Bab 8

Dewa membawa tubuh Nana diatas sofa, dan satu persatu ia membuka pakaian Nana sampai tubuhnya tak di baluti sehelai benangpun.

Nana kemudian menatap heran Dewa, ia merasa ada sesuatu dengannya meskipun Dewa saat ini sedang terlihat layaknya seperti seorang monster.

Lalu Nana dengan lembut menyentuh kedua pipi Dewa, "Aku tidak tau apa yang terjadi dengan mu hari ini, tapi jika kamu ingin menyentuh tubuh ku sampai kamu puas aku akan melayani mu. Namun sebelum itu, jangan lakukan ini semua disaat kamu sedang marah".

Dewa pun langsung berhenti setelah Nana berkata demikian menatapnya dengan tatapan mata kosong.

"Aku mencintaimu, sejak kali pertama aku melihat mu".

Dewa memalingkan wajahnya, ia selalu mendengarkan kata-kata tersebut keluar dari wanita yang bercinta dengannya dan sekarang salah satunya adalah Nana yang ia pikir kalau selama ini wanita itu adalah wanita polos. Setelah ia Dewa tertawa sumringah, dan itu membuat Nana heran karna ia tidak tau apa yang sedang Dewa pikirkan saat ini.

"Kenapa kamu tertawa seperti itu Dewa? Apa kamu tidak mempercayai kalau aku mengatakan yang sebenarnya?".

Lagi-lagi Dewa tertawa, "Wah, sekarang kamu sudah berani menyebut nama ku setelah beberapa hari ini kamu menyebut ku tuan. Katakan, apa yang kamu mau dari ku? Uang? Mobil sport? Emas? Rumah? Atau...

"Aku tidak membutuhkan itu semua Dewa, aku hanya ingin kamu tau kalau aku mencintaimu sejak saat itu".

"Ahahahahah... Terus, kamu pikir aku akan mempercayainya? Asal kamu tau, semua wanita akan berkata seperti itu kepada ku, karna yang mereka cari adalah harta ku. Dan sekarang dirimu adalah salah satu darinya hahahaha... Wanita munafik seperti mu tidak usah bersandiwara, aku tidak akan tertipu oleh mu".

Nana terdiam, ia tau kalau Dewa saat ini sedang patah hati dan ia tidak tau bagaimana caranya agar Dewa bisa lepas dari sana. Setelah itu Dewa bangkit berdiri, ia mengusap wajahnya dengan kasar dan Nana bertanya menyentuh punggungnya dari belakang.

"Kamu baik-baik saja? Kamu butuh bantuan ku? Kalau kamu butuh aku akan membantu mu.. Aaakkhh" tiba-tiba Dewa menarik pergelangan tangan Nana dan meremasnya sampai membuat Nana menjerit kesakitan agar Dewa melepasnya, tetapi Dewa malah tersenyum menyeringai melihat Nana kesakitan.

"Tolong lepaskan tangan ku Dewa, kamu meremasnya sampai sakit" tidak perduli akan hal itu, Dewa kembali menjatuhkan tubuh Nana diatas sofa usang tersebut dengan sangat kasar dan langsung melakukan aksinya tanpa perduli dengan Nana yang memohon agar ia melakukannya dengan lembut.

Hingga beberapa menit kemudian Dewa selesai, ia lalu melihat cairan putih itu mengalir dari kewanitaan Nana membuat ia senang dengan wajah sumringah. Sedangkan Nana, ia hampir saja kehilangan nyawanya akibat Dewa yang melakukannya dengan kasar.

Setelah itu Dewa memakai pakaiannya dan langsung pergi dari sana, namun Nana malah menahan langkah kaki Dewa dan itu membuat ia memgeryitkan dahi menyuruh ia agar Nana melepaskan tangannya.

"Jangan pergi begitu saja Dewa, tubuh ku sangat lelah sekali. Tolong bantu aku.. aaakkhhhh.. Kewanitaan ku sangat sakit".

"Terus?".

"Bantu aku pergi dari sini".

Tetapi mau bagaimana pun, sang Dewa tetap membantu Nana pergi dari sana dan keduanya telah berada disebuah kamar yang tidak Nana tau itu kamar siapa.

"Dewa, aku tidak tau ini kamar siapa. Boleh aku ke kamar mandi? Tubuh ku terasa gerah".

Dewa tidak menjawab, ia malah berjalan pergi meninggalkan Nana membuka pintu balkon dengan sebatang rokok ia keluarkan dari dalam bungkusnya.

"Ini pasti kamarnya melihat dari isinya".

Nana lalu masuk ke dalam kamar mandi membersihkan tubuhnya yang terasa lengket dan hanya membutuhkan waktu 15 menit saja. Setelah selesai ia keluar dan melihat Dewa masih di berada di balkon dengan rokoknya dan juga beberapa botol alkohol tergeletak diatas meja.

Kemudian Nana berjalan mendekati balkon, ia tersenyum mendudukkan diri melihat Dewa sekilas melihat kepadanya.

"Wah, disini terasa sangat segar sekali. Boleh aku meminta alkohol ini Dewa?" Nana mencoba mengajak Dewa bicara. "Boleh yah, aku rasa..." Nana menyentuh botol alkohol Dewa berharap kalau Dewa akan melarangnya, namun Dewa sama sekali tidak peduli dan membiarkan Nana meminum alkohol tersebut. Lalu Nana tertawa dalam hatinya, "Akunya saja yang berharap terlalu berlebihan kalau Dewa akan melarang ku".

"Minumlah, kamu bisa meminumnya sampai habis" Dewa membiarkannya, sedangkan Nana malah terdiam menatap Dewa berkata seperti itu karna tebakannya diluar ekspektasi. "Kenapa? Bukankah kamu sendiri yang memintanya?".

Nana mengangguk dan segera meneguk alkohol tersebut sampai-sampai ia hampir saja memuntahkan semuanya dari dalam mulut kalau saja ia tidak menahannya.

"Sepertinya kamu belum terbiasa minum alkohol. Berikan, aku akan mengajarimu bagaimana caranya minuman alkohol yang benar" Dewa menuangnya di dalam gelas dan memberikan di tangan Nana. "Minumlah secara perlahan, maka kamu akan menikmatinya".

Nana lalu mengikuti sesuai dengan yang Dewa ucapkan dengan cara meminumnya secara perlahan, tetapi bagi Nana sama saja, ia tetap merasakan pahit dan sama sekali tidak menemukan kenikmatan meneguk alkohol tersebut.

"Bagaimana? Kamu menyukainya?".

Tersenyum, "Terus, bagaimana dengan mu? Apakah setiap kali kamu meneguk alkohol ini kamu menemukan kenikmatan yang kamu suka? Jika jawaban mu ya, maka aku akan menjawab iya".

Dewa menaikkan sebelas alisnya, setelah itu ia tertawa kecil meneguk sisa minuman Nana yang tersisa dengan sekali tegukan saja.

"Jika kamu bertanya bagaimana rasanya, maka aku akan menjawab rasanya sangat nikmat".

"Benarkah? Kalau begitu aku akan mengatakan ini sangat nikmat seperti yang baru saja kamu katakan" Nana menuang alkohol itu kembali di dalam gelas dan meneguknya sama seperti yang baru saja Dewa praktekkan. "Mmmm, lumayan".

Dan keduanya kemudian terdiam bersama, lalu Dewa mendengar ponselnya berdering dari nomor salah satu wanita yang selalu bersamanya.

DDDDRRRTTT... DDDDRRRTTT....

"Ponsel mu berdering, kamu tidak menjawabnya?".

Dewa hanya melirik saja, setelah itu ia menghisap rokoknya kembali dan membiarkan ponselnya berdering tanpa berniat menjawabnya.

"Sepertinya sangat pentin...

"Ada apa?" Dewa tiba-tiba menjawabnya dan Nana yang melihatnya diam sambil menyimak apa yang ia dengar keluar dari bibir Dewa. "Aku tidak bisa kesana malam ini, besok aku akan datang menemui mu" setelah itu Dewa mematikan ponselnya. Ia melihat Nana tersenyum tipis dan ia tau kalau Nana penasaran apa yang sedang ia bicarakan tadi di dalam ponsel.

"Apa? Kenapa kamu melihat ku seperti itu?" Nana segera mengalihkan arah pandangan matanya agar Dewa tidak menatapnya seperti itu. "Oh iya, besok adalah hari weekend. Apa kamu akan ke kantor?".

"Tidak" jawab Dewa singkat.

"Oh, aku pikir kamu akan ke kantor. Baiklah kalau begitu, besok aku harus ke kantor ada pekerjaan yang harus aku selesaikan".

Terpopuler

Comments

M falah Khairun hafizan

M falah Khairun hafizan

kenapa mana jadi perempuan murahan Thor kyk jalang males baca cerita nya

2023-11-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!