Bab 2

Dan sekarang keduanya sudah tiba di depan gerbang tempat Nana mengontrak sebuah rumah untuk satu tahun ke depannya. Kemudian Dewa ikutan turun dari dalam mobil, ia melihat rumah yang Nana tempati terbilang cukup nyaman dan ia sedikit menyukainya.

Nana lalu mengajak Dewa masuk ke dalam kerumahnya sebelum ia pulang. Dengan senang hati, Dewa pun langsung mengikutinya dari belakang.

"Ayo duduk tuan, saya akan membuatkan kopi atau tuan mau saya buatkan apa? Kebetulan juga tadi saya baru habis belanja" Nana tersenyum manis dan senyuman itu membuat Dewa sangat menyukainya.

"Kamu sangat cantik".

"Ya?".

Dewa mengeleng kepala, "Tidak apa-apa. Kamu buatkan aku kopi saja".

"Baiklah kalau begitu, saya buatkan sebentar ya tuan".

"Mmmmm".

Sambil menunggu Nana, Dewa melihat-lihat seisi dalam rumah Nana yang begitu sangat sederhana tapi sangat ia sukai. Lalu melihat sebuah album foto, ia menebak kalau orang yang berada di dalamnya itu pasti kedua orang tua Nana.

"Tapi siapa pria ini?".

"Tuan sedang melihat apa?" Nana bertanya menaruh kopi Dewa diatas meja. Lalu berjalan kearahnya melihat Dewa menujuk foto tersebut. "Oh, mereka adalah keluarga ku tuan. Tapi mereka sudah meninggal dunia 3 tahun yang lalu akibat kecelakaan".

"Benarkah? Dan dia juga?" Dewa menunjuk pria yang berada disebelah Nana.

"Mmmm, dia kakak laki-lakiku".

Dewa mengangguk mengerti, "Pasti ini semua sangat berat untuk mu" ucapnya sambil berjalan kearah sofa melihat kopi yang Nana buatkan berada diatas meja.

Nana tertawa sedih, "Sangat tuan, ini semua sangat berat sekali untuk ku. Karna itu aku pergi meninggalkan Amerika dan akan memulai hidup yang baru selama disini. Dan senangnya, tidak lama setelah itu aku sudah mendapatkan pekerjaan sampai-sampai rasanya aku tidak ingin berhenti mengucapakan terima kasih banyak".

Nana duduk dihadapan Dewa, ia melihat pria itu begitu sangat tampan dan juga berwibawa.

"Kenapa dia sangat manis sekali?" batin Nana.

Tidak lama setelah itu ia melihat keluar, ia merasa kalau hujan akan segera turun, dan jika hujan turun Dewa akan kesulitan pulang kerumahnya sedangkan kopi yang ia buatkan untuk dewa baru saja satu kali seruput.

"Ada apa?" tanya Dewa.

"Itu tuan, seperti hujan mau turun".

"Oh.. Tidak apa-apa kalau hujan turun, itu justru lebih bagus".

Nana melihatnya, "Bagaimana dengan tuan?".

"Kenapa dengan ku?".

"Bagaimana kalau hujan sampai turun, tuan akan kewalahan kembali pulang".

Dewa tersenyum, "Kamu tidak usah khawatir, itu hanya turun hujan saja bukan es batu".

"Tidak" Nana terlihat khawatir. "Kalau hujan turun, tuan tidak boleh pulang dengan kondisi seperti ini. Saya takut kalau sesuatu terjadi dengan tuan, saya tidak mau kejadian yang dulu keluarga ku alami harus terjadi dengan tuan" jawab Nana mendengar suara rintikan hujan akhirnya turun juga.

Dewa yang mendengarnya hanya bisa diam, tetapi ia sangat senang akhirnya ia bisa tinggal untuk beberapa jam berlama-lama disana sampai hujan redah. Dan kalau bisa, hujan tidak usah berhenti agar ia bisa menginap.

Kemudian Nana tersenyum, "Tuan tidak keberatan kan? Aku jadi merasa tidak enak".

"Tidak apa-apa, kamu melarang ku itu juga demi kebaikan ku karena yang kedua orang tua mu alami juga sama persis terjadi dengan kedua orang tua ku".

"Benarkah?" Nana sedikit terkejut. "Aduh, maaf ya tuan jika saya membuat tuan jadi sedih lagi".

"Tidak" balas Dewa geleng kepala. "Kita sama-sama pernah merasakan kehilangan, jadi untuk apa kamu harus minta maaf? Semua sudah berlalu dan mereka juga sudah tenang di alam sana".

"Wah, aku pikir tuan akan marah hehehehe... Kalau begitu saya mandi dulu tuan, tidak apa-apa kan saya tinggal sebentar".

"Silahkan, aku akan menunggu disini".

"Mmmmm" Nana masuk ke dalam kamar dan ia segera membersihkan tubuhnya yang terasa lengket akibat satu harian ia belum mandi saat Thomas menyuruhnya bertemu secara tiba-tiba.

Dan saat Nana tengah asik membersihkan tubuhnya, tiba-tiba ia tersenyum mengingat rupawan Dewa yang begitu sangat tampan sehingga ia tidak bisa berhenti hanya untuk memikirkannya saja.

"Astaga! Apa yang sedang aku pikirkan? Aku benar-benar sudah gila. Bagaimana bisa aku malah berpikir seperti ini?".

Tidak lama setelah itu, saat Nana hendak memakai handuk, tiba-tiba lampu mati membuat ia sangat ketakutan memanggil nama sang Dewa.

"Ada apa?" Dewa masuk begitu saja ke dalam kamar mandi. Kemudian ia merasakan sebuah pelukan hangat melingkar di tubuhnya membuat ia yakin kalau orang itu adalah Nana yang ketakutan.

"Aarrkkhhh hiks.. hiks... Aku takut hiks.. hiks.. Aku takut saat hujan turun lampu mati hiks.. hiks...".

Dewa lalu membawa Nana keluar dari dalam kamar mandi, "Tidak apa-apa, aku disini bersama dengan mu".

Hingga beberapa menit berlalu, lampu kembali menyala dan kedua mata Nana segera ia buka melihat Dewa membalas pelukannya membuat ia merasa sedikit terlindungi.

"Terima kasih tuan dan maafkan aku telah lancang.... Aarrkkhhh" Nana melihat tubuhnya tidak dibaluti sehelai benangpun.

"Ada apa?".

"Tidak! Jangan lihat kemari, aku mohon jangan lihat kemari" Nana berusaha untuk menutupi tubuhnya, namun usahanya malah gagal ketika Dewa menarik tubuh Nana ke dalam pelukannya kembali. "Aa-apa yang sedang tuan lakukan?".

"Jangan bergerak, aku akan melindungi mu" jawab Dewa semakin memeluknya dengan erat.

Tetapi Nana merasa ini semua tidak benar, ia berusaha sangat keras untuk melepaskan pelukan Dewa yang sangat erat.

"Tidak tuan, bagaimana kalau...

"Kalau apa?" Dewa menatap kedua manik mata Nana yang begitu sangat indah. "Kamu sangat cantik sekali" setelah mengucapkan kata-kata itu, tanpa berpikir panjang, Dewa pun memberanikan diri menempelkan bibir seksi miliknya mencium bibir Nana dengan sangat lembut sehingga tanpa ia sadari jantung Nana hampir saja meledak.

"Tidak" geleng Nana lagi menghentikan Dewa. "Jangan lakukan ini tuan, aku mohon jangan lakukan ini kepada ku. A.. Aku..

Tetapi Dewa bukannya berhenti, ia malah membawa tubuh Nana diatas ranjang hingga tubuhnya berada dibawah sembari menatap kedua manik mata itu kembali dengan lembut.

"Mari kita melupakan semua ini dan bersenang-senang lah dengan ku Nana".

"Tidak tuan, jangan lakukan ini. Aku sangat taku... Aaarrrkkkhh" tiba-tiba Dewa menempelkan kejantanannya di bawah sana sampai membuat Nana menjerit kesakitan yang sangat luar biasa. Lalu Dewa menghapus air mata Nana, karna ia tau kalau wanita ini masih perawan sampai-sampai Nana tidak bisa berkata-kata lagi selain menangis tanpa suara.

"Maaf, tapi aku akan melakukannya dengan lembut" tidak sampai disana saja, Dewa secara perlahan-lahan menggoyang pinggulnya agar Nana tidak merasakan sakit lagi.

Terpopuler

Comments

Rahmawaty❣️

Rahmawaty❣️

Wihh gercepp yaa

2023-11-24

1

Eros Hariyadi

Eros Hariyadi

Bacanya jadi ikutan Mupeng, authornya musti tanggung jawab neehh... lanjutkan 😝😄💪👍🙏

2023-11-19

0

Eros Hariyadi

Eros Hariyadi

Dewa sungguh beruntung, nganterin calon sekretarisnya pulang ke rumah sewaannya, udah disuguhin kopi panas eh... gilirannya hujan deras malahan dapet suguhan kue pukis hangat yang rasanya maknyuuss bangeett...perawan lageee...bandar untung besar tuuuhh...😝😄😎💪👍👍👍

2023-11-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!