*Episode 3

"Cepat ambil darahnya! Dia gak akan mati jika hanya kalian ambil darah, bukan? Sebaliknya, kekasihku akan meninggalkan jika kalian tidak melakukan tugas kalian dengan baik."

"Tapi tuan .... " Salah satu petugas berucap dengan raut tidak tega.

Hal itu langsung membuat Dewa merasa kesal. "Kalian akan aku tuntut jika terjadi hal yang tidak diinginkan pada kekasihku. Sebaliknya, jika terjadi sesuatu dengan perempuan itu, akulah yang akan bertanggung jawab. Karena dia adalah orang ku."

Begitulah kata-kata Dewa terucap dengan sangat baiknya. Baik pula menusuk hati Ros yang saat ini sedang ada di dalam satu ruangan yang sama dengan Dewa saat ini. Hanya demi seorang kekasih, Dewa begitu tega mengorbankan perempuan yang sangat amat tulus memberikan segala yang ia miliki.

Air mata seakan tidak bisa menitik lagi. Ketika Ros sudah tidak bisa melawan, dia terpaksa hanya pasrah akan apa yang sedang terjadi. Saat para petugas itu menyedot darahnya, hanya pandangan kosong yang ia berikan tanpa berniat melawan.

Sungguh, pukulan berat barusan menyadarkan Ros akan pikiran yang selama ini ia pertahankan. Ketulusan tidak akan terlihat jika orang itu tidak ingin melihat. Cinta yang bertepuk sebelah tangan, sekuat apapun bertepuk juga tidak akan kedengaran.

Ros pun menutup mata rapat-rapat. Cinta yang dia punya untuk Dewa, mendadak musnah tak tersisa hari ini. Cinta yang besar, kini berubah menjadi benci yang dalam. Benci yang mengakibatkan dendam yang membara dalam hati Ros. Yang menciptakan semangat untuk balas dendam akan apa yang sudah dia alami selama ini.

....

"Aku sudah menandatangi surat cerai ini untukmu, Roslin. Sekarang, kamu bebas pergi ke manapun kamu inginkan." Dewa berucap sambil meletakkan selembar kertas di atas nakas yang ada di samping Ros.

Ucapan itu tidak membuat Ros bergeming sedikitpun. Tatapan kosong yang ia perlihatkan tertuju lurus ke depan. Namun, hal itu tidak ditanggapi sedikitpun oleh Dewa. Dia malah mengabaikan ekspresi apapun yang Roslin tunjukkan.

"Oh ya, aku juga sudah menyiapkan kartu ini untukmu," ucap Dewa sambil mengangkat kartu ATM berwarna hijau muda. "Di dalam kartu ini ada uang senilai dua puluh juta. Aku harap itu cukup sebagai tanda balas budi atas apa yang kamu lakukan padaku dan juga pada keluargaku."

Dewa pun meletakkan kartu itu di atas kertas yang sebelumnya dia tarok duluan di atas nakas tersebut. "Selanjutnya, kita tidak ada hubungan lagi. Jadi aku harap, kamu tidak akan pernah muncul dihadapan aku atau keluargaku lagi."

Ucapan itu membuat Ros langsung menggenggam erat sisi ranjangnya. Sesungguhnya, dia ingin sekali memukul Dewa dengan kedua tangannya sendiri. Tapi sayang, itu tidak bisa ia lakukan karena saat ini, dia seakan tidak punya tenaga sedikitpun. Semua itu karena darahnya banyak diambil beberapa waktu yang lalu.

Sementara itu, Dewa yang tidak punya hati, langsung meninggalkan ruangan tersebut. Ros menatap punggung itu dengan seribu rasa benci. Jika ia turut kan kata hati, maka ingin rasanya ia robek punggung itu dengan belati tumpul yang berkarat. Agar si pemilik dari punggung itu tahu bagaimana rasanya sakit karena terluka.

Ros yang kini penuh dengan rasa benci tidak ingin tetap tinggal di rumah sakit lagi. Dia kumpulkan semua kekuatan yang tersisa. Lalu, dengan sedikit kekuatan itu, dia menyeret kaki meninggalkan rumah sakit tersebut.

Ros yang malang hampir pingsan karena kekurangan tenaga saat melangkah. Di tambah dengan hujan yang turun dengan derasnya membuat Ros benar-benar kesulitan saat ini.

Dia pun merasa semakin pusing. Hingga akhirnya, Roslin benar-benar pingsan di pinggiran jalan raya yang sepi.

Tepat di saat itulah, sebuah mobil melintasi jalan raya tersebut. Meskipun jarak pandang sedang terbatas di tengah hujan, si sopir yang saat ini sedang mengemudi mobil dengan hati-hati tanpa sengaja melihat Ros yang sedang terbaring di pinggir jalan.

"Nyonya. Ada perempuan," ucap sopir tersebut sambil menghentikan mobilnya.

"Apa? Perempuan?" Perempuan paruh baya yang di panggil nyonya itupun berusaha melihat ke arah yang sopirnya sedang lihat saat ini.

Saat melihat Ros yang tergeletak, perempuan paruh baya itu langsung berucap tanpa berpikir panjang lagi. "Oh, ya Tuhan. Perempuan itu pingsan Jaka. Cepat bantu dia!"

"Tapi, nyonya. Bagaimana jika dia orang jahat?" Si sopir malah berpikir tentang sebuah kemungkinan saat ini.

Hal itu langsung membuat majikannya menatap kesal. "Jaka. Bagaimana jika dia benar-benar orang yang sangat membutuhkan bantuan kita?"

Karena permintaan majikannya, si sopir pun tidak bisa berkata terlalu banyak. Ia pun langsung menghampiri Ros untuk menolong perempuan malang itu.

Mereka pun membawa Ros ke rumah perempuan paruh baya yang ternyata hanya tinggal bersama para pembantunya saja. Perempuan tua itu adalah wanita kaya yang tidak punya siapa-siapa. Dia tinggal sendirian setelah kematian suami dan anaknya di sebuah kecelakaan fatal.

Namun saat melihat wajah Ros, wanita yang selama ini hidup dalam kesepian itu tiba-tiba merasakan kehangatan. Ros membuat ia merasa kasihan. Karena dengan tubuh yang kurus, Ros terlihat sangat memprihatinkan.

Karena itulah, perempuan tua yang bernama Rita ini berniat untuk menjadikan Ros sebagai cucu angkatnya. Dia akan menjadikan Ros sebagai pewaris satu-satunya yang sah akan semua kekayaan yang ia miliki selama ini.

"Bagaimana keadaanya, Dok?" Rita bertanya pada dokter yang baru saja selesai memeriksa keadaan Ros.

"Keadaannya sudah cukup baik, nyonya. Beruntung nyonya cepat memanggil dokter, karena keadaan perempuan ini sebelumnya sangat memprihatinkan. Dia seperti baru saja kehilangan banyak darah."

Penjelasan dokter membuat Rita terkejut. Dia pun melebarkan matanya sambil menatap lekat wajah Ros yang sedang terlelap dengan indah.

"Apa dia baru saja mengalami kecelakaan, Dok?"

"Bukan, Nyonya. Dia tidak kekurangan darah karena kecelakaan. Tapi, dia sepertinya baru kehilangan darah akibat pendonoran."

"Apa! Pendonoran? Bagaimana mungkin?" Rita terlihat sangat terkejut sekaligus prihatin atas nasib buruk yang sudah Ros alami. Dengan tatapan penuh rasa iba, dia melihat Ros yang kini terbaring lemas di hadapannya.

Semakin merasa kasihan dengan nasib malang yang Ros terima, Rita pun semakin ingin menjadikan Ros sebagai cucunya. Karena itu, dia perintahkan tangan kanan nya untuk menyelidiki siapa Ros sebenarnya. Setelah tahu latar belakang Ros seperti apa, maka Rita bertekad untuk segera mengurus segala yang saat ini ingin ia lakukan.

"Baik, nyonya. Akan saya lakukan perintah nyonya secepatnya."

....

Setelah melewati malam panjang, Ros pun akhirnya sadar dari pingsan keesokan pagi. Keadaan sekeliling yang sangat asing membuat Ros sedikit takut. Dengan memasang kewaspadaan yang tinggi, Ros pun bangun dari baringnya.

"Di mana ini?" Ros berucap sambil memegang kepalanya. Sedikit rasa pusing, tapi itu tidak berarti untuk Ros yang sudah terbiasa dengan yang namanya rasa sakit.

Terpopuler

Comments

Sartini Dimitri Mah

Sartini Dimitri Mah

Dunia halu emang bikin yang baca juga ikutan terhalu halu, lah nemu orang di jalan ga kenal sama sekali langsung di jadikan calon pewaris, 😀😀😀😀

2023-07-14

1

Rahma Inayah

Rahma Inayah

alhamdullih ros ktm orng baik bahkan di angkt sebagi cucu serta di warisi byk harta ..yg akn mengubah hdp ros lbh baik pasti nya akn bls dendam kpd

2023-06-17

3

Nurul Huda

Nurul Huda

untung ada orang baik yang menyelamatkanmu ros

2023-06-16

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!