Part 14 ~ Masih Ada Urusan

“Ada beberapa hal tentang konsep penampilan stage untuk syuting besok yang perlu kalian jelaskan pada saya,” ujar Pak Gentala

“Ajeng yang akan temani tour Bapak, saya harus meeting dengan produser,” ujar Fabian lalu mengangguk pada Pak Gentala dan menepuk bahuku.

“Hahh, Pak Fabian,” ujarku memelas saat pria itu beranjak.

Aku merasa horor, sumpah horor banget.  Mencoba menghilangkan rasa takut, karena rasa bersalah sempat mengejek Pak Gentala beberapa hari lalu.

“Ehm, mari Pak.” Aku mempersilahkan Pak Gentala untuk masuk ke studio.

Ternyata bersama Pak Gentala yang terus menanyakan konsep program dengan penampilan stage cukup menguras emosi dan kecerdasan yang jelas lebih menegangkan dari suasana sidang skripsi aku.

Pertanyaan pak Gentala antara bercanda dan serius menurut aku atau memang dia menganut kepercayaan feng shui yang mengatur mengenai posisi, tempat dan segala macamnya. Bahkan posisi sofa untuk wawancara saja dia tanya kenapa ada di sebelah kiri bukan di kanan.

“Nggak sampai segitunya Pak, kita kerjasama dengan tim lainnya untuk masalah view dan pengambilan gambar,” ujarku ngeles.

Pria itu hanya menoleh sekilas dan kembali bersedekap menatap beberapa pekerja yang mengatur penerangan dan backdrop stage.

“Kamu menghindari saya?”

Hah, pertanyaan apa ini? Iya sih, aku memang menghindari pria di sampingku.

“Nggak Pak, untuk apa saya menghindar,” jawabku dusta tanpa menatapnya. Takut gaes, nanti Pak Gentala bisa tahu kalau aku nervous mudah terintimidasi dengan tatapannya.

“Takut saya tagih tanggung jawab kamu dan ulah tidak sopan kamu beberapa hari yang lalu.”

Aku mengusap tengkuk, mengingat kejadian aku masuk ke ruangan Pak Gentala tanpa permisi dan melihat ulahnya bersama Natasha juga mengejek pria itu untuk meneruskan ulahnya.

“Hm. Salahkan pintunya, kenapa malah terbuka padahal saya belum ketuk. Lagian bapak juga aneh, pangku-pangkuan di kantor pake ciuman pula. Jangan-jangan kalau saya nggak  datang berikutnya malah enak-enak,” tuturku lirih tapi aku yakin didengar oleh om messum ini.

Gimana aku nggak sebut dia messum coba?

“Kenapa? Kamu iri dengan Natasha dan mau merasakan juga ciuman denganku?”

Wah bener, udah gesrek nih orang. Kalaupun mau ya bukan dengan dia juga kali. Paling nggak harus dengan makhluk tertampan dan tercute di muka bumi. Ya sebelas dua belas dengan Lee Min Ho.

“Harusnya Bapak nggak tersinggung dong waktu saya sebut Bapak, Om messum dan c4bul.”

“Bibir kamu memang harus dikasih pelajaran ya. Saat itu Natasha yang menggoda dan langsung duduk di pangkuan saya. Saat kamu masuk tepat saat dia menyambar bibir saya,” tuturnya menjelaskan.

Buat apa coba dia jelaskan secara rinci adegan silaturahmi bibirnya dengan Natasha ke aku.

“Asal kamu tahu, saya pria dewasa dan normal. Disuguhi hal seperti itu di depan mata, nggak mudah untuk menolak dan kebetulan saya sedang bergair*h karena ada gadis nempel dan peluk saya di lift.”

Tunggu, yang dia maksud itu kayaknya aku deh. Aku membelalakan mata menatapnya yang acuh sedang menatap ke stage dengan gaya khasnya, tangan berada di saku celana.

“Ayo.”

Pak Gentala berjalan menuju pintu keluar studio.

“Ke mana Pak?” tanyaku sambil berusaha mensejajarinya, langkahnya terlalu lebar membuatku agak kesulitan agar tidak tertinggal.

“Aku akan keliling.”

Terus, apa hubungannya denganku. Keliling ya keliling aja.

“Oh, saya balik ke ruangan ya pak,” ujarku dan Pak Gentala menghentikan langkahnya.

“Kamu temani aku, tidak dengar intruksi Fabian kalau kamu harus menjadi tour guide saya.”

“Kenapa nggak dengan Pak Anton aja Pak?”

“Kamu perintah saya?”

Aduh mulut, kenapa sih gampang banget komentar.

“Bukan perintah pak, Bapak ‘kan punya asisten sendiri,” sahutku.

Pak Gentala menatapku, aku jadi merinding lagi. iya kali ada setan lewat, bahkan aku sempat menoleh kiri dan kanan. Hanya ada beberapa kru yang hilir mudik.

“Kamu masih bawahan saya ‘kan?”

“Ya … iya sih.”

“Jadi, masalahnya di mana?”

Masalahnya Bapak tuh mesuum dan nyeremin dan parahnya Bapak tuh ganteng banget. Aku hanya bisa menggaruk kepalaku.

“Sepertinya kamu harus ke salon dan lakukan perawatan untuk rambut kamu ini,” ujar Pak Gentala sambil mengacak rambutku. “Dari tadi garuk-garuk terus,” ujarnya lagi.

“Ck, gaji asisten mana cukup untuk perawatan tubuh.”

“Menikahlah dengan jutawan atau jadi sugar baby,” ujar Pak Gentala lalu melanjutkan langkahnya menuju lift.

“Saya nggak se putus asa itu, pak.”

Pria di sampingku ini menekan tombol 7. Untuk apa dia ke lantai tujuh. Kalau mau jadikan aku tour guide untuk masallah studio dan penyiaran mungkin masih masuk akal, tapi ini lantai tujuh divisi keuangan dan personalia.

Saat aku dan Pak Gentala menjejakan kaki di lantai tujuan, langsung heboh karena kehadiran Pak Gentala seperti sidak membuat karyawan malas dan selalu mencari celah untuk kerja santai menjadi kalang kabut.

“Pak Gentala, kenapa tidak berkabar kami jadi tidak ada persiapan,” ujar Bu Ita.

Aku ingin terbahak mendengar ucapan Bu Ita yang panik, bahkan Anik yang merupakan staf Bu Ita terlihat pucat karena takut jika Bu Ita akan menyalahkannya kalau Pak Gentala menemukan hal yang tidak sesuai.

Pak Gentala berdiri di tengah ruangan di mana banyak meja yang digunakan oleh staf keuangan. Semua terlihat menyibukkan diri setelah menyapa Gentala.

“Kalau saya berkabar akan mengunjungi lantai ini, kamu akan merencanakan apa?” tanya Pak Gentala.

“Ehm, bukan begitu Pak. Kami jadi tidak ada persiapan,” sahut Bu Ita lagi.

“Mempersiapkan apa? Aku akan memeriksa pekerjaan kalian apa adanya bukan ada apanya.”

Sepanjang mengenal Pak Gentala setelah insiden di stasiun kereta dan ternyata pimpinan tertinggi di Go TV, kalimat tadi adalah kalimat paling masuk akal aku dukung beliau sebagai pimpinan. Berikutnya Pak Gentala bicara pada Bu Ita dan seorang pria, entah asisten atau wakil Bu Ita aku kurang mengenalnya.

Aku menunggu di pantry sambil sesekali menoleh ke arah luar memastikan Pak Gentala masih berada di sana.

“Ajeng, gila kamu ya. Pak Gentala sidak nggak ngasih kabar, sekarang kamu asisten Pak Gentala bukan? Karena tampang kamu seperti pembantunya Pak Gentala,” ujar Anik ujung-ujungnya mengejekku.

“Mana aku tahu dia mau sidak atau nggak. Kita habis dari studio memastikan persiapan syuting program baru terus aku diminta ikut.”

“Mbak Ajang, dipanggil Bapak.”

Aku melesat dari kursi yang ada di pantry, jangan sampai Pak Gentala menunggu terlalu lama.

“Ingat itu! Ini bukan masalah siapa pemimpinnya tapi prosedur standar yang harus dilakukan oleh bagian keuangan,” ujar Pak Genta sebelum meninggalkan tempat ini.

Jam kerja pun berakhir enam puluh menit yang lalu saat aku masih menemani Pak Gentala di divisi pemasaran.

“Kita lanjutkan besok,” cetus Pak Gentala membuat beberapa orang di hadapannya menghela nafas lega.

“Aku sudah boleh pulang ya pak?” tanyaku lirih.

“Ajeng.”

Bukan hanya aku yang menoleh, Pak Gentala juga. Ternyata Fabian, pria itu menghampiri kami. Fabian kembali menunjukan senyum dan memperlihatkan deret giginya yang rapi dan putih.

“Malam Pak Gentala. Ajeng sudah boleh pulang?” tanya Fabian.

“Hm.”

“Ayo, aku antar kamu pulang,” ajak Fabian.

Jantungku yang sejak tadi berdebar tidak karuan bahkan aku berniat memeriksakan kesehatan setelah ini, khawatir ada masalah dengan jantungku. Kalau boleh berteriak kegirangan, pasti sudah aku lakukan tapi aku harus tetap cool dan sok jual mahal padahal diskon juga belum tentu ada yang mau.

Aku baru akan menjawab ucapan Fabian tapi sang prabu kembali memberikan titah seenak jidat.

“Jangan, aku masih ada urusan dengan Ajeng. Kamu pulang saja dulu, biar Ajeng nanti diantar Pak Budi,” tutur Pak Gentala tanpa perasaan.

 

Terpopuler

Comments

aca

aca

entah g suka ma genta bekas jalang natasa jijik

2024-04-09

1

Fenty Dhani

Fenty Dhani

suka tapi gengsi...keburu d ambil orang baru nyahok Lo😔

2024-02-12

0

Miss Typo

Miss Typo

sebenarnya Gentala gk suka Ajeng dgn Fabian sepupunya itu, mungkin bener cemburu 😁

2024-01-29

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1 ~ Bertemu Om-Om
2 Part 2 ~ New GM
3 Part 3 ~ Siap-siap
4 Part 4 ~ Surat Peringatan
5 Part 5 ~ Pesona Fabian
6 Part 6 ~ Konflik Di Rumah
7 Part 7 ~ Tidak Boleh Bersama
8 Part 8 ~ Ikut Gentala
9 Dapat Berapa ?
10 Karena Ajeng
11 Part 11 ~ Bunga Bangkai
12 Part 12 ~ Kaburrr
13 Part 13 ~ Serammm
14 Part 14 ~ Masih Ada Urusan
15 Part 15 ~ Aku Mau
16 Part 16 ~ Bersama Fabian
17 Part 17 ~ Kalau Denganku?
18 Part 18 ~ Ajakan Fabian (Lagi)
19 Part 19 ~ Dalam Bahaya
20 Part 20 ~ Saya Bisa Jelaskan
21 Part 21 ~ Ulah Apa?
22 Part 22 ~ Ikut Aku
23 Part 23 ~ Serangan ....
24 Part 24 ~ Rencana Gentala
25 Part 25 ~ Gentala Vs Fabian
26 Part 26 ~Terungkap (1)
27 Part 27 ~ Terungkap (2)
28 Part 28 ~ Resign
29 Part 29 ~ SAH
30 Part 30 ~ SAH (2)
31 Part 31 ~ Mau Lanjut
32 Part 32 ~ Pisau Atau Golok
33 Part 33 ~ Pelukan Ibu
34 Part 34 ~ Tidak Tertarik
35 Part 35 ~ Hilang Selera
36 Part 36 ~ Belum Ada Judul
37 Part 37 ~ Tak Sadarkan Diri
38 Part 38 ~ Tak Sadarkan Diri (Lagi)
39 Part 39 ~ Gentala Junior
40 Part 40 ~ Super Hero
41 Part 41 ~ Pernyataan Cinta Si Playboy
42 Part 42 ~ Tidak Tertarik
43 Part 43 ~ So Sweet
44 Part 44 ~ Masa Lalu
45 Part 45 ~ Dua Keluarga
46 Part 46 ~ I Love You
47 Part 47 ~ Kondisi Ayah
48 Part 48 ~ Tidak Romantis
49 Part 49 ~ Gawat
50 Part 50 ~ Arogan Jadi Bucin
51 Part 51 ~ Pembukaan
52 Part 52 ~ Gentala Junior
53 Part 53 ~ Masa Sih
54 Part 54 ~ Bahaya
55 Part 55 ~ Buka Puasa
56 Part 56 ~ Godaan
57 Part 57 ~ Posesif
58 Part 58 ~ Macam-macam
59 Part 59 ~ Rencana
60 Part 60 ~
61 Part 61 ~ Baby Born
62 Part 62 ~ Baby Girl
63 Part 63 ~ Gentala Family (End)
64 Terjebak Cinta Bima
65 SUAMIKU BUJANG LAPUK
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Part 1 ~ Bertemu Om-Om
2
Part 2 ~ New GM
3
Part 3 ~ Siap-siap
4
Part 4 ~ Surat Peringatan
5
Part 5 ~ Pesona Fabian
6
Part 6 ~ Konflik Di Rumah
7
Part 7 ~ Tidak Boleh Bersama
8
Part 8 ~ Ikut Gentala
9
Dapat Berapa ?
10
Karena Ajeng
11
Part 11 ~ Bunga Bangkai
12
Part 12 ~ Kaburrr
13
Part 13 ~ Serammm
14
Part 14 ~ Masih Ada Urusan
15
Part 15 ~ Aku Mau
16
Part 16 ~ Bersama Fabian
17
Part 17 ~ Kalau Denganku?
18
Part 18 ~ Ajakan Fabian (Lagi)
19
Part 19 ~ Dalam Bahaya
20
Part 20 ~ Saya Bisa Jelaskan
21
Part 21 ~ Ulah Apa?
22
Part 22 ~ Ikut Aku
23
Part 23 ~ Serangan ....
24
Part 24 ~ Rencana Gentala
25
Part 25 ~ Gentala Vs Fabian
26
Part 26 ~Terungkap (1)
27
Part 27 ~ Terungkap (2)
28
Part 28 ~ Resign
29
Part 29 ~ SAH
30
Part 30 ~ SAH (2)
31
Part 31 ~ Mau Lanjut
32
Part 32 ~ Pisau Atau Golok
33
Part 33 ~ Pelukan Ibu
34
Part 34 ~ Tidak Tertarik
35
Part 35 ~ Hilang Selera
36
Part 36 ~ Belum Ada Judul
37
Part 37 ~ Tak Sadarkan Diri
38
Part 38 ~ Tak Sadarkan Diri (Lagi)
39
Part 39 ~ Gentala Junior
40
Part 40 ~ Super Hero
41
Part 41 ~ Pernyataan Cinta Si Playboy
42
Part 42 ~ Tidak Tertarik
43
Part 43 ~ So Sweet
44
Part 44 ~ Masa Lalu
45
Part 45 ~ Dua Keluarga
46
Part 46 ~ I Love You
47
Part 47 ~ Kondisi Ayah
48
Part 48 ~ Tidak Romantis
49
Part 49 ~ Gawat
50
Part 50 ~ Arogan Jadi Bucin
51
Part 51 ~ Pembukaan
52
Part 52 ~ Gentala Junior
53
Part 53 ~ Masa Sih
54
Part 54 ~ Bahaya
55
Part 55 ~ Buka Puasa
56
Part 56 ~ Godaan
57
Part 57 ~ Posesif
58
Part 58 ~ Macam-macam
59
Part 59 ~ Rencana
60
Part 60 ~
61
Part 61 ~ Baby Born
62
Part 62 ~ Baby Girl
63
Part 63 ~ Gentala Family (End)
64
Terjebak Cinta Bima
65
SUAMIKU BUJANG LAPUK

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!