"Masuk" jawab Dewa melihat ke ambang pintu kalau orang yang baru saja mengetuk pintu ruangannya itu adalah Nana.
"Ada apa?" wajah Dewa terlihat datar.
Nana lalu tersenyum berjalan mendekati meja kerjanya melihat Dela juga masih berada disana.
"Maaf sudah mengganggu waktunya tuan, disini saya mau..." Nana menggantung perkataannya melihat cairan putih tersebut berada diatas meja Dewa membuat keduanya langsung menyadari akan hal itu.
"Yah, kamu itu sebenarnya mau apa datang kemari?" suara Dela terdengar sedikit membentak Nana yang tengah memperhatikan cairan putih tersebut, sedangkan Dewa sama sekali tidak peduli, ia malah terlihat biasa saja seperti tidak ada sesuatu terjadi di dalam sana.
"Aaakkhh, maaf. Saya kemari ingin bertanya bagaimana...
"Apa itu?" Dewa menarik berkas yang berada di genggaman tangan Nana. "Katakan, apa yang ingin kamu tanyakan".
Nana tersenyum senang, lalu Dela keluar dari dalam ruangan Dewa pergi meninggalkan mereka.
"Itu tuan, di bagian ini saya kurang paham apa yang harus saya lakukan untuk..." lagi-lagi Nana berhenti saat bola mata mereka bertemu hingga jantung Nana berdetak tak karuan. "Ya Tuhan, ada apa dengan ku? Kenapa jantung ku berdetak seperti ini?" ucapnya dalam hati.
Namun sang Dewa yang langsung menyadari akan hal itu, ia malah tersenyum manis seperti sedang menggoda Nana membuat kedua pipi Nana merona tanpa ia sadari.
"Tunggu sebentar" ucap Dewa mencoba menyentuh pipi kanannya. Tetapi Nana malah menghindar agar sesuatu yang tidak ia inginkan terjadi. "Kamu baik-baik saja?".
"Ya, saya baik-baik saja tuan" jawab Nana mencoba menenangkan jiwanya. "Kalau begitu, saya permisi dulu tuan".
"Ada apa?" Dewa malah menahan pergelangan tangan Nana hingga Nana tidak jadi pergi dan malah wajah keduanya semakin dekat sampai-sampai Nana bisa merasakan setiap hembusan nafas sang Dewa.
"Aaarrrkkkhh tidak! Tidak! Kesalahan itu tidak boleh terjadi lagi" Nana berteriak dalam hati sambil berpikir bagaimana caranya ia bisa pergi sekarang juga dari dalam ruangan tersebut.
Tetapi, Dewa malah bangkit berdiri meninggalkan kursi kebesarannya mendekati nama hingga jarak diantara keduanya semakin sangat dekat.
"A-apa yang sedang tuan Dewa lakukan?".
Dewa tersenyum, "Menurut mu?".
"Tidak! Jangan lakukan itu tuan, aku tidak mau...
Sang Dewa tertawa dan itu membuat Nana langsung terdiam sembari menatap Dewa tertawa begitu sangat tampan.
"Dia sangat tampan sekali" tanpa sadar kata-kata itu keluar dari bibir Nana. Namun segera ia sadari menarik kata-kata itu kembali, tetapi Dewa tidak peduli, ia malah dengan beraninya mencium bibir ranum Nana dengan lembut sehingga keduanya sempat menikmati akan hal tersebut kalau saja Nana tidak menghentikan Dewa.
"Tidak tuan! Maaf, saya harus pergi".
Tetapi usaha Nana gagal lagi, Dewa lalu membawa tubuh Nana diatas sofa dan menjatuhkannya sampai membuat Nana sedikit menjerit kesakitan.
"Ti-tidak! Aku mohon jangan lakukan itu tuan aaakkhh" dengan lembut Dewa mencium leher jenjang Nana sampai membuat ia mendes*h seperti wanita yang pernah Dewa setubuhi hingga akhirnya Nana hanya bisa pasrah dengan apa yang akan Dewa lakukan kepadanya.
Hingga beberapa menit lamanya, tanpa Nana sadari sekarang tubuhnya tidak dibaluti sehelai benangpun.
"Kamu menyukainya?" Dewa tersenyum menggoda. "Katakan kalau kamu menyukai setiap sentuhan ku".
Dan dengan bodohnya, Nana malah mengangguk kalau ia begitu sangat menikmati setiap sentuhan Dewa hingga ia tidak bisa berkata apa-apa untuk menolak ajakan Dewa.
.
Sore harinya Nana harus kembali pulang, tetapi pekerjaan yang tadi Dela berikan kepadanya belum bisa ia selesaikan karena ulah Dewa yang mengajaknya bercinta sampai 3 kali banyaknya sampai ia benar-benar merasa puas. Dan sekarang Nana semakin merasakan sakit di bagian kewanitaannya membuat ia tidak bisa bergerak dari atas kursinya.
"Lalu bagaimana aku pulang? Ini sudah jam 6 sore lewat 30 menit" Nana melihat sekelilingnya. "Para karyawan lainnya juga sudah pulang, sedangkan aku masih ada disini".
Kemudian Nana melirik kearah pintu ruangan Dewa, ia penasaran sedang apa pria itu sekarang dan kenapa Dewa belum pulang juga padahal ini sudah sangat sore.
"Hey, kamu!" Dela memanggil dirinya. "Bagaimana? Apa kamu sudah menyelesaikan pekerjaan yang tadi aku berikan kepada mu?".
Dengan penuh penyesalan Nana mengeleng kepala, "Maaf mbak, saya tidak bisa menyelesaikan ini semua dengan tepat waktu. Tolong berikan saya waktu sampai besok jam 12 siang. Saya mohon".
Dela lalu mendengus kesal mendengar suara pintu ruangan Dewa terbuka membuat ia segera melihat kebelakang.
"Dewa?" ia sedikit berlari mendekati sang Dewa. "Ternyata kamu masih disini Dewa? Aku pikir kamu sudah pergi. Kita bareng pulang yah, tunggu sebentar aku ambil tas aku dulu".
"Baiklah, aku akan menunggu mu di depan lift".
"Mmmmm".
Sedangkan Nana yang memperhatikan keduanya hanya bisa diam tanpa berani menegur Dewa untuk meminta tolong agar sang Dewa mau berbaik hati mengantarnya pulang kerumah kontrakan.
Tidak lama setelah itu, keduanya pergi bersama masuk ke dalam lift. Dan tinggallah Nana seorang diri, lalu ia melihat berkas tersebut, setelah itu Nana berusaha bangkit berdiri secara perlahan dengan langkah pendek.
"Astaga! Ini benar-benar sangat sakit sekali aaakkhh".
Nana melihat hari semakin gelap dan satu persatu lampu perusahaan sudah mulai padam karena jam telah menunjukkan pukul 7 malam.
"Hhhmmss... Ini benar-benar sangat menyebalkan sekali".
Dengan keras ia berusaha untuk keluar dari sana sampai ia tiba di depan lift. Lalu seorang pria berdiri tepat di belakang Nana membuat ia merasa tidak nyaman saat pria tersebut memperhatikan dirinya sedari tadi.
Ting!
Pintu lift terbuka, mereka segera masuk ke dalam dan saat itu juga mereka hanya berdua saja di dalam sana membuat Nana semakin ketakutan karna pria itu semakin mendekati dirinya. Tetapi ia tidak boleh terlihat ketakutan, Nana berusaha terlihat biasa saja.
Hingga mereka tiba di lantai lobby, Nana pun merasa sedikit legah mencari jalan pergi menghindari si pria tersebut.
"Hhmmsss... Pria itu sangat menyeramkan sekali sampai membuat ku ketakutan" Nana menghirup udara segar. "Sebelum kembali pulang kerumah, sebaiknya aku mencari makanan dulu untuk makan malam" Nana berjalan beberapa meter menjauh dari perusahaan. "Mmmm, sebaiknya aku beli dimana yah? Kalau bisa penjualan yang berada di pinggir jalan saja agar sedikit menghemat".
Nana berjalan beberapa ratus meter lagi hingga ia bertemu dengan seorang pedagang kali lima.
"Akhirnya ketemu jug..a.. Ya Tuhan! Kenapa aku bertemu dengan pria itu lagi? Sedang apa dia disini? Apa dia mengikuti ku sedari tadi tanpa aku sadari?" Nana kembali merasakan takut dan perlahan-lahan mundur dari sana sampai membuat si pedagang kali lima merasa heran kenapa Nana pergi begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Eros Hariyadi
Dilanjuutt... Thor, sampai berjumpa di pertempuran yang semakin meningkat dan seruuu...yaaa...😝🤣💪👍👍🙏
2023-11-19
1
Eros Hariyadi
Mantaabb abiiss... Thor, adegan wik-wiknya narasi dibikin detail dong...byar readers bacanya serasa ngerasain sendiri...😝😄💪👍👍👍
2023-11-19
1
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
Aduhhh Nana....🙈🙈🙈🙈
2023-11-11
1