Pagi harinya Nana membuka mata, ia merasakan sekujur tubuhnya begitu sangat sakit membuat ia tidak bisa bergerak dari atas tempat tidur.
Kemudian Nana mengalihkan seluruh arah pandangan mata, ia menebak kalau Dewa sudah pergi meninggalkannya.
Tidak lama setelah itu, Nana bangkit berdiri, karna mau bagaimana pun ia harus tetap bekerja untuk bisa bertahan hidup.
Hingga ia selesai membersihkan tubuhnya, lalu menatap pantulan dirinya di depan cermin sudah terlihat begitu sangat rapi.
"Berpenampilan seperti ini aku rasa sudah cukup. Kini saatnya aku harus berangkat, jika tidak aku bisa terlambat dan ini masih hari pertama ku".
Nana langsung berangkat menuju perusahaan, namun saat ia tiba di halte, ia sedikit dibuat kebingungan mencari bus tujuan mana yang harus ia naikin. Lalu seorang paruh baya bertanya, "Cantik sekali kamu nak. Mau kemana?".
Nana tersenyum, "Ketepatan sekali saya kurang tau bus mana yang harus saya naiki menuju jalan xx. Boleh ibu memberitahu saya?".
Si wanita paruh baya langsung menunjuk bus yang akan Nana naiki, "Kamu kerja dimana nak?".
"Saya kerja di perusahaan xx Bu".
Ia terkejut, "Benarkah?".
"Iya Bu" balas Nana dengan senyuman itu lagi.
"Wah, beruntung sekali kamu nak bisa bekerja di perusahaan sebesar itu" si wanita paruh baya terkagum-kagum. "Anak ibu juga kemarin sempat bekerja disana, tapi...
"Tapi kenapa Bu?".
"Ibu juga kurang tau ceritanya seperti apa. Tapi anak ibu tiba-tiba dipecat sampai sekarang ini dia belum mendapat pekerjaan. Lalu bagaimana dengan mu nak? Apa kamu sudah lama bekerja disana?".
"Ini baru hari pertama aku bekerja disana Bu, karna itu jangan sampai saya terlambat".
"Benar, pergilah itu bus kamu sudah datang".
"Iya Bu, terima kasih banyak".
Nana pun segera naik ke dalam bus pergi meninggalkan si wanita paruh baya tersebut. Hingga ia tiba disana dengan senyum mengembang di wajahnya.
"Wah, ternyata dia sangat kaya sekali. Beruntung sekali dia meskipun ia sudah ditinggalkan kedua orang tuanya".
Tidak berlama-lama lagi, Nana masuk ke dalam perusahaan sembari mengingat lantai ruangan Dewa yang berada di lantai 25.
"Permisi!" Nana menghentikan salah satu karyawan. "Maaf, ruangan tuan Dewa ada dimana?".
"Disebelah sana" jawabannya.
"Terima kasih yah" Nana lalu mendekati ruangan tersebut, dan benar sekali seperti yang tadi karyawan itu katakan. Ia langsung melihat Dewa tiba disana bersama dengan seorang wanita yang tidak Nana tau siapa wanita tersebut. Namun wanita itu terlihat begitu sangat dekat dengannya sehingga Nana menebak kalau wanita itu seperti kekasih Dewa saja.
"Selamat pagi tuan" dengan ramah Nana menyapa duluan.
Dewa kemudian melihat kepadanya, "Oh, kamu sudah datang?".
"Iya tuan, saya baru saja tiba disini".
"Benarkah?".
"Iya tuan".
Dewa melihat wanita yang berada disebelahnya itu, lalu membisikkan sesuatu yang tidak boleh Nana dengar, setelah itu si wanita tersebut pergi meninggalkan mereka berdua.
"Tuan, apakah meja yang berada di ujung sana adalah meja kerja saya?".
Dewa melihat kearah pandangan mata Nana dengan kedua tangan berada di dalam kantong celana miliknya.
"Benar, mulai hari ini meja itu menjadi meja kerja mu. Aku rasa kamu menyukainya".
Dengan senang hati Nana mengangguk, "Iya tuan, saya sangat menyukainya" Namun saat Nana hendak mengucapkan terima kasih banyak, Dewa tiba-tiba pergi meninggalkannya dan memilih masuk begitu saja ke dalam ruangannya dan itu membuat Nana merasa heran ada apa dengan bosnya itu setelah apa yang sudah mereka lakukan semalam.
"Ada apa dengannya? Kenapa dia tiba-tiba terlihat seperti tidak menyukai ku lagi?".
Beberapa menit berlalu, Nana tidak ingin ambil pusing, Nana pun akhirnya berjalan kearah meja kerjanya menaruh tas yang ia bawa diatas kursi.
"Bagus sekali" lagi-lagi Nana tersenyum senang. "Baru kali ini aku bisa mendapatkan pekerjaan mewah seperti ini. Semoga saja kedepannya jauh lebih baik" Nana mendudukkan diri, ia melihat meja kerjanya telah di lengkapi oleh perusahaan sesuai dengan kebutuhan yang dia inginkan. "Sekarang tinggal menunggu pekerjaan apa yang akan dia berikan kepada ku".
Sambil menunggu, Nana melihat samping kiri kanannya semua karyawan telah sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, sedangkan ia belum sama sekali mengerjakan apa-apa setelah ia tiba disana. Hingga beberapa menit lamanya, Nana melihat wanita yang tadi datang bersama dengan Dewa berjalan mendekati meja kerjanya membawa beberapa berkas diatas tangannya.
"Ada yang bisa saya bantu mbak?" tanya Nana sopan.
"Panggil Dela saja" ucap si wanita itu menaruh semua berkas-berkas tersebut diatas meja kerja Nana. "Sebelumnya kamu bekerja dimana? Saya harap kamu tidak terkejut melihat berkas sebanyak ini. Kamu bisa menyelesaikan sampai jam pulang nanti?" Dela melihat jam tangannya. "Ini masih jam 8 lewat 40 menit".
Nana mengangguk, "Semoga saja mbak".
"Baiklah kalau begitu, silahkan kerjakan dari sekarang" Dela masuk ke dalam ruangan Dewa. Lalu ia melihat Dewa tengah sibuk dengan pekerjaannya membuat ia berpikir kalau ia akan sedikit menggoda sang Dewa dengan cara memeluknya dari belakang dan memberikan beberapa ciuman di lehernya.
Merasakan hal tersebut, Dewa langsung tersenyum menyeringai menghentikan pekerjaannya membawa Dela ke atas pangkuannya.
"Kamu sedang menggoda ku?".
Dela menyentuh pipi kanan sang Dewa, "Apa menurut mu aku sedang menggoda mu Dewa?".
Dewa menaikkan sebelah alis matanya, "Aku rasa begitu".
"Kalau begitu, bisakah kita memulainya... Aaarrrkkkhh" des*Han Dela membuat Dewa semakin leluasa meraba seluruh anggota tubuh Dela dengan penuh nikmat. "Aaakkhh.. Aku menyukainya Dewa, ayo teruskan Dewa, aku benar-benar sangat menyukainya".
Dewa lalu membawa Dela diatas meja, ia melihat anggota tubuh Dela kini sudah terlihat polos dan itu sangat Dewa sukai.
"Ayo lakukan Dewa, aku sudah tidak tahan lagi aaakkhh.. aaakkhh... Ayo Dewa lakukan".
Tidak menunggu lama, Dewa pun langsung menuruti permintaan Dela seperti yang baru saja ia katakan kalau Dela saat ini sedang berada di bawah hawa nafsu.
"Aaarrrkkkhh... Aaarrrkkkhh... Dewa, ini sangat nikmat sekali Dewa aaakkhh.. aakkhhh.. Lagi Dewa, lalukan lebih kencang lagi Dewa aaarrrkkkhh... aarrkkhhh... Dewa".
Hingga akhirnya mereka berdua selesai, Dela lalu tersenyum senang mencium bibir ranum Dewa sambil berkata. "Terima kasih selalu membuat ku puas Dewa".
"Benarkah?" Dewa memakai pakaiannya. Lalu mendudukkan diri kembali diatas kursi kebesarannya.
"Benar, karna itu aku mulai menyukai mu Dewa" Dela lagi-lagi tersenyum manis menggoda sang Dewa. "Bagaimana kalau kita berkencan saja Dewa? Kamu tau sendiri kalau kita berdua sama-sama menikmati permainan ini".
Dewa tidak menjawab, ia malah melanjutkan pekerjaan yang sempat ia tunda.
"Kenapa Dewa? Kamu terlihat...
Tok... Tok...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Eros Hariyadi
Dilanjuutt Thor 😝😄💪👍🙏
2023-11-19
0
Kucing Ireng
kelakuan dewa mirip kambing jantan suamiku.
2023-11-05
3
Semangat thour 😁😁
2023-07-18
0