*Episode 4

"Di mana ini?" Ros berucap sambil memegang kepalanya. Sedikit rasa pusing, tapi itu tidak berarti untuk Ros yang sudah terbiasa dengan yang namanya rasa sakit.

Ros pun berusaha mengingat kembali apa yang sudah terjadi. Tidak ada ingatan yang berarti dengan tempat ini. Karena yang ia ingat hanya saat ia keluar dari rumah sakit kemarin. Lalu, saat hujan turun dengan sangat deras menerpa tubuhnya yang lemah. Hingga pada akhirnya, dia tidak kuat untuk menahan kesadaran, lalu pingsan. Hanya itu yang ada dalam benak Ros. Setelah itu, dia tidak ingat apapun lagi.

Karena tidak mengingat apapun, maka dia harus mencari tahu apa yang sudah terjadi. Ros berniat untuk keluar dari kamar tersebut. Namun, baru juga ia ingin menggerakkan kaki, pintu kamar itu langsung terbuka.

Dari pintu kamar yang terbuka, muncul seorang perempuan paruh baya dengan memakai daster. Ros pun menatap perempuan itu tanpa sempat melakukan apa yang ia inginkan.

Perempuan itu tersenyum lebar. "Nona sudah bangun?"

"Tunggu sebentar! Bibi panggilkan nyonya dulu. Nyonya pasti senang saat tahu kalau nona sudah bangun," ucap perempuan itu lagi sambil beranjak.

Semua yang terjadi begitu cepat. Ros yang masih dilanda rasa bingung tidak sempat mengangkat bibir untuk bertanya pada perempuan barusan.

Beberapa saat kemudian, perempuan yang tadi datang lagi. Kali ini, dia datang bersama seorang perempuan paruh baya, namun masih terlihat cukup cantik karena kulitnya yang terawat dengan baik. Siapa lagi dia kalau bukan Rita? Nyonya rumah yang sudah menyelamatkan nyawa Ros.

"Ah, kamu sudah sadar perempuan cantik? Akhirnya, kamu sadar juga setelah pingsan cukup lama." Rita berucap dengan senyum manis di bibirnya.

Ucapan yang datang bersama senyum itu membuat kewaspadaan Ros mendadak melemah. Dia pun terlihat sedikit tenang ketika berhadapan dengan Rita saat ini.

"Di mana aku? Dan ... siapa anda ini?"

Pertanyaan yang sepertinya sedikit tidak layak untuk Ros lontarkan. Tapi, jika ia tidak menanyakan hal itu, maka dia tidak akan tahu segala yang telah terjadi dengan dirinya sendiri.

"Aku Rita. Kamu bisa panggil aku oma Rita saja jika kamu. Karena sepertinya, jika ingin memanggil aku mama, itu sedikit tidak masuk akal dengan wajahku yang sudah banyak keriputan ini."

Ros lagi-lagi merasa kebingungan dengan apa yang Rita katakan. Perempuan itu baru juga kenal dengan dirinya, tapi sudah memperlakukan dirinya dengan hangat. Sehangat keluarga yang sesungguhnya.

Karena sikap Rita barusan, ia langsung teringat akan nasibnya yang sangat malang. Tinggal di rumah mertua selama lebih dari dua tahun, tapi tidak dianggap keluarga sedikitpun. Entah di mana salahnya dia, sampai-sampai orang yang ia anggap keluarga, tidak lebih baik dari orang lain yang bukan siapa-siapa.

Karena itu, Ros langsung menjatuhkan air mata tanpa sadar. Ros yang menangis membuat Rita menjadi panik. Dengan cepat dia menghapus air mata Ros dengan sentuhan lembut keibuan yang ia miliki.

"Jangan menangis. Ah! Tunggu! Apa ada yang sakit sekarang? Atau ... apa ada kata-kataku yang barusan itu salah aku ucapkan? Katakan saja jika iya. Dan, katakan saja jika ada yang membuat kamu merasa tidak nyaman."

"Tidak. Tidak ada yang salah dengan apa yang ... oma Rita ucapkan. Hanya saja, aku teringat akan sebuah kenangan. Karena itu, aku menangis. Aku juga tidak merasakan rasa sakit sedikitpun. Maaf, aku sudah membuat oma tidak nyaman dengan aku yang tiba-tiba menangis."

Rita tidak menjawab. Tapi, dia langsung meraih tubuh kurus Ros untuk dia peluk dengan hangat. Ros menikmati pelukan itu. Pelukan itu benar-benar membuat ia merasakan kehangatan yang sesungguhnya.

Setelah dia ditinggalkan oleh kedua orang tuanya karena sebuah musibah, Ros hidup sebatang kara sejak ia masih gadis belia. Ros bertahan hidup dengan cara menjajakan koran atau minuman di pinggiran jalan.

Ros yang punya tekat untuk hidup itupun berhasil melakukan apa yang ia mau meski tidak mudah. Tapi, satu hal yang ia miliki dalam dirinya. Yaitu, kepintaran dan juga semangat yang besar. Kesabaran yang tiada tara.

Entah karena kesabaran itu pulalah, Ros bisa tinggal di rumah mertua selama lebih dari dua tahun. Sedangkan karena kepintarannya itu, Ros bisa menduduki bangku sekolah hingga sampai kejenjang sekolah menengah atas.

Meskipun apa yang ia dapatkan sangatlah tidak mudah untuk ia raih. Tapi Ros tidak pernah mengeluh. Dia juga tidak pernah menanggapi apa yang orang lain katakan tentang dia. Yang ia tahu hanya satu hal, orang lain yang tidak tahu akan perjalanan hidupnya, kenapa harus ia tanggapi.

Begitulah jalan hidup Ros yang sangat berliku. Mungkin, pertemuan antara dirinya dengan Rita adalah takdir baik karena selama ini dia sudah sangat menderita. Mengarungi hidup sendirian tanpa ada tempat untuk berkeluh kesah. Karena itu, yang maha kuasa mempertemukan Ros dengan orang baik seperti Rita.

Pikiran itu membuat Ros tidak ingin menyia-nyiakan pelukan Rita. Dia pun ikut memeluk tubuh perempuan yang baru ia kenali dengan penuh perasaan.

Mereka pun saling merangkul selama beberapa saat. Hingga akhirnya, Rita melonggarkan pelukan, lalu menceritakan bagaimana kejadian sampai mereka bisa bertemu. Rita juga menceritakan prihal hidupnya yang ia anggap malang. Hidup sendirian tanpa ada keluarga yang membuat hari-hari yang ia lalui berwarna.

"Jadi Ros, bagaimana jika kamu tinggal dengan aku saja? Menetap di rumah ini, hidup bersama ku sebagai keluarga. Apa kamu bisa memenuhi permintaan perempuan tua yang kesepian ini, Ros?"

Sesungguhnya, itu adalah permintaan yang agak rumit buat Ros. Di satu sisi, dia merasa tidak enak hati untuk langsung menerima. Karena antara mereka, masih belum terlalu mengenal dengan baik satu sama lain.

Sementara di sisi lain, permintaan mendadak itu sangat membuat Ros bahagia. Karena saat ini, dia sudah tidak punya tempat tinggal untuk berteduh. Ditambah, niat untuk membalas perlakuan mantan keluarga yang selama ini sudah menindas nya secara habis-habisan membuat Ros ingin sekali menerima tawaran yang Rita berikan.

Tapi, kembali lagi ke pikiran yang lain. Dia yang masih tidak mengenal Rita dengan baik, begitu juga sebaliknya. Karena itu dia takut, jika suatu saat nanti, dia akan dibuang lagi. Oleh sebab itu, dia saat ini berada dalam dilema yang akut.

Namun, Rita yang paham akan apa yang Ros rasakan, langsung menyentuh tangan Ros dengan lembut. Tak lupa, bibirnya mengukir senyum manis dengan mata yang menatap ke arah Roslin.

"Ros, jangan ragukan niat baikku. Ingatlah satu hal! Kalau kita tidak akan bertemu jika Tuhan tidak mengizinkan pertemuan ini terjadi. Sementara itu, pertemuan kita ini terjadi karena kita memang sudah ditakdirkan untuk saling mengenal satu sama lain. Jadi, terimalah tawaranku, Ros. Tinggallah bersamaku sampai aku tidak ada lagi di dunia ini kelak."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!