*Episode 15

Dewa yang sedang bimbang pun langsung sadar akan apa yang sedang dia rasakan. Rasa cinta untuk Eva memang masih kuat. Karena itu, rasa bersalah pada Ros dengan mudah ia singkirkan hanya dengan beberapa kata yang Eva ucapkan.

Sementara Dewa sibuk memperhatikan Eva, Ros pun memilih pergi meninggalkan ruangan tersebut. Selanjutnya, dia turun dengan langkah tegap seperti tak pernah ada sedikitpun masalah yang ia alami.

Baru juga ingin menjejaki anak tangga terakhir, Rahan pun langsung menghampirinya.

"Ros, kok malah turun duluan? Kenapa gak tunggu aku jemput dulu?"

"Mm ... aku bosan sendirian di ruangan itu. Karenaya, aku turun duluan tanpa menunggu kamu menjemput."

"Maafkan aku yang sudah membuat kamu menunggu lama. Mendadak aku punya masalah yang cukup besar sampai memakan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya."

"Tidak masalah. Tidak perlu minta maaf karena aku .... "

Ucapan Ros terputus karena kedatangan oma Rita. Pembicaraan mereka pun langsung teralihkan karena keributan akibat si pemilik acara sudah tidak.

Selanjutnya, mereka berdua juga ikut menyambut ke datangan oma Rita dengan bahagia. Seketika, pembicaraan sebelumnya langsung terlupakan begitu saja.

Sementara itu, oma Rita yang datang hanya berdua dengan Jaka membuat orang merasa semakin penasaran dengan ahli waris yang ingin oma Rita perkenalkan. Lalu, setelah sambutan yang singkat, oma pun langsung memanggil nama Roslin dengan lantang. Lengkap dengan panggilan keluarga di belakangnya.

"Roslin Muroja."

Setelah nama itu oma Rita sebut, rasa penasaran para tamu yang hadir pun semakin membesar. Saat itu pula, mereka langsung dikagetkan dengan kemunculan Ros ke samping oma Rita dengan didampingi Rahan di sebelahnya.

Ruangan pesta mendadak ribut akibat kemunculan Ros. Ada banyak suara yang berbicara. Sangking banyaknya, tidak bisa di dengar satu persatu ucapan mereka.

Tapi, omongan yang menimbulkan keributan itu seketika hilang saat oma Rita kembali berbicara. "Ini adalah cucuku. Pewaris satu-satunya keluarga Muroja. Kedepannya, aku yakin kalian sudah mengenali dia. Jadi, tidak akan ada lagi yang lupa siapa dia."

"Tidak mungkin."

Dewa yang masih berada di lantai dua berucap dengan lirih. Dia sungguh terkejut akan siapa Ros saat ini. Begitu pula dengan Eva. Bukan hanya terkejut, dia malah merasa tak terima sedikitpun jika Ros bisa menduduki posisi yang lebih terhormat dari pada dirinya.

"Bagaimana mungkin dia itu cucu dari keluarga Muroja? Ini tidak masuk akal."

Keluarga Muroja adalah keluarga yang cukup terkenal. Sementara Eva, dia hanya anak pengusaha kecil yang tidak memiliki pengaruh apapun di dunia bisnis. Jadi, kedudukannya saat ini sangatlah tertinggal jauh dari Ros yang sempat ia hina sebelumnya. Karena itu, dia merasa sangat tidak terima akan hal tersebut.

Ditambah lagi dengan tatapan Dewa yang saat ini sangat mengagumi Ros. Semakin tidak terima pulalah hati Eva saat ini. Eva pun memilih untuk meninggalkan acara tersebut sebelum acara selesai. Sementara Dewa, tetap bertahan meski tidak beranjak dari lantai dua.

Acara berlalu dengan lancar. Banyak ucapan selamat yang Ros dan oma Rita terima setelah pengumuman itu selesai. Dengan diumumkan siapa Ros saat ini, maka dia pun langsung diakui sebagai pewaris sah keluarga Muroja yang cukup kaya.

Ros yang awalnya hanya gadis miskin tanpa harta, kini sudah berubah seratus delapan puluh derajat. Yah, layaknya mawar putih yang berubah merah, begitulah Ros saat ini. Meski tidak pernah terpikirkan sedikitpun, tapi perubahan itu bisa jadi kenyataan.

....

Setelah acara waktu itu, hubungan Ros dengan Rahan semakin dekat saja. Sementara hubungan Eva dengan Dewa, sedikit merenggang karena Dewa yang memilih menghindari Eva.

Karena itulah, Eva memilih untuk semakin mendekati mama Dewa agar bisa terus diakui sebagai menantu pilihan. Seperti saat ini, mereka sedang jalan-jalan bersama di sebuah mall, lalu berhenti untuk makan di restoran ternama setelah berkeliling tanpa membeli apapun.

Namun, sepertinya kebetulan untuk mempertemukan Ros dengan mantan mama mertuanya sedang ada di hari ini. Karena itu, saat Eva dan mama Dewa masuk, Ros sudah ada di restoran tersebut.

Melihat Ros yang sedang duduk di meja makan restoran terkenal, mama Dewa langsung menghampiri Ros dengan wajah kesal. Puk! Tangan wanita paruh baya itu memukul meja makan dengan sedikit keras.

Pukulan itu memang tidak mengangetkan Ros yang sedang duduk sambil melihat menu makanan yang akan dia pesan. Tapi, cukup membuat Ros kesal karena sudah menganggu dirinya yang tidak ingin berhadapan dengan orang tua yang jika ia lihat langsung membangkitkan amarah yang susah payah ia tahan.

"Perempuan tidak tahu diri! Kenapa kamu malah duduk di meja ini sih? Kamu gak tahu ya, kalau meja makan ini khusus untuk tamu VIP restoran ini."

"Tolong jaga sopan santun anda, nyonya. Saya di sini datang untuk makan makanan, bukan makan meja. Di manapun saya duduk, tetap saja, yang saya makan itu makannya, bukan mejanya."

Sebenarnya Ros tahu apa maksud dari perkataan mantan mama mertuanya barusan. Tapi, dia sengaja menjawab dengan kata-kata barusan karena tidak ingin menanggapi setiap perkataan perempuan paruh baya itu dengan serius.

Sementara mama Dewa yang mendengar jawaban Ros barusan semakin kesal saja.

"Hei! Dasar perempuan kampung yang tidak tahu apa-apa. Emang kamu sanggup bayar makanan di restoran ini? Berlagak ingin makan makanan di restoran mahal."

"Tante, jangan lupa kalau dia sekarang adalah pewaris keluarga Muroja. Jadi, tentu saja dia bisa bayar apa yang ingin dia makan," ucap Eva dengan nada agak takut.

Sebenarnya, Eva bukan benar-benar ingin mengingatkan mama Dewa dengan ucapannya. Melainkan, ingin membuat mama Dewa semakin memarahi Ros dengan kata-kata yang lebih kasar lagi.

Karena dia tahu, mama Dewa masih tidak percaya kalau Ros adalah pewaris dari keluarga Muroja yang cukup berpengaruh. Bukan tidak percaya, tapi tidak ingin mengakui hal tersebut. Karena itu, Eva ingin membuat Ros dipermalukan di sini sekarang.

"Heh! Pewaris apanya? Dia itu perempuan miskin yang tidak punya keluarga. Mana mungkin dia menjadi pewaris keluarga Muroja." Mama Dewa bicara dengan suara lantang.

"Enak banget dia yang tidak punya keluarga malah mengakui diri sebagai pewaris. Kalau gitu, biar aku yang jadi mertua dari keluarga Muroja dengan membawa putraku sebagai anak dari keluarga tersebut. Dengan begitu, aku juga adalah pewaris dari keluarga Muroja sekarang. Benar begitu bukan?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!