Sekarang mereka telah berada di pesta anniversary pak Budin, Nana lalu tersenyum senang akhirnya ia bisa menghadiri sebuah pesta meriah seperti sekarang ini.
Pak Budin kemudian melihat keduanya bersama dengan sang istri dan juga kedua putrinya yang manis.
"Hahahaha... Mah, ini dia tuan Dewa yang selama ini papa kagumi. Akhirnya beliau mau juga datang kemari".
Istrinya Budin langsung memberikan salam kepada Dewa dengan senyum indah. "Senang bertemu dengan mu tuan Dewa".
"Terima kasih" balas Dewa.
"Oh iya, dan ini kedua putri saya. Ayo nak, beri salam kepada beliau" ucap Budin.
Kedua gadis cantik itu langsung menyapa Dewa, "Hallo tuan Dewa! Perkenalkan nama ku Lily, aku baru saja lulus kuliah dan sekarang ini aku sedang merintis karir di bagian kuliner".
"Luas biasa" Dewa memuji dengan senyuman.
"Kalau aku Marsya tuan Dewa, aku baru saja memasuki kuliah semester 6, dan aku mengambil jurusan di bidang perbankan. Senang bertemu dengan mu".
"Terima kasih, senang bertemu dengan mu juga" balas Dewa.
Lalu pak Budin membawa Dewa menemui rekan-rekannya yang lain, disana mereka saling berkenalan satu sama lain hingga akhirnya Nana sedikit merasa bosan mendengar percakapan itu. Ia pun berjalan pergi meninggalkan mereka mencari sesuatu yang bisa ia makan.
"Hay! Kamu sekretaris ya tuan Dewa yah?" Lily bertanya dari belakang Nana.
Nana tersenyum, "Iya".
"Cantik sekali".
"Ya?".
"Kamu cantik sekali. Apa kamu sudah menikah? Atau kamu memiliki kekasih atau tunangan?".
Nana mengeleng kepala, "Tidak, aku belum menikah".
"Benarkah?".
"Ya".
"Terus bagaimana dengan Dewa? Apa dia sudah menikah? Kekasih? Tunangan? Atau yang lainnya".
Nana mengernyitkan dahi, setelah itu ia tersenyum menjawab kalau Dewa belum menikah, kekasih dan juga tunangan. Kemudian Lily tersenyum senang, dan senyuman itu membuat Nana curiga kalau Lily seperti yang ia lihat sedang jatuh cinta terhadapnya.
"Kamu menyukai dia?".
Lily menjawab iya, "Mmmm, aku sangat menyukainya. Bisakah kamu memberikan nomor ponsel dia kepada ku?" Lily sembari mengeluarkan ponselnya. "Inih".
Nana tidak menjawab, ia malah dibuat kesal dengan wanita yang berada di hadapannya itu kenapa dia harus jatuh cinta kepada Dewa. Padahal dia begitu sangat cantik, anggun, berpendidikan dan juga berada dari keluarga kaya. Tapi kenapa harus Dewa yang dia cintai? Tidak bisakah dia mencintai pria lain, pria yang jauh lebih tampan dan kaya dari Dewa.
"Kenapa kamu jadi diam? Ayo berikan nomor ponselnya".
"Maaf!" Nana tersenyum menolak. "Aku tidak bisa memberikan nomor ponsel beliau kepada siapapun sebelum kamu izin kepadanya. Itu sudah menjadi kewajiban ku untuk menjaga privasi atasan".
"Benarkah kamu tidak mau memberikan nomor ponselnya?".
"Ya".
"Baiklah kalau begitu, terima kasih" Lily pergi meninggalkan Nana dengan wajah kesal. Sedangkan Nana juga merasakan hal yang sama dengannya, ia tidak akan pernah memberikan nomor Dewa kepada siapapun kecuali Dewa sendiri yang akan memberikan kepada orang lain.
"Ck, kenapa Dewa harus jadi rebutan wanita-wanita cantik sih? Jika seperti ini, peluang aku untuk mendapatkan Dewa semakin menipis" Nana menerima segelas minuman anggur merah, ia lalu meneguknya dengan sekali tegukan saja. "Akh, ini sangat nikmat sekali" setelah itu Nana mencari cemilan yang bisa ia makan, namun saat ia sedang mencari cemilan tersebut, ia malah bertemu dengan Marsya membuat ia terpaksa berhenti.
"Hay, kamu masih mengingat ku kan?" wanita itu tersenyum manis membuat Nana iri hanya dengan melihat senyumannya saja. "Nama ku Marsya, seneng berkenalan dengan mu".
Nana membalas tangan Marsya, "Iya, senang juga berkenalan dengan mu nona cantik. Nama ku Nana, aku sekretaris ya tuan Dewa".
"Hehehehe... Aku sudah yakin kalau kamu pasti sekretarisnya Dewa".
"Iya".
"Terus, apa kamu sudah lama bekerja sama dengannya? Kalian terlihat begitu sangat dekat".
"Tidak! Hanya baru beberapa minggu saja".
"Wah" Marsya sedikit kagum. "Luas biasa dong kalau begitu, aku senang melihatnya. Terus, apa dia memilih kekasih?".
"Hhhmm... Lagi-lagi mereka bertanya itu" batin Nana jengkel. "Iya, beliau sudah memiliki kekasih dan kekasihnya itu begitu sangat cantik bagikan putri kerajaan".
"Benarkah? Benarkah dia sudah memiliki kekasih?".
"Mmmmm, kalau tidak salah mereka akan segera bertunangan dan secepat mungkin akan melangsungkan pernikahan" jawab Nana dengan sangat yakin. "Tapi kenapa nona Marsya bertanya seperti itu dan seperti yang aku lihat nona Marsya seperti sedang kecewa".
"Hhhmm" kesal Marsya. "Aku pikir dia masih sendiri, tapi nyatanya dia sudah memiliki kekasih dan kekasihnya itu seperti yang baru saja kamu katakan dia sangat cantik bagaikan putri kerajaan. Pasti dia anak orang kaya yah?".
"Iya, dia putri orang yang begitu sangat berpengaruh di Indonesia".
"Kalau begitu, bisakah kamu menunjukkan orangnya seperti apa? Aku sangat penasaran sekali".
Nana terbengong, ia tidak tau harus menunjukkan wajah siapa karna yang sebenarnya ia berbohong kepada gadis mungil itu.
"Kenapa?".
"Hahahaha... Tidak! Tidak apa-apa. Tapi maaf, aku tidak bisa menunjukkan wajahnya kepada mu karna kekasihnya itu tidak suka kalau orang lain mengambil gambarnya. Kalau tidak, dia akan marah besar dan bisa saja dia malah melaporkan kita".
"Wah, itu sangat menakutkan sekali".
"Iya, karna itu aku hanya melihatnya dari kejauhan saja. Lalu kamu juga belum memiliki kekasih?".
"Hehehehe" Marsya tertawa cengengesan. "Sebenernya sih aku sudah memiliki kekasih, hanya saja aku ingin memiliki kekasih seperti Dewa. Dia tampan, tinggi, memiliki tubuh yang begitu sangat aku sukai dan juga dia pria berwibawa yang pernah aku temui. Karna itu aku sangat tertarik sekali kepadanya, tapi sayangnya dia malah sudah memiliki kekasih dan sebentar lagi mereka akan bertunangan hhhmmmm".
"Hey, harusnya kamu tidak boleh seperti itu. Mau bagaimana pun kamu harus menghargai kekasihmu dan berjuang untuknya. Kan kamu tidak bisa tau bagaimana nantinya kekasih mu saat kalian berdua sudah lulus nanti. Bisa-bisa dia yang akan lebih gagah dari Dewa. Kamu yakin masih ingin bermain-main dengannya?".
Marsya terdiam memikirkan perkataan Nana seperti masuk diakal olehnya.
"Iya juga yah" ia tertawa menepuk lengan Nana. "Astaga! Bagaimana bisa aku malah berpikir seperti itu? Dasar bodoh! Aku benar-benar sudah bodoh hehehehe.. Semoga saja kekasih ku tidak mendengar ini padahal dia ada disini juga".
"Nah, lain kali jangan seperti itu lagi. Kasihan dia dikhianati sama orang yang begitu sangat dia cintai".
"Benar, kamu memang luar biasa bisa menyadarkan aku. Kalau begitu aku pergi dulu yah mencarinya dan silahkan nikmati semua makanan yang ada di pesta ini".
"Iya, terima kasih".
"Tidak! Aku yang harus berterima kasih" Marsya lalu pergi meninggalkan Nana mencari keberadaan kekasihnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments