*Episode 12

Sementara itu, Rahan dan Roslin tetap bersama walau dengan tatapan tajam para wanita. Acara memang masih belum di mulai, tapi para tamu yang akan mengikuti acara tersebut sudah sangat ramai.

Sementara rasa canggung yang Ros rasakan semakin bisa ia kendalikan. Meskipun tatapan para perempuan tidak sedikitpun berkurang. Bahkan, ada bisik-bisik yang juga terdengar sangat jelas di kuping.

"Anak dari keluarga mana sih dia? Beruntung sekali bisa berdampingan dengan tuan muda Brawijaya yang sangat terkenal."

"Iya. Entah nona muda dari mana. Yang jelas, aku baru pertama kali ini melihat dia hadir di pesta seperti ini. Apa jangan-jangan, dia itu bukan anak orang kaya. Melainkan, gadis kampung yang baru muncul."

"Hush! Jaga bicaramu, jangan sampai terdengar oleh tuan muda Rahan. Kamu, bahkan keluargamu akan berada dalam masalah besar. Lagian, mau orang dari mana itu tidaklah penting. Karena kita juga tidak akan pernah bisa berada di samping tuan muda meski berasal dari keluarga ternama. Karena yang bisa mendampingi tuan muda Brawijaya hanyalah orang yang ia pilih sendiri. Bukan karena pilihan orang lain atau karena datang dari keluarga ternama."

"Benar. Jika perempuan itu pilihan seseorang, maka nona muda Winsty lah yang akan menjadi pendamping tuan muda Rahan saat ini. Bukan perempuan itu."

Seperti itulah omongan para perempuan yang berusaha Ros abaikan. Tapi nyatanya, Ros mendengar omongan itu dengan sangat baik. Meskipun dia ingin mengabaikan apa yang mereka katakan, tapi hatinya tetap merasa tidak nyaman dengan semua itu.

Sementara Rahan yang sebelumnya bicara dengan seseorang, kini sudah kembali ke sisi Ros lagi. Seiring kembalinya Rahan, maka tertutup pula mulut para perempuan yang sebelumnya sibuk membicarakan Rahan.

"Ah, Ros. Maaf jika aku mengabaikan mu barusan. Ada hal mendesak yang harus aku bicarakan tadi. Mm ... kamu gak papa kan sekarang? Apa ada yang menganggu kamu selama aku tidak ada di sampingmu?" Rahan berucap dengan lembut membuat Ros merasa tidak enak hati untuk menceritakan apa yang ia rasakan saat ini.

Karena itu, Ros memilih tersenyum kecil saja sekarang sebelum mengatakan sesuatu pada Rahan. "Tidak ada. Jangan cemaskan aku. Karena aku bukan perempuan yang lemah. Jika hanya ucapan saja, tidak akan bisa menganggu diriku."

Rahan pun menatap Ros yang saat ini sedang berada di sampingnya. "Kamu merasa tidak nyaman dengan tatapan orang-orang ya?"

"Tidak. Ah, kalau pun iya, harus bagaimana lagi? Mereka punya mata. Karena itu, mereka punya hak untuk melihat apa saja yang ingin mereka lihat."

"Mm ... jawaban yang sangat bagus. Jawaban itu membuat aku merasa sangat salut akan dirimu yang saat ini. Jauh lebih baik dari kamu yang sebelum turun dari mobil tadi."

"Ah, lupakan hal itu. Kamu tahu, aku merasa sedikit tidak beruntung karena telah bersedia menerima permintaan oma untuk berpasangan dengan kamu." Perkataan itu mampu Ros lepaskan karena saat ini, mereka sudah tidak berada di tengah-tengah keramaian lagi.

Sebelumnya, mereka bicara sambil berjalan meninggalkan aula utama dari gedung tersebut. Sedangkan kini, mereka sudah tiba di sebuah ruangan yang tidak semua orang bisa memasukinya. Karena itu, di sini terlihat cukup sepi.

"Lho, kenapa? Harusnya kamu merasa sangat beruntung dong, Ros. Karena apa? Ya karena sangat banyak yang ingin berada di posisi kamu saat ini. Kamu gak lihat semua tatapan itu?"

"Siapa bilang aku tidak melihatnya? Karena tatapan itu aku merasa kurang beruntung saat ini. Karena aku berada di samping pria yang sangat terkenal. Jadi aku merasa seperti aku siap dimangsa oleh mereka kapan saja."

Rahan pun langsung terkekeh dengan ucapan itu. Tawa kecil yang tiba-tiba lepas dari bibir seksi milik Rahan saat dia hanya bersama dengan Ros membuat Ros seperti dibius saja. Mendadak, tubuhnya terasa membeku.

'Tawa ini ... aku merasa seperti langsung melihat dua orang yang berbeda sekarang. Padahal, baru saja beberapa menit yang lalu dia bersikap layaknya Rahan yang dingin dan sangat disegani. Tapi setelah hanya ada dia dan aku, dia malah bisa kembali hangat.'

'Oh Tuhan .... Jika para wanita itu melihat hal ini, mungkin mereka akan langsung memakan aku bulat-bulat kali ya?'

Ros yang sibuk dengan pikirannya itu membuat Rahan menatap lekat wajah Ros. Sebuah sentuhan pun ia berikan agar perempuan itu bisa sadar dari lamunannya.

"Lagi-lagi kamu melamun. Apa aku terlalu tampan buat kamu kagumi sekarang?"

"Eh ... dasar tuan muda yang terlalu percaya diri. Aku tidak memikirkan dirimu, tau? Aku hanya .... "

"Hanya sedang mengangumi aku dalam diam. Iya, kan?"

Ros pun hanya bisa memasang wajah kesal saja. Dia tidak berniat untuk membalas ucapan Rahan. Karena pria ini semakin menyebalkan jika diajak berdebat.

'Ya Tuhan ... kenapa dia begitu pecicilan saat bersama aku? Jika saja sikap ini ia tunjukkan di depan umum. Maka aku yakin, para wanita itu pasti akan langsung mengejarnya. Huh .... '

Beberapa waktu kemudian, seorang penjaga datang menemui Rahan. Penjaga itu mengatakan ada hal yang harus Rahan lihat. Karena gedung ini adalah gedung milik keluarga Brawijaya, jadi si penjaga tentu harus membicarakan apapun pada si pemiliknya jika ada masalah yang terjadi.

Mau tidak mau, Rahan pun terpaksa pergi. Bukan sebagai pemilik gedung dia pergi kali ini. Melainkan, karena oma Rita yang akan mengadakan pesta di sini. Karena dia tidak ingin tamu yang datang hari ini menganggap remeh oma Rita. Karena itu dia yang bertanggung jawab penuh atas semuanya.

Setelah berpamitan dengan Ros, Rahan pun meninggalkan Ros sendirian di ruangan tersebut. Tak lupa, keamanan Ros sudah dia titipkan dengan penjaga agar Ros tetap baik-baik saja selama ia tidak ada.

Sementara Ros sendiri tidak keberatan sedikitpun. Untuk mengisi waktu sebelum acara mulai, Ros pun langsung mengutak-atik ponselnya setelah kepergian Rahan dari ruangan tersebut.

Kebetulan yang tak bisa dielakkan. Entah itu sengaja kebetulan yang terjadi, atau sudah direncanakan. Setelah kepergian Rahan, Eva pun langsung datang ke ruangan tersebut.

Ruangan ini memang tidak bisa sembarang orang memasuki. Tapi Eva adalah tunangan dari Dewa yang kini memiliki jabatan penting di perusahaan cabang Brawijaya grup. Karena itu, Eva bisa menyusup masuk ke lantai atas, bahkan berkeliaran di sekitar tempat tersebut.

Melihat Ros yang sudah sendirian, Eva pun tak ingin tinggal diam. Dia datangi Ros dengan wajah kesal yang terlihat sangat nyata.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!