Gagal Tumbuh

Bulan berbalik badan lalu menatap ke arah dimas yang tengah duduk di atas kursi rodanya.

"Aku hanya keluar sebentar untuk menemui temanku"tutur bulan.

"Hanya untuk membicarakan kejelekanku kepada temanmu itu hah?"tanyanya dingin.

"Darimana kau tahu?.

Apa kamu menyuruh seseorang untuk membuntuti ku?"tanya bulan tak kalah ketus.

"Tidak perlu tau,aku tau darimana!.

Katakan apa saja yang kamu bicarakan?.

Apa kamu bersekongkol dengan temanmu itu untuk membahas rencana selanjutnya?"bentak dimas.

"Tuduhan mu itu tidak benar dim".

"Tidak benar katamu?.

Katakan padaku apa rencana busuk mu itu?.

Cepat katakan brengsek!".

Dimas yang murka mencengkram tangan bulan dengan kuat yang membuat tangan bulan memerah.

Lalu pria itu menarik tangan bulan dengan kencang hingga duduk di atas pangkuannya.

"Lepaskan tanganku dimas?"ucap bulan menghempaskan tangan dimas karena rasa sakit dan panas pada pergelangan tangannya.

Wanita itu bangkit dari atas pangkuan dimas dan menatap tajam ke arah pria itu.

"Asal kamu tau tuan dimas yang terhormat.

Aku terpaksa menikah kamu karena mengikuti sayembara yang di adakan oleh orang tuamu.

Dan alasan aku mengikuti sayembara itu adalah karena aku butuh uang untuk melunasi hutang orang tuaku di indonesia.

Kalau saja aku tidak mempertahankan rumah peninggalan ayahku,aku juga tidak sudi menikah dengan pria sepertimu.

Coba lihatlah dirimu seperti apa?.

Wanita mana yang mau menikah dengan anda yang beberapa tahun lumpuh dan hanya diam seperti orang terkena gangguan jiwa.

Aku pikir kamu orang baik yang bisa menghargai orang lain,tapi ternyata aku salah menilai anda.

Kamu ternyata tak ada bedanya dengan iblis"sarkas bulan mengeluarkan semua perasaannya dengan mata berkaca-kaca.

Dimas hanya diam dengan nafas yang naik turun sambil mengepalkan kedua tangannya.

"Kalau anda ingin bercerai,ayo kita bercerai!.

Aku sudah tidak tahan lagi untuk tinggal bersama manusia jahat seperti kamu"ucap bulan dengan air mata yang terus menetes dari pelupuk matanya.

Bulan segera pergi meninggalkan dimas yang terdiam menatap dirinya.

Wanita itu berlari menuju kamarnya dan tak lupa mengunci pintu.

"Dasar pria jahat,tega sekali ia menyakiti tanganku"gumam bulan dengan tubuh merosot ke lantai,tangisnya pecah sungguh ia merasa sakit hati.

"Hiks hiks ayah ibu,kenapa nasibku seperti ini.

Aku harus kuat menjalani ini semua".

Bulan menenggelamkan wajahnya di sela lutut.

Dia terus menangis hingga kepalanya terasa sangat pusing sekarang, pandangannya mulai gelap.

Tubuhnya perlahan tersungkur ke lantai dan ia jatuh pingsan.

**Dimas di luar kamar masih terdiam dan teringat perkataan bulan.

"Apa aku sudah keterlaluan dengan wanita itu?.

"Aku sudah berusaha menolak sayembara yang di adakan oleh orang tuaku.

Tapi mau bagaimana semua sudah terjadi".

Di dalam hatinya ada rasa bersalah yang mendera.

Mungkin yang di katakan bulan benar,banyak wanita yang mengikuti sayembara itu karena hadiah uang yang cukup besar.

Dan kebetulan bulan wanita terpilih untuk menikah dengannya.

"Apa perbuatan sudah keterlaluan padanya?.

Tidak tidak,dia pantas mendapatkan itu semua.

Itu kemauan dia sendiri mengikuti sayembara itu"gumam dimas menggelengkan kepalanya pelan.

Pria itu lalu menggerakkan kursi rodanya menuju ranjang, perlahan ia naik ke atas ranjang untuk merebahkan tubuhnya.

Dimas menatap langit-langit kamarnya,baru pertama ada orang lain yang berani membentaknya.

"Aaiiishh berani sekali wanita itu berbicara keras kepadaku"ucap dimas ketus memilih tak memikirkan hal itu lagi.

Kemudian ia matanya terasa berat lalu pergi ke alam mimpi.

**Sinar matahari menerobos masuk ke celah jendela kamar lalu mengenai wajah gadis yang masih terbaring di lantai.

"Akhhh kenapa aku tidur di lantai"rintih bulan sambil memegangi kepalanya yang berdenyut.

Ia bangkit dari tidurnya,tak mengingat kejadian apa yang membuatnya sampai tidur di lantai seperti itu.

Mungkin ia terlalu lelah sampai tertidur di lantai.

Ia berdiri dan berjalan sempoyongan menuju ranjangnya.

Perlahan duduk di tepi ranjang sambil memijat perlahan pelipisnya.

"Hoek hoek".

Bulan menutup mulutnya dan segera berlari ke kamar mandi.

Di atas wastafel ia memuntahkan cairan bening berkali-kali.

"Hoek hoek".

Di ruang makan dimas sedang bersiap untuk sarapan ia menatap kursi kosong di sebelahnya yang biasa di isi oleh bulan.

"Apa wanita itu belum bangun?"batin dimas.

"Selamat pagi dimas putraku"sapa nyonya lisa yang baru datang.

"Kamu sarapan sendiri,di mana bulan?"tanya nyonya lisa duduk di depan putranya.

"Mungkin dia masih ada di atas"jawab dimas singkat.

"Bik,tolong panggilkan bulan untuk sarapan ya?"pinta nyonya lisa pada pelayan.

"Baik nyonya"jawab pelayan itu segera pergi ke atas menuju kamar bulan.

Tok tok tok

"Nona bulan,apa nona masih di dalam?".

Mendengar suara ketukan pintu,bulan segera mengusap mulutnya.

Kemudian berjalan perlahan untuk membuka pintu.

"Iya bik,ada apa?".

"Nona bulan,nyonya lisa dan tuan dimas sedang menunggu anda di meja makan".

"Tolong bilang sama mereka,aku tidak ikut sarapan bik.

Aku sedang tidak enak badan"ucap bulan mencari alasan yang tepat.

"Baik nona,kalau begitu nanti sarapannya saya antar ke kamar anda".

"Baik bik,terima kasih"ucap bulan tersenyum.

Pelayan itu sama sekali tak curiga, karena memang wajah bulan saat ini terlihat pucat.

Bulan memang sengaja tak ingin bertemu dengan dimas saat ini.

"Maaf nyonya lisa,nona bulan sedang tidak enak badan jadi tidak bisa ikut sarapan bersama"ucap pelayan itu.

"Bulan sedang sakit?"tanya nyonya lisa dengan raut wajah cemas.

"Iya nyonya,saya lihat nona bulan sakit karena wajahnya terlihat sangat pucat".

"Segera antarkan sarapan ke kamar bulan ya bik".

"Baik nyonya".

Dimas hanya melirik kepergian pelayan itu lalu ia menghentikan makannya.

"Mah,aku udah selesai makan.

Apa ayah hari ini ke kantor?"tanya dimas.

"Iya ayahmu pergi ke kantor menemui danu".

"Aku pergi ke ruang kerjaku dulu mah".

"Kenapa kamu tidak menghabiskan makanan kamu dim?"tanya nyonya lisa melihat hanya separuh makanan saja yang di makan oleh putranya.

"Aku sudah kenyang mah"jawab dimas kemudian meninggalkan ruang makan menuju ruang kerjanya.

Dimas mengambil ponselnya lalu menghubungi anak buahnya.

Setelah panggilan itu tersambung tanpa basa-basi dimas segera menyuruh anak buahnya melakukan sebuah tugas.

"Cari tau latar belakang istriku!.

Segera laporkan hari ini juga"titah dimas.

"Tapi tuan, keluarga nona bulan ada di indonesia kami butuh waktu untuk menyelidikinya".

"Baik,selesaikan secepatnya".

"Baik tuan".

Dimas lalu menutup panggilan itu meletakkan kembali di atas meja kerjanya.

**Di dalam kamar bulan baru saja selesai sarapan lalu kembali berbaring di tempat tidur sambil melihat ponselnya.

Tiba-tiba ia ingin melihat kalender namun dahinya berkerut mengingat kapan terakhir ia datang bulan.

"Harusnya aku sekarang datang bulan,kenapa ini belum?.

"Aduh perutku sakit sekali"rintih bulan lalu segera pergi ke kamar mandi.

Ia menghembuskan nafas lega karena dirinya tak jadi hamil.

"Akhirnya aku datang bulan, syukurlah benih dimas tidak tumbuh di dalam rahimku"gumam bulan mengusap perutnya yang rata.

Ia berpikir tadi pagi mual karena masuk angin sebab semalam ia tertidur di atas lantai tanpa beralas apapun.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!