gunting, mana gunting, rasanya ingin aku babat habis rambutnya sampai botak dan dia nggak bisa tebar pesona ke mana-mana.

“Jadi laki-laki yang ketiban sial karena kamu peluk, Pak Gentala?”

Aku masih dengan mode manyun dan mengangguk pelan. Fabian kembal terbahak. Konyol, emang si kampreet ini.

“Kamu gimana sih Babe, aku ajak jadian nggak mau malah nyosor Om-om,” ejek Fabian.

Dari pada meladeni orang setengah waras, aku membawa laptop serta zipper file berisi konsep program yang sudah aku selesaikan semalam dan sudah dicetak beberapa exam.

“Jeng, Ajeng. Hei … gitu aja marah.”

Aku bergegas dan Fabian berjalan mengejarku sambil sesekali bersiul. “Gimana rasanya pelukan dengan Om-om?” bisiknya tepat di telingaku.

“Nyaman dong, apalagi dadanya Pak Genta pelukable banget. Nggak kayak tubuh kamu yang udah biasa dipelak peluk banyak perempuan,” ujarku membalas ejekan Fabian.

“Yakin, kamu nyaman?”

Aku mengabaikan pertanyaan Fabian karena kami sudah berada di depan ruang meeting. Pak gentala sepertinya sudah berada di dalam. Aku membuka handle pintu dan benar saja, pria itu duduk menghadap ke arah pintu. Entah hanya perasaanku saja atau memang kenyataan, Pak Gentala terus memandangku membuatku risih.

“Mana konsep finalnya?”

Aku membuka zipper file dan pembagian bundelan konsep para Pak Gentala, Fabian juga Mbak Nella. Aku menunggu komentar Pak Gentala dengan harap-harap cemas.

“Mari Dukung Mereka. Apa judul ini tidak terlalu vul gar berbau politik?” tanya Pak Gentala.

Aku menjelaskan mengapa memilih judul program tadi, si Kampret hanya manggut-manggut sok pintar.

“Oke, sampaikan ke bagian keuangan agar bisa segera di proses persiapannya. Pastikan minggu depan kita mulai acaranya.”

“Permisi,” ujar Jojo setelah membuka pintu. “Maaf Pak, ada Mbak Natasha. Dia memaksa bertemu,” seru Jojo pada Pak Gentala.

Oh, si kumbang mulai didatangi bunga tapi bunga bangkai.

Terpopuler

Comments

🇮🇩A Firdaus🇰🇷

🇮🇩A Firdaus🇰🇷

karya mu sangat bagus Thor 👍

2024-05-12

1

Eva Karmita

Eva Karmita

keren asli seru kisahnya bikin gigi kering cengar-cengir sendiri kayak orang gila 🙈🙈😂😂😂😂

2024-02-26

3

Top Up ff

Top Up ff

dari pertama baca sampai bab sekarang ngakak terus ,astagfirullah mata sampai ber air

2024-02-25

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1 ~ Bertemu Om-Om
2 Part 2 ~ New GM
3 Part 3 ~ Siap-siap
4 Part 4 ~ Surat Peringatan
5 Part 5 ~ Pesona Fabian
6 Part 6 ~ Konflik Di Rumah
7 Part 7 ~ Tidak Boleh Bersama
8 Part 8 ~ Ikut Gentala
9 Dapat Berapa ?
10 Karena Ajeng
11 Part 11 ~ Bunga Bangkai
12 Part 12 ~ Kaburrr
13 Part 13 ~ Serammm
14 Part 14 ~ Masih Ada Urusan
15 Part 15 ~ Aku Mau
16 Part 16 ~ Bersama Fabian
17 Part 17 ~ Kalau Denganku?
18 Part 18 ~ Ajakan Fabian (Lagi)
19 Part 19 ~ Dalam Bahaya
20 Part 20 ~ Saya Bisa Jelaskan
21 Part 21 ~ Ulah Apa?
22 Part 22 ~ Ikut Aku
23 Part 23 ~ Serangan ....
24 Part 24 ~ Rencana Gentala
25 Part 25 ~ Gentala Vs Fabian
26 Part 26 ~Terungkap (1)
27 Part 27 ~ Terungkap (2)
28 Part 28 ~ Resign
29 Part 29 ~ SAH
30 Part 30 ~ SAH (2)
31 Part 31 ~ Mau Lanjut
32 Part 32 ~ Pisau Atau Golok
33 Part 33 ~ Pelukan Ibu
34 Part 34 ~ Tidak Tertarik
35 Part 35 ~ Hilang Selera
36 Part 36 ~ Belum Ada Judul
37 Part 37 ~ Tak Sadarkan Diri
38 Part 38 ~ Tak Sadarkan Diri (Lagi)
39 Part 39 ~ Gentala Junior
40 Part 40 ~ Super Hero
41 Part 41 ~ Pernyataan Cinta Si Playboy
42 Part 42 ~ Tidak Tertarik
43 Part 43 ~ So Sweet
44 Part 44 ~ Masa Lalu
45 Part 45 ~ Dua Keluarga
46 Part 46 ~ I Love You
47 Part 47 ~ Kondisi Ayah
48 Part 48 ~ Tidak Romantis
49 Part 49 ~ Gawat
50 Part 50 ~ Arogan Jadi Bucin
51 Part 51 ~ Pembukaan
52 Part 52 ~ Gentala Junior
53 Part 53 ~ Masa Sih
54 Part 54 ~ Bahaya
55 Part 55 ~ Buka Puasa
56 Part 56 ~ Godaan
57 Part 57 ~ Posesif
58 Part 58 ~ Macam-macam
59 Part 59 ~ Rencana
60 Part 60 ~
61 Part 61 ~ Baby Born
62 Part 62 ~ Baby Girl
63 Part 63 ~ Gentala Family (End)
64 Terjebak Cinta Bima
65 SUAMIKU BUJANG LAPUK
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Part 1 ~ Bertemu Om-Om
2
Part 2 ~ New GM
3
Part 3 ~ Siap-siap
4
Part 4 ~ Surat Peringatan
5
Part 5 ~ Pesona Fabian
6
Part 6 ~ Konflik Di Rumah
7
Part 7 ~ Tidak Boleh Bersama
8
Part 8 ~ Ikut Gentala
9
Dapat Berapa ?
10
Karena Ajeng
11
Part 11 ~ Bunga Bangkai
12
Part 12 ~ Kaburrr
13
Part 13 ~ Serammm
14
Part 14 ~ Masih Ada Urusan
15
Part 15 ~ Aku Mau
16
Part 16 ~ Bersama Fabian
17
Part 17 ~ Kalau Denganku?
18
Part 18 ~ Ajakan Fabian (Lagi)
19
Part 19 ~ Dalam Bahaya
20
Part 20 ~ Saya Bisa Jelaskan
21
Part 21 ~ Ulah Apa?
22
Part 22 ~ Ikut Aku
23
Part 23 ~ Serangan ....
24
Part 24 ~ Rencana Gentala
25
Part 25 ~ Gentala Vs Fabian
26
Part 26 ~Terungkap (1)
27
Part 27 ~ Terungkap (2)
28
Part 28 ~ Resign
29
Part 29 ~ SAH
30
Part 30 ~ SAH (2)
31
Part 31 ~ Mau Lanjut
32
Part 32 ~ Pisau Atau Golok
33
Part 33 ~ Pelukan Ibu
34
Part 34 ~ Tidak Tertarik
35
Part 35 ~ Hilang Selera
36
Part 36 ~ Belum Ada Judul
37
Part 37 ~ Tak Sadarkan Diri
38
Part 38 ~ Tak Sadarkan Diri (Lagi)
39
Part 39 ~ Gentala Junior
40
Part 40 ~ Super Hero
41
Part 41 ~ Pernyataan Cinta Si Playboy
42
Part 42 ~ Tidak Tertarik
43
Part 43 ~ So Sweet
44
Part 44 ~ Masa Lalu
45
Part 45 ~ Dua Keluarga
46
Part 46 ~ I Love You
47
Part 47 ~ Kondisi Ayah
48
Part 48 ~ Tidak Romantis
49
Part 49 ~ Gawat
50
Part 50 ~ Arogan Jadi Bucin
51
Part 51 ~ Pembukaan
52
Part 52 ~ Gentala Junior
53
Part 53 ~ Masa Sih
54
Part 54 ~ Bahaya
55
Part 55 ~ Buka Puasa
56
Part 56 ~ Godaan
57
Part 57 ~ Posesif
58
Part 58 ~ Macam-macam
59
Part 59 ~ Rencana
60
Part 60 ~
61
Part 61 ~ Baby Born
62
Part 62 ~ Baby Girl
63
Part 63 ~ Gentala Family (End)
64
Terjebak Cinta Bima
65
SUAMIKU BUJANG LAPUK

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!