Bab 17

"Sepertinya dia sudah gila" gumam Nana. "Dia pikir dengan cara dia berkata seperti itu kepada ku aku akan takut? Hhhmm, kamu salah besar Dela, aku tidak akan takut dengan ancaman mu itu karna aku sama sekali tidak merasa bersalah" Nana meletakkan ponselnya diatas meja. "Lagian salah kamu sendiri sih. Siapa suruh kamu memberikan berkas-berkas yang sudah Dewa percayakan kepada mu? Sekarang kamu terima sendiri akibatnya apa".

Tidak lama setelah itu, ia mendengar pintu kamar mandi terbuka. Dewa lalu keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk putih melilit diatas pinggangnya. Dengan pipi merona, Nana segera membuang wajahnya agar Dewa tidak menyadari akan hal itu.

Kemudian ia berjalan dengan pelan memasuki kamar mandi dan berharap semoga Dewa benar-benar tidak memperhatikan dirinya. Hingga ia berada di dalam kamar mandi, baru ia merasa tenang menarik nafas secara perlahan.

"Sial! Bagaimana bisa aku malah terpesona melihat dia seperti itu? Ck, benar-benar sangat menyebalkan sekali, aku benar-benar tidak tau diri".

15 menit kemudian Nana keluar dari dalam kamar mandi melihat Dewa dengan santainya berada diatas ranjang sambil bermain ponsel. Sedangkan ia telah berpakaian lengkap dengan setelah kantornya, lalu ia duduk di sofa, ia melihat jam masih menunjukkan pukul 5: 10 menit, dan itu masih terlihat begitu sangat pagi.

"Tidak apa-apa, lebih cepat lebih baik. Lagian aku ini adalah sekretarisnya, ya sudah sewajarnya aku lebih duluan bersiap-siap dari pada dirinya".

Tok... Tok...

Keduanya lalu mendengar suara ketukan pintu, Nana kemudian melihat Dewa, tetapi anak itu masih tetap asik dengan ponselnya hingga akhirnya ia sendiri yang membukakan pintu tersebut.

"Sebentar!" ucap Nana.

Ceklek!

"Selamat pagi nona, maaf menganggu waktunya, kami membawakan sarapan pagi untuk kelas tamu VVIP" kata si pelayan membawa beberapa hidangan mewah diatas troli makanan.

Dengan senyum mengembang di wajah Nana, ia langsung menyuruh mereka masuk dan tidak lupa mengucapkan terima kasih banyak sampai mereka pergi. Lalu Nana menaruh diatas meja, ia melihat hidangan itu baru saja selesai di masak dan aromanya begitu sangat menggiurkan sampai-sampai Nana merasa ingin sekali melahapnya saat itu juga.

"Makanlah duluan jika kamu sudah lapar" Nana mendengar suara itu membuat ia tersenyum lebar.

"Benarkah? Terus bagaimana dengan mu? Kamu tidak mau makan bersama dengan ku? Akan lebih menyenangkan kalau kita berdua makan bersama. Ayolah kemari, kita masih punya banyak waktu untuk bersantai-santai menikmati sarapan pagi ini".

"Tidak! Kamu makan sendiri saja. Aku belum lapar".

Nana mengangguk mengerti, "Baiklah kalau begitu, aku akan sarapan duluan".

Sedangkan Dewa, begitu ia melihat Nana sarapan, ia memilih keluar masuk ke dalam balkon dengan sebatang rokok di tangan kanannya sambil menikmati betapa indahnya kota tersebut saat di pagi hari.

"Arkh, aku sangat kenyang sekali" Nana mencari keberadaan Dewa. "Ternyata dia ada disana. Terus bagaimana dengan sarapan dia? Apa dia benar-benar tidak mau sarapan?" Nana berjalan mendekati kearah balkon. "Dewa" panggilnya.

Dewa tersenyum, lalu melihat Nana berdiri di belakangnya. "Ada apa?".

"Kalau kamu masih berdiri disini, bagaimana dengan sarapan mu? Tidak akan nikmat lagi jika kamu membiarkannya dingin".

"Aku tidak akan sarapan, kamu habiskan saja jika kamu mau".

"Aku sudah kenyang sekali, tapi apa kamu yakin tidak mau sarapan? Kamu bisa lemas nantinya".

Dewa menarik dagu Nana, "Apa kamu pikir aku selemah itu?".

"Ti-tidak, tapi aku hanya..

"Bersiaplah, sebentar lagi kita akan berangkat" Dewa meninggalkan Nana disana. Kemudian Nana mengalihkan arah pandangan matanya menikmati kota itu begitu sangat indah dan udara disana begitu sangat sejuk.

"Hhhmm.. Aku menyukainya" Nana tersenyum menutup mata. "Baru beberapa minggu aku meninggalkan negara ini, rasanya aku sudah bertahun-tahun saja tidak kemari" setelah itu ia masuk ke dalam, ia melihat Dewa telah selesai memakai pakaian kantornya dan saat ini Dewa menerima panggilan dari seseorang.

"OMG! Dia sangat tampan sekali" batin Nana masih menikmati ketampanan Dewa bagaikan seorang pangeran dari negeri dongeng.

"Kamu sudah puas?" tiba-tiba Dewa menyadari akan hal itu membuat Nana melonjak kaget berlari pergi meninggalkannya masuk ke dalam kamar mandi. Lalu Dewa tersenyum, ia malah berjalan menghampiri Nana yang entah apa sedang ia lakukan di dalam sana. "Ayo, ini sudah lewat jam 6 pagi. Apa kamu masih mau di dalam?".

Ceklek!

Dengan sangat malu, Nana keluar dari dalam kamar mandi melihat Dewa berdiri di hadapannya dengan senyum itu lagi.

"Sedang apa kamu di dalam?".

"Hhhmm?".

"Apa kamu akan pergi dengan penampilan seperti ini?".

Nana segera menyadari perkataan Dewa kalau ia harus berdandan agar ia tampak cantik.

"Hehehehe... Maaf, kalau begitu aku akan berdandan sebentar Dewa, tapi bisakah kamu menggeser tubuh mu sedikit?" Nana mendorong tubuh Dewa hingga akhirnya ia bisa lewat, tetapi tangan panjang sang Dewa malah menahan tubuhnya membuat Nana terpaksa berhenti menatap Dewa dengan heran. "Ada apa? Bukannya kamu tadi menyuruh ku berdandan agar tampak sedikit cantik?".

"Tidak usah, kita berangkat sekarang juga".

"Ya? Tapi..

"Tidak ada tapi-tapian" Dewa berjalan duluan keluar dari dalam kamar. Kemudian Nana membawa tas yang sudah ia siapkan semua di dalam sana sembari berlari menyusul Dewa yang berada di depan lift. "Kamu yakin sudah membawanya semua?".

Nana mencek isi di dalam tas tersebut untuk memastikan kalau tidak ada yang tertinggal lagi.

"Sudah, tidak ada yang tertinggal lagi".

"Kamu yakin?".

Nana kembali memastikannya, "Ya, semua sudah ada di dalamnya".

"Bagus".

Pintu lift terbuka, keduanya langsung masuk ke dalam bersama dengan beberapa pengunjung lainnya.

"Hhmmsss" Nana menarik nafas dalam. "Semoga semuanya berjalan dengan baik. Entah kenapa aku tiba-tiba merasa deg degan dan juga... Aku merasa seperti sedang di hantu i" batin Nana melihat mereka sudah berada di lantai bawah. Pintu lift pun terbuka, lalu mereka segera keluar dari dalam sana.

"Selamat pagi tuan Dewa! Mobil sudah kami siapkan, meeting berlangsung jam 7 pagi di hotel A yang berada di gapura xx".

"Mmmm" balas Dewa dengan gumaman.

"Silahkan masuk tuan" mereka membukakan pintu mobil, Dewa dan Nana langsung masuk ke dalam pergi meninggalkan hotel tempat mereka menginap menuju hotel A yang tidak terlalu jauh dari sana. Hingga beberapa menit perjalanan mereka tiba disana. Para tamu pun telah berdatangan baik itu dalam negeri dan juga dari luar negeri.

"Hahahaha.. Dewa" salah satu dari tamu undangan tersebut melihat Dewa turun dari dalam mobil langsung menyambutnya penuh dengan tawa memberikan pelukan di tubuhnya. "Apa kabar Dewa? Sudah sangat lama sekali kita tidak pernah bertemu lagi".

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!