Bab 11

Beberapa menit lamanya Nana termenung sambil memikirkan perkataan Tania tadi, ia mulai merasakan pegal pada kedua kakinya. Lalu Nana mencari kursi dan ia melihat kursi yang kosong ada di depan si bartender.

"Selamat datang!" si bartender tersenyum ramah kepadanya. "Mau minum apa?".

Nana kemudian melihat daftar meminum tersebut dan juga harga yang tertera disana.

"Aku mau alkohol, tolong berikan 1 gelas".

"Baiklah" si bartender segera membuatnya dan Nana kembali asik memikirkan perkataan Tania yang sampai sekarang belum bisa ia temukan jawaban yang tepat. Setelah itu Nana melihat si pria yang berada di hadapannya itu, dengan senyum mengembang Nana mencoba bersikap akrab kepada.

"Permisi! Boleh aku bertanya kepada mu?".

Si bartender mengangguk memberikan gelas alkohol Nana di hadapannya. "Silahkan".

"Terima kasih. Kalau begitu, apakah kamu mengenal pria ini?" Nana menunjukkan layar ponsel itu kembali kepada pria itu. "Kamu mengenalnya?" Namun si bartender sama sekali tidak menunjukkan ekspresi kaget atau pun lainnya, wajahnya terlihat biasa saja. "Kamu diam saja? Kamu mengenalnya atau tidak?".

"Tidak! Saya tidak mengenalnya" jawab si pria itu tersenyum.

"Benarkah? Kamu yakin benar-benar tidak mengenalnya? Atau kamu... Hhmmsss, baiklah kalau kamu tidak mengenalnya. Terima kasih sudah menjawab pertanyaan ku".

Nana menyambar gelas alkohol yang diberikan si pria tersebut, lalu meminumnya sambil melihat sana kemari masih berharap kalau ia akan melihat sang Dewa menari di bawah sana. Tetapi ia tidak bisa menemukannya dan itu membuat Nana merasa kasihan kepada dirinya sendiri segitu pentingkah Dewa untuk dirinya sampai-sampai ia datang ketempat seperti ini.

Nana kembali meneguk alkoholnya sampai gelas itu kosong. Kemudian meminta kepada si pria itu lagi dan langsung meminumnya sampai gelasnya benar-benar kosong dan ia mulai merasa pusing tetapi ia meminta lagi kepada si bartender.

"Sekarang sudah jam 12 malam, dan aku malah berada disini menikmati alkohol ini hahahhaha.. Bodoh sekali" Nana melihat si bartender sambil menunjukkan gigi ratanya dengan tawa kecil. "Kamu tau kenapa aku bisa berada disini? Itu semua karna dia dan karna dialah aku merasakan cinta yang dulu sudah aku kubur dalam-dalam, akhirnya muncul kembali. Tetapi lihatlah apa yang Dewa lakukan kepada ku? Dia malah... Dia malah.. Akh, aku tidak tau harus mengatakan apa! Aku tidak tau sebenernya dia itu suka kepada ku atau tidak. Ini semua membuat aku bingung".

Nana menunjukkan ekspresi wajah kesedihan, "Tolong berikan alkohol itu kembali kepada ku. Malam ini aku ingin mabuk dan melupakan segalanya sampai aku benar-benar tidak bisa mengingatnya lagi hahahaha".

Tanpa menolak permintaan Nana, si pria itu tetap menuang alkohol tersebut di dalam gelasnya sampai penuh.

"Terima kasih! Terima kasih sudah mengerti perasaan ku saat ini" dengan sekali tegukan lagi Nama kembali menghabiskan alkohol dalam gelasnya. Dan sekarang ia sudah mulai merasa semakin pusing, tetapi ia merasa nikmat, nikmat yang tiada duanya.

"Oh iya, boleh aku bertanya lagi?" Nana mengangkat wajahnya dengan pipi memerah dan berharap kalau si pria itu akan menjawab pertanyaannya.

"Silahkan!" jawab si bartender.

"Kamu memiliki kekasih?".

Si pria itu terdiam.

"Atau kamu sudah menikah? Tunangan? Atau yang lainnya".

Lagi-lagi si pria terdiam.

"Ada apa? Kenapa kamu tidak menjawab ku? Apa pertanyaan ku tidak jelas atau... Atau.. Akh" Nana menyentuh kepalanya. "Kepala ku terasa sangat pusing sekali" lalu melihat si pria kembali. "Maaf, kepala ku tiba-tiba terasa pusing. Tapi tidak usah khawatir, aku baik-baik saja. Sekarang jawablah pertanyaan ku, kenapa kamu jadi diam seperti itu?".

Si pria bartender itu tetap tidak bersedia menjawab pertanyaan Nana, hingga akhirnya ia pergi dari sana dan Nana dibuat semakin kebingungan apakah dia baru saja menyinggung perasaannya.

"Astaga! Apakah dia marah kepada ku? Kalau dia marah kepada ku harusnya aku minta maaf kepadanya dan bukan malah duduk seperti ini. Ck, tapi harusnya dia memberitahu ku juga agar aku tidak berlebihan".

Ia lalu berusaha bangkit berdiri hendak mengejar si bartender tersebut, namun rasa pusing yang ia rasakan saat ini membuat ia tidak bisa bergerak dari sana dan malah membuat ia terjatuh dari atas kursi. Kemudian Nana tertawa mengejek dirinya sendiri seperti orang yang tidak waras.

"Aku sudah gila, aku benar-benar sudah gila hahahaha.. Lihatlah apa yang aku lakukan sekarang ini hahahaha. Konyol, tapi ini semua karna Dewa juga, dia yang sudah membuat ku seperti ini" tanpa ia sadari, ia meneteskan air mata. "Dan sekarang aku tidak tau dia dimana? Aku tidak tau apa yang sedang dia lakukan? Apakah dia sedang bersama dengan wanita lain atau.. Aaarrrkkkhh hiks.. hiks.. Akhirnya aku merasakan ini kembali setelah beberapa tahun lamanya aku mengunci perasaan ku hiks.. Hiks...".

Dan si pria bartender itu datang kembali, ia melihat Nana tergeletak diatas lantai dengan air mata mengalir dari kedua pipinya.

"Apa yang sedang kamu lakukan disini?".

Nana pun langsung melihatnya dengan senyum tipis, lalu menghapus air matanya sembari meminta pertolongan dari si bartender agar ia bisa berdiri duduk diatas kursi itu lagi.

"Terima kasih!" Nana tersenyum kembali. "Kamu habis dari mana? Apa kamu merasa tersinggung dengan pertanyaan ku tadi? Kalau kamu merasa tersinggung, aku minta maaf dan aku tidak bermaksud membuat kamu terluka seperti itu".

"Tidak, saya tidak sedang marah atau tersinggung mengenai pertanyaan nona tadi".

"Benarkah? Tapi kenapa kamu langsung pergi begitu saja tanpa sepatah dua kata. Aku kan jadi merasa tidak enak".

Si bartender diam, ia terlihat malah melayani Nana yang sedari tadi tidak ada habisnya bicara dengannya yang membuat ia bosan.

"Hhhmmss... Lagi-lagi kamu diam. Baiklah, kalau begitu begitu aku akan diam karna sudah jelas terlihat dari wajah mu dan terima kasih untuk minumnya" Nana mengeluarkan beberapa lembar uang merah. "Ini untuk bayarnya, aku harus segera pulang".

Melihat Nana pergi begitu saja, si bartender hanya diam sembari tersenyum tipis menerima uang yang Nana berikan kepadanya, hingga punggung itu tidak terlihat lagi.

"Kamu sedang melihat siapa?" Tania tiba-tiba muncul di belakang si bartender membuat ia sedikit terkejut memutar tubuhnya menghadap Tania. "Kamu sedang melihat siapa?".

"Tidak, aku tidak melihat siapa-siapa".

"Benarkah?".

"Mmmm".

"Tapi tidak mungkin arah pandangan mata mu selalu tertuju kesana kalau bukan...

"Ada apa? Aku sedang sibuk, tidakkah kamu punya pekerjaan lain? Tolong jangan menganggu ku".

Mendengar hal itu, Tania dibuat sedikit tersinggung. "Apa? Kamu mengusir ku?".

"Tidak, aku hanya sedang tidak ingin di ganggu. Maaf".

Tidak bersedia membalasnya lagi, dengan kesal Tania langsung pergi meninggalkannya dengan penuh kekesalan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!