Bab 16

Hingga hari itu tiba, Nana telah menunggu Dewa di lantai bawah, sedangkan orang yang sedang ia tunggu belum turun-turun juga, padahal jam sekarang sudah menunjukkan pukul 8 pagi lewat 25 menit.

"Kenapa Dewa lama sekali?" Nana mengalihkan arah pandangan matanya kelantai atas. "Ini sudah hampir jam 9 pagi, tapi dia belum keluar-keluar juga. Jika begini, kami bisa terlambat".

Kemudian Nana mendengar suara seorang wanita berteriak memanggil nama sang Dewa, dan wanita itu adalah Dela yang sedang berlari menuju anak tangga. Namun saat ia hendak naik, ia melihat Nana juga berada disana membuat ia menghentikan langkah kakinya.

"Kamu! Sedang apa kamu disini?" tanyanya.

Nana tersenyum, "Tuan Dewa yang meminta saya datang kemari mbak".

"Apa? Dewa? Dewa yang meminta mu datang kemari?".

"Iya".

"Tidak! Jangan bilang kamu mengantikan posisi ku berangkat ke luar negeri hari ini? Itu tidak mungkin! Itu tidak mungkin terjadi" Dela kemudian menaiki anak tangga tersebut menuju lantai kamar sang Dewa. Ia lalu melihat pria itu sedang menatap rambutnya di depan cermin. "Dewa!" panggilnya.

Dewa lalu melihat kepadanya, "Sedang apa kamu disini? Kamu pergi saja, aku tidak banyak waktu bicara dengan mu".

"Tunggu sebentar Dewa! Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu tega menggantikan posisi ku dengan sekretaris baru mu itu? Apa kamu segitu marahnya kepada ku Dewa?".

Dewa tidak menjawab, ia hanya diam sembari menatap Dela tanpa ekspresi.

Kemudian Dela mengeleng kepala, ia benar-benar tidak percaya akan ini semua kalau Dewa dengan semudah itu mengantikan posisinya dengan Nana. Dengan mata berkaca-kaca, Dela mencoba menggenggam kedua tangan Dewa, tetapi Dewa malah menarik tangannya dan berkata.

"Sebaiknya kamu pergi saja, aku tidak punya banyak waktu lagi melayani mu" Dewa menyambar jas pakaiannya, lalu pergi meninggalkan Dela yang menangis histeris disana.

Sedangkan Nana yang menunggu di lantai bawah, ia langsung melihat Dewa menuruni anak tangga seorang diri.

"Bagaimana dengan mbak Del...

"Tidak! Jangan tinggalkan aku begitu saja Dewa hiks.. hiks.. Kamu tidak boleh pergi tanpa aku Dewa hiks.. Aku mohon, jangan perlakukan aku seperti ini, aku mohon Dewa" Dela mengejar Dewa hingga ia berdiri di hadapannya. "Tolong jangan bersikap seperti ini terhadap ku Dewa, aku tau aku salah, aku minta maaf. Tapi jangan pernah gantikan posisi ku dengan dia, aku tidak bisa terima ini semua Dewa, aku tidak bisa".

Dewa tidak perduli, ia malah menarik pergelangan tangan Nana pergi dari sana meninggalkan Dela yang semakin menjerit menangis histeris.

"Tidak Dewa aaarrrkkkhh.. Kamu tidak boleh pergi tanpa aku Dewa".

Hingga sekarang keduanya telah tiba di bandara, pilot yang akan membawa Dewa keluar negeri telah menunggu mereka di depan pesawat dengan senyum ramah seperti biasa mereka tunjukkan kepada Dewa.

"Wah, jangan bilang ini pesawat pribadi dia. OMG! Milyader sekali kau Dewa" batin Nana. Lalu mereka masuk ke dalam, dan di dalam pesawat tersebut, beberapa pramugari datang menghampiri mereka memberikan pengarahan yang langsung di pahami oleh sang Dewa. Sedangkan Nana, ia masih belajar mengikuti setiap perkataan yang keluar dari bibir sang pramugari karna ini baru yang pertama kalinya ia lakukan.

"Enak juga yah punya pesawat pribadi" Nana tersenyum dalam hati sembari melihat Dewa menutup kedua telinganya menggunakan earphone pesawat lalu di ikuti olehnya.

Dan setibanya mereka di New York, hari sudah malam dan jam sekarang menunjukkan pukul 4 pagi subuh. Nana kemudian mengikuti langkah kaki Dewa turun dari dalam pesawat dan saat mereka turun, sebuah mobil mewah telah menunggu mereka di bawah kaki tangga pesawat.

"Selamat pagi tuan, mari silahkan masuk. Kami akan membawa tuan ke hotel".

Mereka membukakan pintu mobil tersebut untuk Dewa dan juga Nana. Setelah itu, tidak lama kemudian mereka meninggalkan bandara menuju hotel tempat biasa Dewa menginap untuk beberapa hari kedepannya sampai mereka tiba disana.

Nana lalu turun dari dalam mobil, ia melihat Dewa telah berjalan duluan di depannya. Tidak mau ketinggalan, ia segera menyusulnya dan mengikuti Dewa sebagai mana para pengawal itu mengikuti Dewa dari belakang.

Ting!

Pintu lift terbuka, mereka segera masuk ke dalam secara bersamaan. Lalu Nana melirik Dewa, ia bertanya-tanya dalam hati apa yang sedang Dewa pikirkan sekarang ini? Karna yang Nana lihat, sedari tadi Dewa hanya diam saja sambil menarik nafas panjang.

Ting!

Mereka sampai di lantai atas, mereka langsung keluar dari dalam lift. Lalu Dewa melihatnya, ia menyuruh Nana mengikutinya kemana pun ia akan pergi. Sampai mereka berada di depan pintu kamar, Dewa menyuruh para pengawal itu sebaiknya pergi saja dan ia akan memanggil mereka begitu ia memerlukan mereka.

Tanpa membantah perkataan Dewa, para pengawal itu segera pergi meninggalkan mereka. Keduanya lalu masuk ke dalam kamar, kemudian Nana mendudukkan diri diatas sofa merasa begitu sangat letih setelah beberapa jam melakukan perjalanan.

"Tuan Dewa!" Nana memanggilnya.

"Ada apa?".

"Mmmm, itu tuan, apa tidak apa-apa kalau kita berdua satu kamar?".

Dewa melihatnya, "Menurut mu?".

"Ya? Akh, maksud ku.. Apakah tuan Dewa akan merasa nyaman saat berdua satu kamar dengan ku? Sebenarnya sih kalau aku tidak apa-apa tuan, yang aku pikirkan tuan sendiri".

Dewa tidak menanggapinya, ia malah masuk begitu saja ke dalam kamar mandi membersihkan tubuhnya yang terasa lengket karena jam 7 pagi nanti ia harus berada di ruang meeting.

"Hhhmm.. Dia tidak menjawab ku. Baiklah kalau begitu, aku juga harus segera bersiap-siap karna kalau tidak, nasib ku bisa saja sama seperti yang baru terjadi kepada Dela" Nana mengeluarkan setelan kantornya dari dalam koper, dan sambil menunggu Dewa selesai, ia membuka ponselnya terlebih dahulu membuka aplikasi lainnya.

Namun saat ia sedang asik bermain, ia baru sadar kalau ia mendapatkan beberapa pesan notifikasi dari nomor ponsel yang tidak ia kenal. Dengan rasa penasaran, ia pun segera membukanya dan pesan tersebut berasal dari Dela.

"Kamu! Sekretaris baru yang tidak tau diri. Sudah berani kamu yah memprovokasi aku dengan Dewa😡 Lihat saja nanti, begitu Dewa kembali dari luar negeri dia masih bersikap kasar kepada ku. Aku Dela Mantalita tidak akan pernah membiarkan mu merebut segalanya dari ku. Awas saja kamu, aku akan melakukan segala cara untuk menghukum mu. Dan asal kamu tau, ini bukan hanya sekedar ancaman saja, kamu harus dengarkan ini baik-baik".

Nana membulatkan kedua matanya, ia tidak habis pikir dengan wanita itu yang benar-benar sudah tidak waras lagi berkata seperti itu kepadanya. Sedangkan ia tidak melakukan apa-apa apapun, ia hanya menuruti perintah Dewa saja.

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

Murah sekali nana jual mahal dikit dong na 😤

2023-11-12

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!