Mereka semua sampai di pelabuhan. Lucifer sudah mengecek semua nya aman dan tidak ada pergerakan pengintai.
Mereka bertemu dengan pengantar narkoba tersebut, bertransaksi. Sedangkan Lucifer menjaga dari jarak sedikit jauh. Ia menatap mereka yang saling berjabat tangan. Lucifer yakin transaksi berjalan lancar.
Hah, Lucifer menghela nafas. Namun demi mencari pundi uang Lucifer akhirnya hanya bisa pasrah. Jika nanti dirinya sudah banyak uang, Lucifer tidak akan bergabung lagi dengan mereka karena prinsip nya berbeda, tidak ingin terlibat dengan barang haram seperti itu yang dapat merusak dirinya. Dan dia akan mendirikan bisnisnya sendiri, yah walaupun itu masih terbilang pekerjaan yang haram, namun tidak akan merusak masa depan penerus bangsa
"Bagaimana?"
"Barang sudah di tangan. Sekarang kita kembali,"
Lucifer mengangguk dan mereka pergi dari pelabuhan.
Di dalam mobil, Lucifer beberapa lali melihat jam di tangannya, sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Lucifer takut saat ini kakaknya menunggu kepulangannya. Teman di sampingnya melihat Lucifer nampak resah menepuk bahunya.
"Kami tidak akan meminta mu menjual barang ini. Kami ajan menjualnya sendiri." Lucifer mengangguk. Memang dia tidak ingin menjual barang seperti itu.
Tak terasa mereka akhirnya sampai di markas. Lucifer langsung mengendarai motornya dan pulang.
Saat dirinya sampai di kontrakan, dengan hati-hati Lucifer membuka pintu agar kakaknya tidak mendengarnya pulang. Namun ternyata, saat dirinya masuk hendak menuju kamar, suara Mesya menghentikan langkahnya.
"Baru pulang?"
Licifer menoleh, di lihatnya kakaknya di depan kamarnya sambil menggulung rambut.
Lucifer mengangguk, tubuhnya kaku takut kakaknya akan marah karena pulang hingga larut.
Mesya menghampiri dan mengangkat tangannya. Kucifer yang melihat langsung menutup matanya dengan rapat, takut kakaknya memukulnya. Namun ternyata salah, kakaknya menepuk bahunya dan memintanya untuk segera tidur.
"Tidurlah, ini masih malam," Mesya berlalu menuju dapur untuk mengambil air minum. Lucifer hanya menatap punggung kakaknya. Menghela nafasnya dan masuk kedalam kamar.
.
.
.
Hari hari hidupnya di lalui dengan santai, balapan, mengambil barang di pelabuhan dan belajar memperdalam ilmu meretasnya. Hingga satu bulan pun berlalu. Kini waktunya Lucifer melanjutkan sekolahnya. Hari ini Lucifer sudah bersiap untuk hari pertama sekolahnya di sekolah Elit ternama di jakarta.
Mesya menepuk-nepuk pelan bahu Lucifer seolah disana ada debu yang menempel.
"Belajarlah yang benar. Jangan kecewakan kakak,"
Lucifer mengangguk dan memeluk kakaknya, orang satu-satu yang menyayanginya.
"Maaf, mungkin suatu saat Luci akan membuat mu kecewa," batinnya entah sampai kapan akan menyembunyikan fakta pekerjaan nya. Tapi Lucifer akan berhati-hati agar kakaknya tidak akan pernah mengetahui pekerjaan berbahaya nya sampai kapan pun.
"Apa kakak akan berkerja pagi ini? Jika iya, kita bisa berangkat bersama,"
"Kakak akan bekerja, tapi kakak akan di jemput teman kakak,"
"Teman?" Lucifer mengerutkan kening. Selama sebulan ini kakaknya tidak pernah dekat dengan seorang pria mau pun wanita. Apakah kakaknya punya kekasih namun tidak di ketahuinya.
"Ya,"
"Baiklah, Luci berangkat dulu. Kakak hati-hati di jalan juga nanti. Jika ada apa-apa hubungi Luci," Mesya mengangguk dan Lucifer pun pergi dengan motor jambrongnya.
Gradaaaak ….
Gradaaaak…..
Gradaaaak
Ngeng
Ngeng
Ngeng
Masih setia dengan motor bututnya, Lucifer mengendarai motornya dengan santai. Lucifer bisa masuk sekolah Elit itu karena kecerdasaannya. Dia mendapatkan biasiswa karena dia murid berprestasi.
Lucifer kini sampai di sekolahan Elit tersebut. Tanpa memperdulikan pandangan setiap orang yang melihatnya, Lucifer dengan santai memarkirkan motor bututnya di antara mobil mewah milik anak pengusaha kaya.
Lucifer turun dari motor. Namun baru beberapa langkah kakinya melangkah, beberapa pemuda datang menghampiri.
Mereka menantang Lucifer dengan tatapan merendahkan. Lucifer yang melihat hanya menatap dengan acuh, tidak peduli. Lucifer melanjutkan langkahnya, melewati mereka. Namun suara dari mereka menghentikan langkahnya.
"Berhenti!" Seru pemuda bernama Ethan Maherson
Lucifer langsung berhenti dan berbalik menatap mereka semua. Lucifer yakin mereka adalah anak baru di sekolahan ini dan juga anak dari seorang pengusaha.
"Ada apa?" Tanya Lucifer dengan wajah datarnya. Dirinya tidak suka di hari pertama masuk di ganggu oleh orang-orang yang tidak berguna. Sekolah untuk menjadi pintar itulah tujuannya.
Mendengar jawaban Lucifer yang seolah menatangnya membuat Ethan mengepalkan tangan.
"Kau anak baru kan?"
Hening, Lucifer tidak menjawab. Membuat Ethan dan lainnya marah melihat tampang Lucifer yang menurutnya menyebalkan.
"Beri dia pelajaran. Beraninya dia mengabaikan ku!" perintahnya pada murid yang mengikuti nya.
Apa yang mereka lakukan di tonton oleh semua murid yang ada. Baik kelas 2 maupun kelas 3. Lucifer yang mendengar malah berbalik dengan santai, mengabaikan mereka dan hendak menuju kekelasnya.
Nafas Ethan memburu karena menahan amarahnya. Dan sekali lagi memberi perintah pada antek-anteknya.
"Pukul anak itu, cepat!"
Antek Ethan berjumlah 4 orang itu langsung menyerang dari arah belakang. Ethan yang melihat yakin Lucifer akan babak belur dan menyesal telah menyinggungnya. Padahal sudah jelas, Lucifer tidak pernah menyinggungnya, hanya saja Ethan sendiri yang mencari gara-gara.
Saat tangan para Antek Ethan hendak memukulnya, Lucifer berbalik dan menendang perut serta meninju wajah mereka membuat mereka terpental jauh dan pingsan dalam seketika karena kuatnya pukulan dan tendangan Lucifer
Semua yang melihat sangat terkejut tak terkecuali dua orang yang masih bengong tak jauh darinya.
Lucifer menatap dua orang yang tersisa. Tatapannya semakin dingin dan datar membuat dua pemuda itu tidak berani maju untuk menyerang.
"Kenapa berhenti? Pukul dia dan buat dia babak belur."
Dua pemuda itu menoleh ke arah Ethan dan beralih menatap Lucifer. Entah kenapa saat menqtap pemuda yang ingin di hajarnya nyalinya menciut. Hanya di beri tatapan seperti itu sudah membuatnya ketakutan.
"Bos, perut saya rasanya sakit. Saya kebelet ke toilet,"
"Saya juga,"
Alasan mereka kompak sambil memegang perutnya yang seolah benar-benar sakit. Mereka kabur tidak ingin berurusan dengan pemuda yang membuat
Kini tinggal Ethan yang tersisa. Dia menatap kekanan dan kekiri. Semua yang ada di sekitar melihat ke arahnya, menunggu apa yang akan di lakukan nya.
Cih,
Merasa tak mampu, dia pun pergi. Tapi sebelum itu dia malah memberikan ancaman lagi untuk Lucifer.
"Lihat saja kau anak miskin! Aku tidak akan melepaskan mu,"
Lucifer tidak peduli. Dia pergi menuju kelasnya tanpa memperdulikan tatapan semua orang padanya.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Ramlah Kuku
mantap Lucifer
2024-05-06
0
Nita Nita
visual lucifer dong thor
2024-04-30
0
Erna
sekarang Lucifer jd org tak mau di tindas
2024-04-07
0