"Oh, aku lupa. Sangking akrabnya, kalian mengatakan aku sampah yang tidak berguna. Tidak boleh makan di sini karena aku tidak layak. Jadi, kalian yang kejam ini layak makan di sini ya?"
Ucapan Ros barusan langsung membuat mata Eva dan mama Dewa membelalak. Bagaimana tidak? Sebelumnya mereka pikir, Ros pasti akan mendengarkan apa yang mereka katakan. Karena itu, mereka ingin mencari keuntungan dari Ros di depan Rahan. Tapi sayang, Ros malah semakin memperburuk keadaan.
"Roslin! Ngomong apa kamu barusan? Dasar perempuan .... "
"Tante, sudah! Ayo kita pergi sekarang juga! Kak Ros tidak menginginkan kita dekat dengannya. Karena itu, dia sengaja membicarakan keburukan kita di depan tuan muda Asrahan. Kak Ros benci kita, Tan. Karena sekarang, dia sudah menjadi perempuan kaya."
Bisa-bisanya Eva masih sempat mengatakan hal yang tidak baik tentang Ros. Memang Eva lebih berbahaya dari pada ular yang berbisa.
Sedangkan Ros yang dikatai seperti itu barisan, hanya mendengus pelan saja. Dia tidak ingin marah sekarang. Karena dia pikir, tidak ada gunanya marah di depan umum.
Tapi, dalam hati Ros memikirkan untuk segera memberi Eva dan keluarga mantan suaminya pelajaran. Karena jika ia biarkan terlalu lama, maka Eva semakin akan membuat masalah.
Sementara Rahan pula, dia sedikit cemas setelah Eva pergi. Dia takut kalau Ros merasa tidak nyaman sekarang.
"Ros, kamu baik-baik saja, bukan?"
"Ah, tidak masalah. Aku baik-baik saja. Jangan cemas."
"Mereka sungguh keterlaluan, Ros. Akan aku buat mereka merasakan akibat dari apa yang sudah mereka lakukan padamu hari ini."
Ros yang menatap ke arah makanannya pun langsung menoleh ke arah Rahan yang kini ada di sampingnya. "Apa? Kamu ingin melakukan apa pada mereka?"
"Aku akan buat mereka menyesali kelakuan mereka yang kasar padamu barusan."
"Oh, tidak perlu, Rahan. Kamu tidak perlu turun tangan. Biar aku sendiri yang membalas mereka. Lagipula, aku juga ingin memungut hutang mereka padaku. Karena itu, biar aku sendiri yang melakukannya."
"Oh iya, aku harus pergi sekarang. Terima kasih untuk undangan makan siang yang kamu berikan hari ini." Ros berucap sambil bangun dari duduknya.
Tapi sepertinya, Rahan tidak menginginkan Ros beranjak sekarang. Karena itu, ia tahan tangan Ros dengan cepat.
"Kenapa begitu terburu-buru, Ros? Makanan yang aku pesan saja baru tiba. Kok malah langsung pergi sebelum makanannya habis?"
"Ada hal yang harus aku selesaikan, Rahan. Lagian ... setiap bersama kamu, aku merasa seperti seorang maling yang baru saja melakukan pencurian. Dan aku tertangkap karena pencurian yang sudah aku lakukan. Begitulah tatapan orang melihat ke arah ku, Rahan. Aku sungguh merasa kurang nyaman."
Akhirnya, Ros bisa juga menyampaikan apa yang ia ingin katakan pada Rahan. Karena memang, sejak hari pesta kemarin, dia merasa terus saja di buru. Setiap ia melangkah, ada saja tatapan julid yang mengejarnya. Tak ubah seperti tahanan yang sedang memakai baju tahanan, lalu kabur dari penjara. Begitulah yang Ros rasakan saat dia berada di samping Rahan. Sungguh sangat tidak nyaman.
Rahan yang mengerti apa yang Ros katakan, hanya diam saja. Sejujurnya, ini bukan kali pertama dia menerima perkataan itu. Wajah yang terlalu tampan, kedudukan yang terlalu baik seolah menjadi kutukan buatnya. Dia pun tidak bisa merasa bahagia ketika ada orang yang ia cintai. Karena selalu, orang itu akan merasa tidak nyaman ada di sisinya.
"Ha ... iya baiklah. Pergilah kalau begitu. Aku minta maaf karena sudah membuat kamu merasa seolah di buru oleh orang-orang."
Ros pun pergi tanpa berucap. Sejujurnya, ia merasa bersalah pada Rahan. Tapi, dia tidak ingin terus merasa tidak nyaman. Karena semakin lama bersama, maka akan semakin membuat hatinya tidak tenang. Karena itu, sebisa mungkin ia berusaha menjaga jarak dengan Rahan.
.....
Jalan hidup yang rumit membuat Rahan dan Roslin seakan tidak pernah mengenal satu sama lain setelah kejadian itu. Namun, tidak bisa dipungkiri, hati keduanya sama sekali tidak pernah melupakan satu sama lain.
Meskipun sekarang tidak pernah bertemu, tapi Rahan tetap memikirkan Ros. Berusaha menyibukkan diri dengan pekerjaan, tapi tetap saja, dia tidak bisa tidak memikirkan Ros walau satu jam saja.
Sementara Ros sendiri, selain sudah menduduki posisi direktur di perusahaan Muroja, dia juga sibuk mencari informasi untuk membalas perlakuan keluarga mantan suaminya.
"Nona muda, info yang nona inginkan tentang perempuan yang bernama Evaliana sudah saya dapatkan. Tidak sulit untuk menemukan semua kejahatan yang telah ia lakukan. Karena dia datang dari kalangan masyarakat menengah ke bawah. Bukan nona muda yang punya status tinggi."
Ros pun langsung menerima amplop yang orang suruhan itu berikan.
"Jadi, perempuan itu bukan nona muda yang sesungguhnya? Begitu kah maksudmu?"
"Lebih kurang begitu, nona. Dia hanya datang dari keluarga sederhana. Bukan keluarga kaya yang punya dukungan kuat. Ditambah lagi, keluarga aslinya saat ini sedang dalam kehancuran."
"Keluarga asli?" Ros menyipitkan mata karena kata-kata itu terasa sedikit mengganjal buat hatinya. "Apa maksud kamu dengan keluarga asli? Apa dia ada keluarga lain?"
"Benar, nona. Perempuan yang bernama Evaliana hanya menggunakan nama dan latar belakang keluarga majikan orang tuanya saja selama ini. Sedangkan keluarga aslinya hanya seorang tangan kanan kepercayaan dari keluarga majikan papanya saja."
Setelah penjelasan itu ia dengar, Ros jadi ingin tersenyum lebar sekarang. Karena saat penjelasan itu kupingnya dengar, dia langsung terpikir bagaimana ekspresi mantan mama mertuanya ketika tahu hal tersebut.
"Kamu boleh pergi. Aku akan lihat sendiri semua informasinya di sini. Terima kasih karena sudah bekerja keras untuk aku."
"Tidak masalah, Nona. Aku senang karena sudah bekerja sama dengan nona. Karena nona adalah nona muda yang ramah. Jangan sungkan untuk menghubungi aku jika nona punya kerjaan lain."
Ros pun langsung tersenyum lebar.
"Baiklah."
Setelah kepergian mata-mata tersebut, Ros pun langsung membuka amplop yang ada di tangannya dengan cepat. Lagi-lagi, ia merasa puas atas kerjaan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments