Lucifer pulang dengan wajah penuh lebam. Dia turun dari angkot Dan langsung masuk. Saat satpam membukakan gerbang, dia terkejut melihat tuan mudanya yang babak belur.
"Aden, aden kenapa? Kenapa wajah aden babak belur seperti ini?" Tanya Pak Hadi khawatir mencoba menyentuh wajah Lucifer.
Ish….
Ringis Lucifer saat tangan Pak Hadi berhasil menyentuh luka lebamnya.
"Ya ampun den, aden berkelahi di sekolahan,"
Lucifer diam, tidak menjawab. Tidak mungkin dia mengatakan berkelahi dengan Alex. Bisa-bisa dirinya di anggap tidak tahu diri sudah menumpang masih berani berantem dengan pemilik rumah.
"Luci tidak apa-apa pak. Luci masuk dulu,"
Lucifer pergi meninggalkan pak hati yang sedih. Dia tahu diamnya dan dinginnya sikap tuan mudanya karena seluruh keluarga tidak menerima kehadirannya karena dia bukan anak kandung Tuan besarnya.
"Kasihan Den Luci. Semoga kelak Den Luci dapat kebahagiaan, amin,"
Lucifer masuk lewat pintu depan. Saat dirinya baru masuk suara seseorang langsung menghentikan langkahnya.
"Bagus ya, pulang-pulang sudah kaya preman. Wajah bonyok. Habis berantem kamu? Anak haram tetaplah anak haram, sekali bikin malu selamanya bikin malu,"
Lucifer diam saja. Dia hanya melirik Alex. Malas menjawab, ia pun pamit pergi.
"Saya kebelakang dulu."
Melihat Lucifer seolah mengabaikannya, Ana semakin meradang. Ia begitu marah dan langsung beranjak, menarik rambut Lucifer dengan kuat.
"Berani nya kau mengabaikan ku, anak haram!"
Lucifer memejamkan mata merasakan rasa sakit jambakan yang begitu kuat di kepalanya. Belum juga rasa sakit akibat di buat anaknya kini ibunya berubah dan menyiksa dirinya.
"Kau tahu aku paling benci di abaikan. Oh ya, aku lupa. Aku juga diizinkan untuk menyiksa mu sesuka hati ku oleh suami ku. Ku harap kau tidak cepat mati dengan penderitaan yang akan ku buat. Anggap saja rumah ini neraka bagi mu,"
Ana mendorong dengan kasar hingga membuat tubuh kecil itu terhuyung dan kepalanya menentukan ujung dari meja, membuat kening itu langsung berdarah.
Penderitaan demi penderitaan selalu di rasakan oleh Lucifer. Tak hanya di rumah di sekolah pun selalu mendapatkan siksaan. Lucifer tidak mengeluh sedikitpun. Namun perasaan dan hatinya seolah mati. Kebencian terhadap keluarga Bramestyo dan Brown memiliki dendam yang amat dalam, membuat dirinya semakin menutup diri dan dingin.
Hingga tak terasa Lima Tahun pun berlalu. Kini usia Lucifer genap 15 tahun. Wajah Lucifer semakin tampan membuat banyak perempuan suka dengannya. Namun rasa suka mereka tidak pernah sampai karena setiap kali ada yang mendekatinya, wajah dinginnya langsung membuat mereka mundur dan takut. Yapi tidak dengan seorang perempuan, dia dari SD tetap kukuh mengejar Lucifer.
Lucifer saat ini kelas 3 SMP dan hari ini hari dimana kelulusannya. Semua orang tua menghadiri kelulusan anak mereka. Tapi tidak dengan Lucifer karena Lucifer tidak memiliki orang tua, hanya orang tua angkat yang tidak sudi menjadi walinya.
Lucifer duduk seorang diri dengan diam. Tidak ada teman yang mau berteman dengannya karena dirinya anak haram. Namun satu siswi yang tak lelah mengganggunya. Seperti saat ini, perempuan itu datang dan langsung duduk di sampingnya.
"Kak, sebentar lagi acara akan di mulai. Ayo kita ikut gabung bersama mereka," ajak Ezza namun di abaikan.
Sudah biasa Ezza di abaikan. Ezza pun dengan banyak akal langsung menarik tangan Lucifer tanpa memperdulikan pemilik tangan menatapnya tajam.
"Jangan menatap ku seperti itu. Itu membuat ku semakin menyukai mu," Ezza mengerlingkan sebelah mata dan membuat Lucifer semakin menatap tajam.
"Lepaskan aku!"
"Tidak akan,"
Lucifer mencoba melepas lengannya dari tangan Ezza, namun Ezza tidak sedikitpun melepas. Malah semakin erat dan membuat Lucifer menghela nafas dengan berat.
Mereka berdua menuju tempat acara. Sampai disana semua mata tertuju kepada mereka. Terutama keluarga Bramestyo dan keluarga Bimantara. Sedangkan seorang yang melihat kedekatan mereka mengepalkan tangan, marah saat gadis yang disukainya menempel erat dengan musuhnya.
"Beraninya dia mendekati gadis ku! Lihatlah akan ku buat kau menyesal!"
Alex tidak terima Lucifer dekat dengan Ezza, karena menurutnya Lucifer tidak pantas dan hanya dirinya yang pantas.
Namun saat ini bukan waktu yang tepat untuk memberi pelajaran pada Lucifer. Setelah acara selesai. Dia akan memberi pelajaran kepadanya.
Alex mencari kontak ponsel temannya dan menghubungi. "Pulang nanti kita beri pelajaran pada anak haram itu,"
"Memang apa yang di lakukannya saat ini?"
"Dia merebut gadis ku,"
"Baiklah. Kita bertemu di tempat biasa."
Waktu menunjukkan acara akan di mulai. Pembawa acara kini telah berdiri di tengah panggung untuk membacakan rentetan acara. Di mulai dan pembukaan, sambutan dan lainnya. Dan terakhir penerimaan Ijazah yang akan di berikan langsung oleh kepala sekolah.
Satu persatu acara di laksanakan dengan lancar. Dan kini waktu serah terima ijazah.
Kepala sekolah sudah berdiri di panggung dan emsi memanggil satu persatu siswa yang lulus. Hingga terakhir mengumumkan siapa yang mendapatkan nilai terbaik dalam kelulusan tahun itu.
Lucifer Bramastyo,"
Dengan suara lantang, emsi mengumumkan bahwa Lucifer adalah anak yang memiliki prestasi terbaik tahun ini. Suara tepuk tangan menggema di tempat itu.
"Kepada walinya di persilahkan untuk mendampingi,"
Lucifer yang di panggil masih diam di tempat. Dia melirik ke arah papanya yang juga diam di tempat. Lucifer menghela nafas. Dia tahu akan seperti ini. Namun Lucifer berharap papanya akan beranjak menemaninya, jangan menunjukkan kebenciannya di depan umum.
Karena sepertinya Bram enggan untuk mendampingi, Lucifer bangkit dan maju untuk mengambil Ijazah dan penghargaan yang di berikan sekolah.
Kepala yang sekolah melihat Lucifer naik sendiri tersenyum kecil. Dia tahu permasalahan Lucifer dengan Keluarga Bramastyo karena seringnya dia mendengar Lucifer di katakan anak haram.
"Bapak bangga pada mu. Tetaplah semangat dan jangan menyerah. Suatu saat bapak yakin kamu akan sukses," kepala sekolah menyerahkan Ijazah dan piala penghargaan.
"Terimakasih pak."
Lucifer mengangguk dan menerimanya. Setelah itu turun. Banyak mata menatapnya. Mereka tahu kenapa Tuan Bramastyo tidak mau maju, mungkin karena dia malu memiliki anak haram seperti Lucifer. Dan tidak ingin mendapatkan gunjingan.
Namun berbeda dengan orang tua Ezza yang tidak mengetahui. Dia penasaran kenapa wali Lucifer tidak mau maju menemani putranya.
"Apa mereka ada masalah? Papa lihat saat putranya yang lain tadi di panggil dia langsung maju. Tapi kenapa saat anak ini dia tidak?"
"Itu karena kata mereka Lucifer anak haram pa. Aku tidak tahu itu benar atau tidak. Tapi Luci anak baik dan pintar. Hanya saja dia memiliki wajah dingin tak tersentuh. Tapi walaupun dia dingin, Ezza menyukainya," jawab Ezza dengan senyum di bibirnya.
Tuan Aditama dan istrinya yang melihat hanya menggelengkan kepala. "Sekolah yang bener. Jangan memikirkan pria tampan terus,"
Ezza mengerucutkan bibirnya. Sampai kapan pun dia akan tetap menyukai Lucifer.
**Selamat membaca.
Jangan lupa dukungannya.
Dengan cara
Like
Komen
Vote**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Yus Nita
seharus ny Lucyferbelajar ilmu bela diri buat bekal ny, agar saat klrga dari rmh Bram d i a sdh tangguh, apalagi utk menghadapi Alex
2024-12-20
0
Taryumi 2003
ezza dan Lucifer sepantaran kan... sama sama kelas tiga SMP kan... knp manggil nya pake sebutan kak sih...
2025-01-13
0
Albertus Sinaga
ezza sungguh mulia hatimu untuk lucifer
2024-12-19
0