Di tempat lain, seorang pria sedang menghisap sebatang rokok di mulutnya. Sambil mendengar informasi apa yang di bawa anak buahnya.
Di pergelangan tangan nya terdapat sebuah tato gambar kelabang. Wajah nya tampan dengan bentuk tubuh besar dan gagah. Namun wajahnya sedikit menua tapi tak membuat nya kehilangan wanita. Bahkan wanita masih rela ngantri demi memuaskannya.
"Bagaimana?" Tanya Pria itu dengan anda suara berat namun terdengar macho.
"Kami belum menemukannya tuan. Wanita itu entah pergi kemana. Saya dan tim lainnya mencari di berbagai negara, tapi tetap saja tidak menemukan keberadaannya."
"Mungkinkah dia sudah mati?"
"Bisa jadi tuan."
"Jika dia mati, bagaimana caranya menemukan anak sialan itu. Terakhir kali dia tinggal saja kita tidak tahu, jadi akan susah untuk menemukannya. Tapi kalian harus tetap mencari, temukan dan bunuh saja. Jangan biarkan aku melihatnya,"
"Baik tuan,"
Pria dewasa itu akhir-akhir ini selalu bermimpi buruk tentang anak yang tidak diakuinya. Dirinya adalah pria yang bebas, dia tidak ingin terikat sedikitpun dengan wanita manapun. Karena wanita hanyalah barang yang hanya perlu di mainkan, tidak untuk mengikat kehidupannya.
Pria itu meminta anak buahnya untuk mencari wanita yang mengaku hamil anaknya. Dia tidak ingin di kemudian hari anak itu datang meminta pertanggungjawaban nya sebagai seorang ayah. Dirinya tidak sudi harus memiliki anak dari wanita manapun. Jika semua yang di takutkan terjadi, dia akan membunuhnya dengan tangannya sendiri.
.
.
.
Lucifer kini kembali ke kontrakan dengan wajah bersungut-sungut karena ulah pria tua pemaksa. Saat baru saja hendak masuk rumah, sebuah motor datang. Lucifer menatap mereka, seorang pria asing bersama dengan kakak perempuannya.
Kening Lucifer berkerut. Pikirnya, siapa pemuda itu? Apalagi saat melihat sepertinya pria itu begitu dekat dengan kakaknya.
Lucifer bersedekap dada, memasang wajah datarnya. Pemuda yang membawa Meysa kini menatap Lucifer yang berdiri di depan pintu masih dengan seragam SMA nya.
"Siapa dia?" Tanya Pemuda itu pada Mesya.
"Dia adik ku, Lucifer. Apa kamu ingin berkenalan dengannya?"
Pemuda itu menatap Lucifer, entah kenapa sepertinya Adik Mesya tidak menyukainya. Padahal bukan karena tidak menyukainya, hanya saja tampang nya yang datar membuatnya salah paham.
"Lain kali saja. Aku masih ada urusan."
"Baiklah."
"Aku pulang dulu ya," elusnya lembut pada kepala Mesya. Mesya menangguk di sertai senyum manis di bibirnya.
Mesya berjalan masuk rumah. Namun langkah nya di hentikan oleh pertanyaan Lucifer.
"Siapa dia?"
"Kepo,"
"Apa di kekasih kakak?" Mesya tidak menjawab. Ingin Lucifer menerka sendiri.
Lucifer memicingkan mata, seolah tebakannya benar. Apalagi saat melihat senyum kakaknya yang aneh.
"Oh, jadi dia benar kekasih kakak. Apa dia sungguh-sungguh?"
"Menurut mu?"
"Dia hanya ingin bermain dengan kakak "
Plak…
Pukulan langsung mendarat di lengan Lucifer. Enak saja Lucifer mengatakan itu. Mereka sudah berniat untuk melanjutkan hubungan mereka di jenjang pernikahan. Hanya saja Meysa menunda saat kekasihnya meminta untuknya segera menikah. Mesya khawatir dengan nasib adiknya setelah menikah. Dia tidak ingin Lucifer sendirian dan kesepian. Yah, walaupun pemuda itu belum lama berhubungan dengannya. Tapi pemuda itu benar-benar sungguh-sungguh untuk menikahinya.
"Sebenarnya dia ingin cepat menikah dengan kakak, tapi…."
"Kenapa?"
"Kakak tidak tega meninggalkan mu sendiri. Kamu hanya punya kakak. Jika kakak menikah siapa yang akan merawatmu," Mesya tiba-tiba menangis saat membayangkan Lucifer hidup sendirian.
Lucifer yang mendengar tertawa. Dia mengusap rambut nya karena gemas dengan jalan pemikiran kakaknya.
"Ya ampun kak. Luci ini sudah besar. Sudah bisa menjaga diri sendiri. Luci bukan anak 10 tahun yang lalu. Luci bisa hidup sendiri. Malah aku sedih jika kakak tidak menikah. Kakak udah berumur, takut kakak menjadi perawan tua."
Mesya semula terharu akan pemikiran dewasanya Lucifer. Namun saat mendengar kata terakhir dia langsung menjadi kesal. Beraninya adiknya mengatainya perawan tua.
"Kakak tidak setua itu ya, Luci,"
"Ya, ya. Kakak ku memang masih berumur 17 tahun." Luci langsung kabur dan masuk kedalam kamarnya. Sedangkan Mesya mendengus sebal.
.
.
.
Pagi hari Lucifer berangkat sekolah menggunakan ojek karena motor jambrongnya hilang entah di buang di mana oleh Ethan sialan itu.
Saat dirinya masuk kedalam kelas semua mata tertuju padanya. Tapi Lucifer tidak peduli, dia melewati dan duduk di kursinya.
"Anak itu masih saja masuk sekolah. Aku kita hari ini dia tidak akan masuk. Mungkinkah Pak Ratno tidak mengeluarkan nya,"
"Tidak mungkin. Mungkin saja belum. Atau mungkin malah hari ini,"
Bisik-bisik teman sekelas mampu didengar Lucifer. Namun Lucifer tidak peduli sama sekali. Hingga terdengar suara yang kemarin mengganggunya. Siapa lagi jika bukan Ethan dan juga Roy.
Mereka datang ke meja Lucifer dengan lagak sok mereka. Ethan duduk di meja milik Lucifer dengan memasang wajah sinisnya.
"Ternyata kau belum keluar juga. Apa kau hari ini ingin berlutut di bawah kaki ku. Aku dengar jika kau memohon dan berlutut maka kau tidak akan di keluarkan, dan beasiswa mu tidak akan di cabut. Benar tidak. Jika memang seperti itu laku….."
Belum juga Ethan menyelesaikan ucapannya. Kepalan tangan Lucifer sudah meninju wajah menjijikkan itu hingga terjungkal di lantai.
Bugh….
"Badjingan sialan! Beraninya kau!" Marahnya dengan memegang wajahnya yang sakit, seakan rahanya terasa bergeser.
Semuanya kembali terkejut karena lagi-lagi tindakan Lucifer tidak terduga.
"Anak miskin sialan, beraninya kau pada Ethan. Apa kau tidak tahu siapa ayahnya?"
"Kenapa harus tahu. Jika pun tahu, akan ku hancurkan ayah mu itu,"
Ethan, Roy dan siswa di kelas tertawa keras saat mendengar Lucifer akan menghancurkan ayahnya. Mereka berpikir Lucifer sudah gila karena mungkin frustasi beasiswanya akan dicabut. Oleh sebab itu apa yang diucapkan sangat ngelantur.
"Kau ingin menghancurkan ayah ku? Sampai kau mati kau tidak akan pernah bisa menghancurkan keluarga ku. Kau itu banyak bermimpi dan berkhayal. Kau hanya anak miskin yang hidup di kontrakan kecil, berani berkata ingin menghancurkan ayah ku. Mimpi!"
Lucifer malas meladeni anak-anak sombong itu. "Dasar penganggu," Lucifer Lebih baik tidur sambil menunggu guru nya datang.
.
.
Waktu istirahat. Perut Lucifer begitu keroncongan karena belum sarapan sama sekali. Bangun kesiangan membuatnya mengabaikan sarapan yang dibuat kakaknya. Dan akhirnya pergi ke kantin untuk membeli makanan.
Lucifer mencari tempat kosong. Dia tidak ingin berbagi dengan orang-orang kaya yang menurut nya menyebalkan. Pasti jika bersama akhir-akhirnya pasti tentang dirinya yang miskin.
Jika dulu saat SMP sering di katai anak haram, berbeda dengan sekarang, kini dirinya di katai dengan anak miskin.
Pesanannya datang, dan perutnya langsung keroncongan saat mencium bau sedap dari kuah bakso yang baru di pesannya. Saat dirinya hendak mengambil kecap, tiga orang asing datang menghampirinya dengan membawa nampan berisi makanan.
"Apa kami boleh bergabung dengan mu?"
Lucifer mengangguk dan setelah itu mengabaikan membuat mereka bertiga saling pandang.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Taryumi 2003
kirain dicariin mau merawat nya karena bersalah . ternyata malah mau dibunuh...
2025-01-14
0
Albertus Sinaga
lanjut
2024-12-19
0
Tuti Tyastuti
lanjut
2024-11-12
1