Bab 14

1 jam lamanya Nana menunggu di luar, ia lalu melihat Dela keluar dari dalam rumah tersebut dengan air mata bercucuran dari kedua bola mata Dela. Dengan rasa penasaran, ia berjalan menghampiri sambil bertanya.

"Ada apa dengan mu mbak Dela? Kamu baik-baik saja?".

Dela menatapnya tajam, setelah itu ia masuk ke dalam mobilnya tanpa berniat menjawab pertanyaan Nana.

"Ada apa dengannya?" Nana kemudian masuk ke dalam rumah itu, tetapi ia tidak melihat siapa-siapa disana dan juga ia tidak menemukan tanda-tanda kekerasan di dalam rumah tersebut hingga seorang pelayan berjalan dari hadapannya. "Akh, tunggu sebentar".

"Iya, ada apa nona? Ada yang bisa saya bantu?".

Nana tersenyum, "Kamu mengenal wanita tadi? Mbak Dela teman dekatnya tuan Dewa".

Si pelayan itu menggeleng, "Saya tidak tau nona".

"Oh begitu, ya sudah kamu boleh pergi".

Nana lalu mencoba melirik ke lantai atas, ia menebak kalau orang yang sudah membuat Dela menangis adalah Dewa. Tetapi ia tidak tau penyebabnya apa, atau mungkinkah kejadian yang ia lihat menimpa Dela sama persis kejadian yang kemarin terjadi kepadanya.

Nana merasa takut, ia tidak mau kejadian yang kemarin terjadi lagi kepadanya dan sekarang ia memilih diam sembari masuk ke dalam kamarnya.

Namun saat Nana telah berada di dalam kamar, lagi-lagi ia memikirkan apa yang sudah Dewa lakukan kepada Dela. Ia terlihat benar-benar merasa sangat penasaran dan ia mencoba-coba menebak kalau Dewa dan Dela, apakah mereka melakukan hubungan yang sama seperti yang kemarin mereka lakukan?.

"OMG! Pikirkan apa ini? Kenapa aku harus perduli sekali?" ia menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang, kemudian Nana menyambar ponselnya melihat tak satupun notifikasi masuk ke dalam sana, padahal sudah begitu sangat banyak pesan ia kirim ke nomor ponsel Dewa, tetapi ia sama sekali tidak mendapatkan satu pesan pun darinya.

"Hhhmm... Lalu apa sekarang dia lakukan? Aku penasaran dan rasanya aku ingin menemui dia. Tapi bagaimana mungkin? Bagaimana kalau Dewa nanti murka kepada ku? Akh tidak, aku tidak boleh melakukannya dan lebih baik aku menunggu saja sampai Dewa kembali normal".

Sedangkan Dewa, begitu Dela pergi meninggalkan kamarnya ia langsung membaringkan tubuhnya diatas ranjang dengan tubuh letih akibat semalaman ia tidak bisa tidur.

Hingga Nana yang terus-menerus dihantui rasa penasaran, dengan beraninya ia masuk ke dalam kamar sang Dewa tanpa sepengetahuannya dan Nana sama sekali tidak mengetuk pintu tersebut terlebih dahulu.

Dengan suara langkah kaki lembut, Nana melihat Dewa tertidur pulas dan itu membuat ia malah tersenyum senang berjalan mendekati Dewa kearah ranjang. Kemudian Nana mendudukkan diri disebelahnya sembari menyentuh kening Dewa yang mengerut.

"Jika kamu sedang tidur, harusnya kamu tidak mengerutkan kening mu seperti ini Dewa. Kamu itu jadi terlihat disaat tidur pun masih berpikir" lalu Nana melepaskan tangannya, setelah itu ia melihat bentuk mimik wajah Dewa yang memucat. "Kok, kamu terlihat sedang" Nana menempelkan tangan kanannya di kening itu kembali untuk memastikan kalau Dewa baik-baik saja atau tidak.

Tetapi saat itu juga, Nana langsung bisa merasakan kalau Dewa demam dan ia segera memeriksa tubuh Dewa bagian lain.

"Astaga! Dewa benar-benar demam, aku harus membawanya kerumah sakit" namun saat Nana bergegas hendak membawa Dewa kerumah sakit, tiba-tiba ia menghentikan langkahnya dan berpikir kalau Dewa tidak bakalan mau kesana. Hingga akhirnya Nana mengambil sebaskom air es dilantai bawah dan segera membawanya kembali naik ke lantai atas melihat wajah sang Dewa semakin memucat.

Nana lalu menaruhnya di kening Dewa, "Kenapa bisa seperti ini Dewa? Tadi kamu baik-baik saja, tapi sekarang kamu tiba-tiba demam dan kamu berhasil membuat aku sangat khawatir".

Sambil menunggu, Nana memijit bagian kaki sang Dewa dengan lembut.

"Jangan pergi! Aku mohon jangan tinggalkan aku Siska.. Aku tidak bisa hidup tanpa kamu, aku tidak bisa hidup tanpa kamu Siska. Jangan pergi".

Nana terdiam, ia menebak orang yang baru saja Dewa mimpikan adalah kekasih pujaan hatinya yang entah dimana sekarang ini berada.

"Jadi wanita itu yang sudah membuat mu seperti ini? Hhhmm.. Beruntung sekali wanita itu. Terus, dimana sekarang dia berada Dewa? Kenapa dia tidak bersama dengan mu? Kamu terlihat sangat mencintainya sampai kamu meneteskan air mata itu".

"Kembalilah kepada ku Siska, aku mohon kembalilah kepada ku. Aku siap menerima kamu apa adanya, aku siap menghidupi kamu sampai selamanya".

Mendengar hal itu, Nana tidak tau berkata apa-apa lagi selain mendengarkan Dewa menyebut nama itu berulang-ulang kali.

"Jika aku adalah wanita itu, apakah kamu akan berkata seperti itu juga Dewa? Aku juga pernah merasakan hal yang pernah kamu rasakan. Aku pernah begitu sangat mencintai seorang pria yang aku pikir dia adalah pria yang baik-baik, tapi nyatanya apa? Dia malah pergi meninggalkan aku bersama dengan wanita lain. Dan yang lebih parahnya lagi Dewa, wanita itu adalah sahabat karib ku sendiri, sahabat yang sudah aku anggap saudara ku sendiri" Nana tertawa menangis mengingat itu semua.

"Tapi sekarang aku sudah melupakan keduanya sejak pertama kali aku bertemu dengan mu Dewa. Kamu berhasil membuat aku melupakan mereka dan sekarang aku sedang berusaha mendapatkan hati mu dan membantu mu melupakan wanita itu. Maukah kamu Dewa? Maukah kamu melupakan wanita itu dan memulai hidup yang baru bersama dengan ku? Aku berjanji akan selalu ada untukmu dan akan selalu mencintai dirimu sampai selamanya".

Hampir satu jam lamanya, Nana merasakan kalau demam Dewa sudah turun dan itu membuat ia turut senang.

"Akhirnya, aku pikir kita akan kerumah sakit Dewa. Ternyata demam mu sudah turun, syukurlah" ia memperhatikan wajah sang Dewa, dengan senyum bahagia ia lalu pergi dari sana meninggalkan Dewa yang masih tertidur pulas.

Tidak lama setelah itu Dewa membuka mata, namun ia tidak melihat siapa-siapa di dalam kamarnya. Tetapi ia yakin kalau seseorang tadi berada di dalam sana, hanya saja ia tidak tau siapa orang itu.

"Tidak mungkin orang itu adalah Dela. Tapi kalau bukan dia, siapa.." Dewa tiba-tiba teringat Nana yang tadinya berada dirumahnya. "Wanita itu?" Dewa kemudian turun dari atas ranjang, ia merasa kalau tubuhnya sedikit merasa baikan, setelah itu ia keluar dari dalam kamar mencari keberadaan Nana apakah wanita itu masih berada disekitar rumahnya atau tidak.

"Kamu mau kemana?".

Tiba-tiba suara itu muncul dari samping Dewa.

"Kenapa kamu keluar dari dalam kamar mu? Apa kamu sudah merasa baikan".

Wanita itu adalah Nana yang sedang melihatnya berjalan kearah dapur.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!